KEBENARAN VERSUS KEBAIKAN

Teks:Yohanes 14:6 ; Lukas 15:11-32
Oleh: Ev. Andereas Dermawan

Banyak orang beranggapan bahwa arti kata "kebenaran" sama saja dengan arti kata "kebaikan". Sebab itu mereka berpikir kalau mereka menjadi orang baik maka serta merta mereka juga menjadi orang benar. Sehingga banyak orang dewasa ini berlomba-lomba untuk  berbuat baik. Jadi  dengan mudahnya orang berkata: Selama mereka tidak berbuat jahat kepada orang lain, rajin ibadah/berTuhan/punya agama/tidak membunuh/tidak berzinah, taat pada aturan agama dan aturan pemerintah maka mereka menyatakan diri sebagai orang-orang baik yang layak masuk Surga. 

Pandangan atau pendapat seperti ini tentu saja disetujui  oleh mayoritas  orang  di dunia ini. Namun pandangan seperti ini justru tidak sama dengan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Kebaikan tidaklah sama dengan Kebenaran, jadi orang baik tidaklah sama dengan orang benar. Apa sebabnya? Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada orang baik, semuanya sudah berdosa. Yang Baik hanya Allah saja, Allah Maha sempurna. Rasul Yohanes dalam tulisannya mengatakan: Kalau ada orang yang mengatakan dirinya baik atau tidak berdosa, maka ia menipu dirinya sendiri dan kebenaran tidak ada pada orang itu.

Seorang kaya pernah datang kepada Tuhan Yesus, dengan sombongnya  ia mengungkapkan kepada Tuhan Yesus bahwa ia sudah sangat sempurna. Ia telah mematuhi aturan agama, tentunya ia seorang yang sangat rohani (rohaniwan). Dan memang benar apa yang diungkapkannya telah ia lakukan. Maka dengan penuh percaya diri ia membenarkan dirinya sendiri ia bertanya kepada Tuhan Yesus: Apakah ia layak masuk surga? Namun jawaban Tuhan Yesus justru mengecewakannya: Hanya satu kekuranganmu kalau kamu ingin masuk surga. Tentu saja orang kaya itu terkejut dan sedih mendengar jawaban Yesus. Ia berpikir bukankah semua aturan agama/torat telah dijalankan dengan baik? Apalagi yang kurang? Dan Satu hal yang kurang itu justru sangat menentukan seseorang masuk surga atau tidak! Apa satu syarat yang kurang yang dikatakan Tuhan Yesus? Tuhan Yesus berkata: Satu yang kurang yaitu “Juallah hartamu” sesudah itu Ikutlah Aku. 

Dengan demikian sangatlah jelas bagi kita bahwa kebaikan tidaklah menyelamatkan manusia dari hukuman  api neraka. Sebab itu Tuhan Yesus datang kedunia ini bukan dengan jalan kebaikan, jalan agama atau jalan-jalan lainnya, tapi Alkitab dengan jelas menegaskan dalam Yohanes 14:6 Yesus berkata : ”Akulah Jalan Kebenaran dan Hidup….dst.” 

Lalu apakah dengan demikian kita tidak perlu berbuat baik? Oh ya tentu saja sangat diperlukan sebagai bukti dari pertobatan anda. Namun Kebenaran haruslah mendahului dari perbuatan baik (Kebaikan). Bukan sebaliknya! Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata kepada orang kaya itu ikutlah Aku ( Sang Kebenaran), namun sebelum menerima Kebenaran dari  Kristus (Sang Kebenaran) itu haruslah melalui prasyarat utama: ”Juallah hartamu”. (Suatu proses pengorbanan/penyangkalan diri/pengosongan diri ). Suatu tindakan pengorbanan tidaklah sama dengan tindakan perbuatan baik, beramal (berdonasi). 

Umumnya orang berbuat baik, beramal dari kelebihan yang ada pada dirinya. Berkorban justru kebalikannya memberi dari kekurangan. Suatu tindakan pengosongan diri/penyangkalan diri. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang telah mewujudkan kecuali Tuhan Yesus sendiri, sebab itu Tuhan Yesus mengatakan bahwa Akulah Jalan Kebenaran satu-satunya  yang menghubungkan manusia kepada Allah. 

Jadi jelaslah bahwa keselamatan surgawi hanya dapat diperoleh kalau kita memiliki kebenaran Allah didalam Tuhan Yesus Kristus, bukan dengan memiliki segudang kebaikan, segudang prestasi  keagamaan/kerohanian sebagai imbalan masuk surga, sama sekali bukan itu yang menjadi prasyarat orang diselamatkan. Keselamatan sekali lagi ditegaskan disini hanya terjadi karena anugerah Allah kepada orang-orang pilihanNya, orang-orang yang sudah dibenarkan, penerima belas kasihan Allah. 

