PENDIDIKAN, KUNCI PERADABAN MASA DEPAN

Salam sejahtera…

Ki Hajar Dewantoro adalah pelopor pendidikan di Indonesia. Belanda sebagai Negara penjajah sangat membatasi orang pribumi untuk mendapatkan pendidikan yang baik. Mereka sangat khwatir dengan meningkatnya kecerdasan masyarakat pribumi akan menghancurkan kedudukan Belanda sebagai penjajah.

Ki hajar Dewantoro dengan sesanti: Ing ngarso sung tulodho. Ing madyo mangunkarso. Tut wuri handayani (Di depan jadi teladan. Di tengah mengobarkan semangat. Di belakang memberi kekuatan). Berjuang menyadarkan semua pihak untuk mengerti betapa pentingnya pendidikan.

Pendidikan ibarat menjadi kunci peradaban masa depan. Masyarakat dengan perilaku yang seperti apa yang kita inginkan? Untuk menjawabnya perlu dilakukan instropeksi tentang seberapa serius semua  pihak dalam melakukan dan menyelenggarakan pendidikan.
Disebut semua pihak karena tidak cukup bila hanya pemerintah memfasilitasi. Semua menjadi mubazir jika masyarakat tidak berminat.

Begitu pula pendidikan di dalam Gereja tidak akan menjadi efektif jika jemaat tidak antusias.
Mari kita dukung POP (Pelatihan Orientasi Pelayanan) sebagai sarana pendidikan di dalam Gereja kita.  

KUCING DI ATAS TUNGKU

Mark Twain pernah berucap bahwa jika seekor kucing merasa kepanasan saat duduk di atas sebuah tungku panas, maka ia tidak akan penah lagi duduk di atas tungku, baik tungku yang panas maupun tungku yang dingin.

Kucing tadi telah menggenalisir bahwa semua tungku adalah panas dan membahayakan, gara-gara pengalamannya yang buruk di masa lalu.

Terkadang kita terjebak dengan cara berpikir seperti kucing tadi. Jika kita pernah mengalami kegagalan di masa lalu, kita pikir meskipun waktunya berbeda namun jika situasinya pasti akan membawa diri kita pada   kegagalan seperti yang terjadi di masa yang lalu.

Saudara, kita tidak bisa hidup terus menerus dengan masa lalu. Jika kita hidup terus menerus dengan masa lalu, maka kita akan selalu dihantui ketakutan, kegagalan dan pesimisme. Akhirnya kita takut menghadapi masa depan dengan sikap optimis.

Memang, pengalaman masa lalu tidak boleh hanya dibuang begitu saja. Pengalaman masa lalu bisa membantu kita untuk lebih bijak di masa kini. Tetapi jangan membiarkan diri anda di ‘penjara oleh waktu  di masa lalu’

Ingatlah orang yang hidup dengan ketakutan di masa lalu tidak akan pernah sukses. Jadi tinggalkanlah pengalaman buruk masa lalu.

Katakanlah, saya lebih menyukai mimpi masa depan daripada sejarah di masa lalu.


KUASA PENERIMAAN

Setiap orang mempunyai kebutuhan batin yang mendasar yaitu butuh untuk diterima dan dihargai. Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka dalam diri orang tersebut memiliki perasaan tertolak, terhina, terbuang dan akhirnya membangkitkan rasa kebencian baik kepada mereka yang menolaknya, maupun benci kepada diri sendiri.

Persekutuan di dalam Gereja seharusnya bisa mendatangkan kuasa penerimaan, sehingga mereka yang tertolak dan terbuang dapat menemukan kepribadiannya secara utuh kembali.

Bagaimana cara mewujudkannya?

1. Terimalah tanpa syarat.

Mari belajar menerima saudara kita tanpa syarat seperti Kristus telah menerima diri kita juga tanpa syarat.

2. Hiduplah dalam komunitas Gereja/ PERMATA.

Jangan hanya sekedar jadi anggota suatu komunitas secara pasif. Libatkan diri anda secara aktif. Belajarlah mengenal orang lain, dan ijinkanlah orang lain mengenal anda.

3. Milikilah keyakinan setiap orang masih bisa berubah.

Tetaplah membuka hati untuk menerima orang lain meskipun anda pernah dilukai. Yakinlah setiap orang masih memiliki kemungkinan untuk berubah.

4. Sabarlah terhadap proses.

Penerimaan membutuhkan proses, karena itu jangan menarik diri. Milikilah kesabaran dalam proses saling menerima ini.


SORRY SIR

Bedu telah menamatkan kuliahnya, selanjutnya