Kasih karunia  diberikan bukan oleh prestasi/kepintaran manusia tetapi semata-mata karena belas kasihan. Perhatikan ungkapan kata dibenarkan di sini merupakan suatu fakta bahwa manusia tidak memiliki kebenaran, sebab itu perlu dibenarkan oleh Allah si pemilik kebenaran itu. 

Untuk memperjelas perbedaan antara  arti kata kebenaran dengan arti kata kebaikan baiklah kita menelaah analogi berikut ini: Seorang siswa yang ingin melanjutkan pendidikannya di-universitas tapi rapornya merah semua, ia tidak lulus alias gagal. Apa yang kemudian dilakukannya. Ia mencari pemimpin di universitas tsb yang memiliki otoritas untuk menerimanya (membenarkannya), kemudian ia dengan jujur mengatakan bahwa ia telah gagal/tidak lulus dan memohon belas kasihan dari pemimpin universitas tsb. Dan akhirnya siswa itu diterima di perguruan tinggi itu. Makna apa yang dapat kita petik dari analogi ini? Bukankah tidak ada perbuatan baik yang telah dilakukan siswa ini sehingga ia diterima/dibenarkan untuk masuk sekolah tsb? Hanya 2 kata kunci yang terungkap dari tindakannya yaitu kejujuran dan belas kasihan dari pemimpin sekolah tsb. 

Bukankah analogi ini  kalau kita menyadarinya merupakan refleksi keadaan manusia di dunia ini, kita semuanya telah berdosa/telah gagal untuk memperoleh hidup kekal masuk surga? Alkitab mengatakan bahwa semua orang telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. 

Perhatikan kata Telah Berdosa ini yang seringkali kita abaikan, kita selalu menganggap diri kita tidak berdosa pada waktu kita berbuat kebaikan, dan kita baru merasa berdosa pada waktu kita melakukan kejahatan, inilah suatu anggapan yang salah yang terus menerus terjadi sampai saat ini. Padahal kita semua telah berdosa dan akibat dosa adalah kematian. Setelah kita berdosa maka makna dosa bukanlah baik atau jahat, tetapi akibat dosa adalah suatu keadaan mati/miskin tidak berdaya. Kita adalah orang-orang terhukum untuk kematian kekal api neraka. Dan kalau kita sadar kita perlu Juruselamat untuk membebaskannya. Sama halnya dengan anak bungsu yang terhilang, tidak ada perbuatan baik atau prestasi kerohanian yang dimilikinya sehingga Ia disambut oleh BapaNya. Ia hanya jujur terhadap dirinya bahwa ia telah berdosa dan layak dihukum, sehingga ia rela kalau hanya dijadikan pelayan saja di rumah BapaNya. Anak bungsu yang terhilang ini diterima oleh BapaNya sekali lagi karena belas kasihan. 

Perumpamaan Anak bungsu yang terhilang adalah potret keadaan manusia yang sesungguhnya, bahwa akibat dosa manusia sudah tidak berarti lagi, hanyalah segumpal tanah/debu. Namun karena belas kasihan Allah debu yang hina ini telah diangkat menjadi hidup yang berarti. Pertobatan/kesadaran akan ketidak berdayaan kita di hadapan Allah akan menarik belas kasihan Allah, sebaliknya orang-orang yang tidak menyadari keadaannya hidup bergelimang harta hanyalah menunggu vonis kematian kekal yang memang sudah ditetapkan, mereka meremehkan grasi dari Tuhan Yesus Kristus satu-satunya yang dapat membenarkan kita. 

Dalam penjelasan Tuhan Yesus mengenai akhir zaman dengan jelas Tuhan Yesus mengkonfirmasi kata-kataNya dengan kata orang yang paling hina sebagai orang yang layak disambut sama dengan menyambut diriNya. Dan kalau dengan teliti kita telaah penjelasan Tuhan Yesus, juga digunakan kata Orang-orang Benar (Orang-orang yang sudah dibenarkan) bukan dengan kata Orang-orang baik. Bahkan kalau kita baca di-kitab Wahyupun kata-kata yang digunakan sebagai  orang-orang pilihan pewaris surga  juga digunakan dengan kata Orang-orang Benar. Kiranya setelah membaca renungan ini kita menjadi orang yang sadar akan keadaan diri kita dan dengan jujur kita datang kepada Kristus satu-satunya Juruselamat yang dapat membenarkan kita.






PILIH MANA JADI : ORANG BENAR ATAU ORANG BAIK ?

 I Yohanes 1 : 8 - 10
Oleh : Ev. Andereas Dermawan


Kalau anda disuruh memilih, manakah yang anda pilih menjadi orang benar atau menjadi orang baik? Atau anda memilih kedua-duanya? Apakah ada orang didunia ini yang bisa memiliki 2 predikat sekaligus jadi orang benar dan juga jadi orang baik? Jangan-jangan untuk memahami pertanyaannya saja belum tentu kita mengerti. Untuk menjawab dengan benar tentunya kita harus memahami lebih dulu terminology kata apa itu Orang Benar? Dan apa itu Orang Baik?.

Banyak orang sering salah kaprah mentafsirkan apa itu Orang Baik, bahkan dikiranya sama saja dengan Orang Benar! Sehingga pengertiannya menjadi rancu. Mungkin 2 ilustrasi berikut ini bisa membantu kita untuk memahami arti kata orang benar dan arti kata orang baik dan sekaligus melihat perbedaannya. 

Ilustrasi pertama: 

Seorang pegawai pajak sebut saja namanya Gatam, dan dewasa ini menjadi pusat pemberitaan dimedia masa di-negara kita. Secara penampilan cukup rapih dan sopan jauh dari kesan sebagai pelaku criminal. Dengan kekayaan hasil korupsinya ia malah menjadi sinterklas bagi-bagi duit ke-sana ke-mari, bagi yang menerima pemberiannya tentunya Gatam akan dijuluki sang malaikat atau orang baik. Bahkan Gatam aktif dalam kegiatan social dan kegiatan keagamaan dengan memberikan sumbangan kepada kaum fakir miskin. Bukankah secara penampilan luar orang akan serta merta mengatakan bahwa Gatam adalah Orang Baik? Apalagi di-mata keluarganya, koleganya dan orang-orang terdekatnya yang sudah menikmati pemberiannya.

Orang kerapkali memberi batasan yang sempit tentang arti orang baik, mereka melihat selama seseorang suka menolong dan suka membantu maka akan langsung memujinya sebagai orang baik. Dan memang mudah menjadi orang baik, bahkan seorang pembunuh atau perampok dalam sekejap bisa saja menjadi orang baik, setidak-tidaknya kepada isteri, anak dan sanak familynya.

Ilustrasi kedua: 

Seorang maling ayam, sebut saja namanya udin. Suatu hari ia ketahuan masa dan dihakimi masa sehingga babak belur, sesudah itu udin dengan luka parah tanpa didampingi pengacara dibawa kekantor polisi. Singkat cerita ia dijebloskan kedalam penjara. Nah dari ilustrasi Udin ini adakah orang yang menjuluki Udin Orang Baik? Orang akan menjulukinya orang Jahat bukan?? 

Bagaimana dengan Gatam yang mencuri bermilyar-milyar, orang berebut untuk membelanya, termasuk pengacara kondang di Ibukota. Perlakuannya jauh berbeda bukan?.

Nah dari 2 ilustrasi yang diuraikan diatas mudah-mudahan anda sekilas sudah bisa membedakan mana yang Orang Baik dan mana yang Orang Benar. 

Sadarkah kita bahwa semua orang sudah berbuat dosa? Jadi tidak ada orang baik didunia ini. Kalau ada orang menyatakan dirinya baik maka ia telah berdusta dan kebenaran tidak ada pada orang itu. 

Nah dari 2 orang yang ada dalam ilustrasi itu, kira-kira siapa yang dinyatakan sebagai orang benar dihadapan Tuhan? Gatam atau Udin? Kalau dilihat dari segi perbuatannya, tentu kita akan mengatakan bahwa kedua-duanya adalah orang jahat, sama-sama pencuri/perampok/koruptor. Cuma beda jumlah nilai yang dirampok, lalu apa bedanya?

Ternyata Tuhan menyatakan bahwa Udinlah yang dinyatakan sebagai orang benar.Tentu anda akan protes,loh mengapa bisa begitu? Ternyata Udin dinyatakan sebagai orang benar, ia telah menerima hukuman, ia jujur maling ayam dan tak ada pembela yang memutar balikan fakta untuk membelanya, ia pasrah menerima hukumannya. 

Bagaimana dengan Gatam, dengan menyewa pengacara yang handal berusaha menghindarkan hukuman dengan memutar balikan fakta. Tetapi Udin orang yang lemah dan hina hanya mohon belas kasihan Tuhan. 

Nah artikel ini mengingatkan kita sekali lagi bahwa semua orang telah berdosa, perhatikan kata telah, bukan belum atau akan berdosa, dan kalau kita mau jujur kita juga seharusnya menerima hukuman yang setimpal seperti Udin dalam ilustrasi tadi. Dan tak seorangpun yang dapat membela/menyelamatkan diri dari hukuman Tuhan, meskipun menyewa pembela-pembela yang handal sekalipun, Uang, prestasi, kebaikan, tidak bisa membeli keselamatan, hanya kejujuran kitalah belas kasihan akan dinyatakan kepada kita. 

Mungkin anda akan bertanya apakah terminology Orang benar menurut penilaian Tuhan? Apakah sama dengan penilaian manusia? Tentu saja berbeda! Manusia umumnya mengukur benar salahnya didasarkan pada perbuatan/tingkah laku seseorang. Itulah sebabnya orang sering ber-kamuflase (berpura-pura) baik untuk menutupi ketidak benarannya. Tetapi penilaian Tuhan bukan didasarkan pada perbuatan/tingkah laku seseorang, tetapi didasarkan pada keadaan seseorang. Bukankah keadaan seseorang mencerminkan fakta apa adanya orang tsb? Bagaimana keadaan manusia sesungguhnya dihadapan Tuhan? 

Alkitab mengatakan tidak ada seorangpun yang benar, kalau ada seseorang berani mengatakan dirinya seorang yang benar ia adalah seorang pendusta. Seorang pendusta adalah seorang yang tidak jujur akan keadaan dirinya. Perbuatan bisa menipu (kamuflase) tapi keadaan/fakta tidak bisa berdusta, keadaan berbicara apa adanya. 

Ibarat seseorang menderita sakit kanker yang mematikan merupakan gambaran keadaan manusia setelah manusia berdosa. Sebab itu Yesus datang sebagai Sang Kebenaran untuk membenarkan keadaan manusia yang tidak benar tsb. Sebab itu kedatangan Tuhan Yesus bukan mencari orang benar (Orang-Orang yang mengaku dirinya orang benar/ pendusta) tetapi Ia datang mencari orang sesat ( Orang-Orang yang jujur terhadap keadaan dirinya). Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa didunia ini tidak ada orang baik, yang ada adalah orang yang jujur dan orang yang tidak jujur mengakui keadaannya dihadapan Allah, dan kebenaran diperoleh oleh orang-orang yang menyadari keadaan dirinya miskin, tidak berdaya dan memohon belas kasihan Allah, laksana seorang yang menyadari dirinya sakit kanker yang mematikan membutuhkan dokter penyembuhnya. 

Sebaliknya orang-orang yang tidak jujur akan keadaan dirinya tetap hidup dalam hukuman dosa yang mematikan. Sebab itu semua orang siapapun dia harus sadar bahwa kita butuh Kristus sebagai Penyelamat dan Pembenar kita. Marilah kita menjadi orang-orang yang jujur dihadapan Allah, orang yang sudah dibenarkan, penerima belas kasihan Allah. Amin 


PILIH MANA: TUHAN ATAU UANG?

Matius 6 :33 Yohanes 14:6
Oleh: Ev.Amderean Dermawan



Mungkin anda pernah mendengar  lagu yang pernah populer dimasa silam berjudul :  Madu dan Racun. Syairnya  antara lain berisi kata-kata : Madu di-tangan kananmu, Racun di-tangan kirimu, mana yang kau berikan padaku.

Bila anda diminta memilih tangan kanan atau tangan kiri, tentu anda akan memilih  tangan kanan  yang memegang madu bukan?  Nah bagaimana seandainya  kalau lagu ini berbunyi : Tuhan di-tangan kananmu,  Uang di-tangan kirimu, mana yang anda pilih? Apa anda bisa dengan mantap berkata : Saya pasti akan memilih tangan kanan yang berisi Tuhan atau sebaliknya tangan kiri yang berisi Uang?

Tunggu dulu saudara! Jangan  anda terlalu mudah mengucapkannya, karena untuk pilihan ini tidak semudah memilih madu dan racun yang ada dalam syair lagu tadi. Karena jelas kalau pilihan seperti syair lagu madu dan racun, sangat mudah memilihnya karena pilihan yang satu enak dan yang satu lagi tidak enak, tentu kita memilih madu yang enak, bukan? 

Nah, bagaimana kalau pilihannya seperti  ini  Uang  atau rumah mewah? Tentunya tidak semudah memilih madu dan racun bukan? Karena Uang dan Rumah Mewah sama-sama enak dan bermanfaat/bernilai, tentunya anda akan menimbang-nimbang mana yang lebih bernilai,  bukan? 

Pertanyaannya sekarang mana yang lebih bernilai  bagi anda Tuhan atau Uang? Kebanyakan orang dengan spontan tentu akan berkata saya pasti memilih Tuhan daripada uang. Tetapi sayangnya pilihan ini tidak disertai pemahaman yang cukup tentang makna Tuhan dan Uang yang akan dipilihnya. Sehingga pilihan ini hanya ada pada tataran ucapan atau retorika semata. Karena pada tataran realitasnya bukanlah Tuhan yang menjadi pilihan tetapi  justru uanglah yang menjadi pilihan utama manusia.

Setiap pilihan mengandung suatu konsekuensi  atau risiko. Demikian pula memilih antara Tuhan dengan Uang pasti ada risiko dibalik apapun pilihan kita. Dalam memilih tentunya kita harus memiliki pengetahuan tentang apa saja yang akan dipilih, kalau tidak kita akan salah dalam memilih. Begitu pula dalam memilih Tuhan atau uang. Kurangnya pengenalan kita akan Tuhan akan menyebabkan kita memilih uang meskipun tujuan semua manusia ingin memilih Tuhan.

Dimanakah kita bisa memperoleh informasi yang benar mengenai Tuhan? Dewasa ini begitu banyak media, ada media cetak seperti surat kabar, majalah, buku, artikel, bulletin dlsb yang umumnya digunakan sebagai sarana pemberian informasi. Bahkan sekarang ini informasi bisa diperoleh dari  internet/website/facebook selain dari radio, televisi dan juga melalui mimbar (khotbah). Tetapi  pertanyaannya apakah sarana media itu digunakan untuk memberikan informasi yang benar tentang Tuhan?

Di-sini kita perlu hikmat untuk mengkritisinya. Kalau kita cermat melihat situasi zaman ini maka kita akan melihat terjadinya kesenjangan informasi mengenai informasi yang benar tentang Tuhan. Media informasi sangatlah dikuasai oleh para pemilik modal yang tujuannya adalah bisnis. Bagi Pebisnis persaingan adalah sebagai hal yang lumrah untuk memperoleh keuntungan. Untuk itu pemuasan akan selera konsumen merupakan tujuan utamanya. Sebab itu sajian informasi  dibuat sedemikian rupa secara professional mengikuti perkembangan dunia ini. Dunia semakin hari semakin menyerupai Sodom Gomora, gaya hidup hedonisme sudah membudaya di-seluruh dunia. Adat istiadat dunia ini tetap tidak berubah, kawin mengawinkan, beranak-cucu, bekerja cinta uang, makan minum, bersaing saling telan sangat vulgar dipertontonkan atau diinformasikan kepada kita. Orang yang tidak memiliki informasi-informasi seperti ini akan tergilas dan dianggap ketinggalan zaman.

Ada kesenjangan informasi karena sangat minim sekali orang yang konsisten mencari informasi  yang benar tentang Tuhan. Kebanyakan orang memburu informasi  justru mencari kesuksesan duniawi, yang tentu saja sebagai komponen utama sukses duniawi adalah Uang. Dengan uang orang dapat melanggengkan adat istiadat yang telah ditentang oleh Tuhan Yesus pada waktu Tuhan Yesus memperingatkan orang parisi/pemimpin agama. Sebab itu tidaklah mengherankan kalau manusia haus dan lapar akan informasi yang memberitahukan cara hidup sukses, kaya/banyak uang/ hidup bahagia berprestasi/ sehat/ nyaman dlsb.

Bagi para pedagang( Pebisnis), para penceramah/pembicara/orang-orang pintar kehausan informasi semacam itu dijadikan peluang untuk menangguk uang sebanyak-banyaknya. Dan celakanya peluang seperti itu juga dimanfaatkan oleh para rohaniwan yang ngakunya kenal Tuhan ( Tapi apakah Tuhan mengenalnya, masih merupakan pertanyaan??). Para Imam/Imam Besar zaman sekarang dalam wujud para rohaniwan itu dengan ber-bagai macam sebutan pdt, pastur, biksu dlsb tak mau kalah dengan pebisnis, dengan modal charisma yang dimilikinya mereka juga menjual produk ritual mereka layaknya seorang penjual/salesman asuransi jiwa, mereka menggunakan semua media cetak maupun elektronik memberikan informasi tentang produk ritual mereka. Sungguh memperihatinkan! 

Manusia sibuk memburu/mencari  Uang bukan mencari Tuhan. Manusia dengan pintarnya membuat slogan yang perlu kita kritisi misalnya ada slogan mengatakan bahwa bekerja mencari uang/nafkah sama dengan  ibadah, sungguh salah kaprah! Tuhan tidak identik/sama dengan uang. Lalu ada lagi slogan mengatakan bahwa banyak jalan menuju Roma diidentikan bahwa banyak cara/jalan bertemu Tuhan. Padahal  Tuhan Yesus dengan tegas dalam Johanes 14 :6 mengatakan bahwa Dialah Jalan satu-satunya ( Jalan Kebenaran). Lalu slogan keliru lainnya yang cukup populer dikatakan bahwa surga ada dibawah telapak kaki ibu. Apakah seorang ibu siapapun dia adalah pemilik surga? tentu saja bukan! Semua manusia laki-perempuan sudah berdosa. Manusia berusaha memelintir kebenaran dengan slogan-slogan ciptaannya.

Lalu dimanakah kita bisa menemukan informasi tentang Tuhan? Jawabnya adalah didalam Alkitab sebagai Sang Firman yang tertulis. Alkitab adalah peta jalan untuk ketemu dengan Sang Firman yang Hidup ( Firman Yang Telah Menjadi Manusia ). Alkitab dalam Matius 6:33 mengatakan : “ Carilah dulu kerajaan Allah dan kebenaranNya…..dst. Ayat ini secara explicit menjelaskan dimana  Sang Firman Yang Hidup itu dalam wujud yang nyata bukan dalam bentuk tulisan  atau peta jalan saja. Seperti halnya bila kita ingin bertemu seseorang ada alamatnya, demikian pula alamat Tuhan telah dijelaskan disini yaitu di-dalam kebenaranNya. Johanes 14:6 dan Matius 6:33 mempertegas dimana alamat keberadaan Tuhan. Yaitu Tuhan berdiam diantara orang-orang benar ( Orang-orang yang sudah dibenarkan ).

Kembali pada topic renungan kita Pilih Mana : Tuhan Atau Uang ? Sekarang tentukan pilihan anda. Tuhan Atau Uang? Mungkin informasi/peta jalan  tentang uang anda sangat mahir menjalaninya, tapi maukah anda meninggalkannya dan berpindah kejalan menuju alamat Tuhan yang sebenarnya. Peta jalan sudah diinformasikan kepada anda. Sekarang tergantung pada keputusan anda sendiri, setiap orang memiliki kehendak bebas memiliki jalannya masing-masing. Tapi yang jelas setiap jalan ujungnya berbeda. Slogan banyak jalan menuju roma tidak berlaku disini. Karena ujung jalan hanya dua Surga atau Neraka. Selamat memilih!. Amin

FORMULA PENDIDIKAN


Jika anak hidup dalam kritik, ia belajar mengutuk.

Jika anak hidup dalam kekerasan, ia belajar berkelahi.

Jika anak hidup dalam pembodohan, ia belajar jadi pemalu.

Jika anak hidup dalam rasa dipermalukan, ia belajar terus merasa bersalah.

Jika anak hidup dalam toleransi, ia belajar menjadi sabar.
Jika anak hidup dalam dorongan, ia belajar menjadi percaya diri.

Jika anak hidup dalam penghargaan, ia belajar mengapresiasi.
Jika anak hidup dalam rasa adil, ia belajar keadilan.

Jika anak hidup dalam rasa aman, ia belajar yakin.

Jika anak hidup dalam persetujuan, ia belajar menghargai diri sendiri.

Jika anak hidup dalam rasa diterima dan persahabatan, ia belajar mengasihi.

[

MEJA KAYU BUAT PAPA DAN MAMA


Sebuah keluarga terdiri suami, istri, anak berumur 6 tahun, dan kakek yang  telah renta. Begitu rentanya sehingga tangannya selalu gemetaran bila memegang sesuatu sehingga berantakan. Hal ini mendatangkan kejengkelan suami istri tersebut. Tidak jarang mereka mengomel dan marah marah melihat hal tersebut. Itulah sebabnya mereka membuatkan meja kayu dan menempatkan di pojok rumah sebagai tempat kakek makan agar tidak mengganggu suasana makan mereka.

Setiap kali makan kakek ini berlinangan air mata, tetapi ia tidak berani menggugat anak dan menantunya.

Suatu ketika suami istri ini tertarik melihat apa yang dilakukan oleh anak mereka. Tampak anak tersebut mengumpulkan kayu dan berusaha membuat sesuatu dari bahan kayu. Lalu mereka mengajukan pertanyaan kepadanya. “Sedang apa nak?”.  “Aku sedang membuat meja kayu buat papa dan mama makan untuk besok kalau aku sudah besar.

Sahabat, anak-anak adalah persepsi dari kita. Mata mereka akan selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan.

Sadarilah, bahwa untuk merekalah kita akan selalu belajar, bahwa berbuat baik pada orang lain, adalah sama halnya dengan tabungan masa depan.


ALASAN TUHAN YESUS BERJALAN DI ATAS AIR



Seorang turis Batak berkunjung ke Israel, lalu dia menawar sebuah perahu untuk berkeliling danau Galilea.

Pemilik perahu: "Sewa perahu ini 100 dolar/jam."

Turis Batak: "Mahal kali sewanya! Di danau Toba saja, di Indonesia, sewa perahu tidak sampai seperempatnya, itupun sudah puas seharian naik perahu berkeliling pulau Samosir"

Pemilik perahu: "Ini kan Israel, di danau inilah Tuhan Yesus berjalan di atas air!!!"

Mendengar jawaban pemilik perahu, spontan saja turis Batak itu langsung pergi sambil bersungut-sungut: "Ooo, pantas saja Yesus jalan di atas air, soalnya ongkos naik perahunya amat mahal!"


IMAN DAN PENGALAMAN



Matius 16:13-20

Pengalaman iman memiliki arti yang penting di dalam kekristenan. Namun pengalaman tidak boleh menjadi dasar bagi kehidupan iman. Mengapa demikian?

I. PENGALAMAN TIDAK BOLEH MENJADI DOKTRIN (ay. 13-14)

“Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?”. Pertanyaan ini menggiring para pendengar Yesus untuk menyampaikan isi hatinya berdasarkan pengalaman masing-masing pribadi. Ketika pertanyaan tersebut menggiring pada pengalaman pribadi masing-masing, maka tanggapanny menjadi sangat beragam, jika tidak dihentikan bisa terjadi kekejian di antara mereka. Karena itu jangan pernah menjadikan pengalaman sebagai  doktrin. Hal itu sangat berbahaya bagi kehidupan iman  Kristen.

· Pengalaman itu relative.

Kekacauan dimulai saat Yesus berkata siapakah Anak Manusia itu?”.

· Pengalaman menggiring pada cultus individu.

Ketika seseorang menjadikan pengalaman sebagai pokok pengajaran dan keyakinan iman, tanpa disadari akan membawa mereka kepada “pengkeramatan secara berlebihan terhadap seseorang yang punya pengalaman “rrruuuuaarrr biasa” tersebut.

· Pengalaman tidak boleh mencuri otoritas Alkitab.

Jika orang mengaggung-agungkan pengalaman yang dimiliki seseorang makan akan menimbulkan “ketergantungan” terhadap orang tersebut. Dan akhirnya wibawa Alkitab menjadi menurun.

· Dominasi pengalaman bisa menyeret pada kesesatan

Jika kewibawaan Alkitab mulai dibuat sembrono, maka umat pasti jatuh ke dalam kesesatan yang fatal.

II. HANYA KEBENARAN YANG BOLEH  DIJADIKAN PENGALAMAN (Matius 16:15-18).

· Kebenaran selalu bersumber dari pewahyuan pribadi Allah (ay. 17).

Petrus dipuji oleh Yesus atas jawabannya yang mengagumkan. Namun Yesus segera menegaskan, bahwa sesungguhnya karena “Bapa” yang telah mewahyukannya kepadanya. Artinya tanpa pewahyuan orang tidak akan mengenal kebenaran.

Pengertian pewahyuan antara sebelum Yesus datang dengan sesudah Yesus datang (kanonisasi Alkitab selesai) memiliki pengertian yang berbeda. Perbedaannya sesudah Yesus datang pewahyuan itu tidak pernah membawa berita baru, yang ada hanya pencerahan baru (iluminasi). Hanya orang yang berkenan kepada Tuhan yang bias mendapat pewahyuan dari Tuhan (bdk. “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus…”

· Ketika kebenaran  menjadi pengalaman:

A. Kebenaran akan mengangkat derajat seseorang (ay. 18)

Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa (Amsal 14:34).

B. Kebenaran mendatangkan perkenanan Tuhan (ay. 18)

Abraham berkenan kepada Tuhan karena kebenaran Allah dijadikan pengalaman hidupnya (Roma 4:20-25).

C. Kebenaran mendatangkan kuasa (ay. 19)

Kebenaran yang dijadikan pengalaman hidup, kebenaran itu mendatangkan kuasa yang besar yaitu keikutsertaan Allah meneguhkan dan membela kita (Roma 8:31). Amin


GEREJA SEBAGAI PELOPOR PEMBAURAN



Sudah lama Pemerintah menyuarakan agar melaksanakan pembauran, khususnya kepada masyarakat etnis Tionghoa. Berbicara tentang pembauran, Gereja adalah pelopor pembauran. Baik dalam tataran doktrinal maupun dalam aplikasi kehidupan.

Tuhan Yesus mengajarkan tentang siapa sesama kita manusia dengan menggambarkan orang Samaria menolong orang Yahudi yang dirampok. Padahal orang Yahudi adalah kelompok yang sangat eksklusif (tidak mau bergaul dengan kelompok yang lain). Bahkan etnis yang beda dengan mereka disebutnya sebagai bangsa kafir.


Kelahiran Gereja dimulai dari peristiwa Roh Kudus dicurahkan, dan orang-orang berbicara dalam berbagai bahasa di dunia. Selanjutnya Gereja tersebar kepada berbagai bangsa di dunia. Jadi Gereja sejak berdiri sudah memulai dengan gerakan pembauran. Karena Tuhan kita adalah Tuhan atas segala bangsa yang tidak membeda-bedakan manusia.


Yang harus diingat, Gereja bukan hanya harus membuka diri untuk segala suku dan bangsa. Lebih dari itu, Tuhan Yesus berfirman: Kamu adalah garam dunia...kamu adalah terang dunia (Matius 5:13-16). Garam dan terang berfungsi dengan sempurna bukan saat berkumpul dengan sesama jenisnya. Garam dan terang harus berada dan membaur di tempat yang berbeda, bahkan bertolak belakang dari dirinya. Namun demikian mereka tidak kehilangan ciri khas dan keunikannya. Begitu pula orang percaya harus membaur dengan dunia, tetapi bukan berarti harus menjadi duniawi. Ketika berada dan membaur di  dalam dunia, jati dirinya semakin nyata. Dan keberadaannya di antara orang dunia harus memberi pengaruh  positif. Nilai-nilai kehidupan Kristen, yaitu kasih, kesucian dan kebenaran harus tertanam dan menular kepada semua orang. Ayo membaur, sekarang juga!

MENERIMA ATAU MENOLAK?

Ada sebuah kisah tentang penciptaan pria & wanita.

Pada saat Sang Pencipta telah selesai mencipta-kan pria. Kemudian Sang Pencipta mengambil lingkaran bulan purnama, kelenturan ranting pohon anggur, goyang rumput yang tertiup angin, mekarnya bunga, kelangsingan dari buluh galah, sinar dari mata-hari, tetes embun dan tiupan angin. Ia juga mengambil rasa takut dari kelinci dan rasa sombong dari merak, kelembutan dari dada burung dan kekerasan dari intan, rasa manis dari madu dan kekejam-an dari harimau, panas dari api dan dingin dari salju, keaktifan bicara dari burung kutilang dan nyanyian dari burung bul-bul, kepalsuan dari burung bangau dan kesetiaan dari induk singa.

Dengan mencampurkannya bahan semua itu, maka Sang Pencipta membentuk wanita dan memberikannya kepada pria. Pria itu merasa senang sekali karena hidupnya tidak merana dan kesepian seorang diri.


Setelah satu minggu, pria itu datang kepada Tuhan, katanya:’Tuhan, ciptaan-Mu yang telah
 Engkau berikan kepadaku membuat hidupku tidak bahagia. Ia bicara tiada henti sehingga aku tidak dapat beristirahat. Ia minta selalu untuk diperhatikan. Ia mudah menangis karena hal-hal sepele. Aku datang untuk mengembalikan wanita itu kepada-Mu, karena! aku tidak bisa hidup dengannya'.

 'Baiklah', kata Sang Pencipta. Dan Ia meng-ambilnya kembali.


Beberapa minggu kemudian, pria itu datang lagi kepada Tuhan, dan berkata, 'Tuhan, sejak aku memberikan kembali wanita ciptaan-Mu, kini aku merana kesepian. Tiada lagi yang memperhatikanku, tiada lagi yang menyayangiku. Aku selalu memikirkan dia, ke mana pun aku pergi, aku selalu ingat dia. Makan tidak enak, tidur tidak nyenyak. Aku rindu kepadanya. Di kala aku sendirian, kubayangkan wajahnya yang cantik, ku-bayangkan bagaimana ia menari dan me-nyanyi. Bagaimana ia melirik aku.Bagaimana ia bercakap-cakap dan manja kepadaku. Ia sangat cantik untuk dipandang, dan sedemikian lembut untuk disentuh. Aku suka akan senyuman-nya. Tuhan, kembali-kan lagi wanita itu kepadaku!'.

Sang Pencipta berkata, 'Baiklah'. Ia memberikan wanita itu kembali kepadanya.

Tetapi, tiga hari kemudian pria itu datang lagi kepada Tuhan dan berkata, 'Tuhan, aku tidak mengerti. Mengapa dia memberikan lebih banyak lagi kesusahan dari pada kegembiraan. Dia semakin menyebalkan. Aku tidak tahan lagi dengan sikap dan tingkah lakunya. Aku berdoa kepada-Mu. Ambillah kembali wanita itu. Aku tidak dapat lagi hidup dengannya'.

Sang Pencipta balik bertanya, 'Kamu tidak dapat hidup lagi dengannya?'. Pria itu tertunduk malu, ia merasa putus asa. Dalam hatinya ia berkata, 'Apa yang harus aku perbuat? Aku tidak dapat hidup dengannya, tetapi aku juga tidak dapat hidup tanpa dia. Tuhan, ajarilah aku untuk mengerti apa arti hidup ini?'.

 'Belajarlah untuk memahami perbedaan dan belajarlah untuk berani menerima perbedaan dalam hidupmu! Pahamilah dan usahakanlah apa yang menjadi kebutuhan mendasar dari pasangan hidupmu!', jawab Tuhan.

Dan inilah enam kebutuhan mendasar pria dan wanita:

 1. Wanita membutuhkan perhatian, dan pria membutuhkan kepercayaan.

 2. Wanita membutuhkan pengertian, dan pria membutuhkan penerimaan.

 3. Wanita membutuhkan rasa hormat, dan pria membutuhkan penghargaan.

 4. Wanita membutuhkan kesetiaan, dan pria membutuhkan kekaguman.

 5. Wanita membutuhkan penegasan, dan pria membutuhkan persetujuan.

 6. Wanita membutuhkan jaminan, dan pria membutuhkan dorongan.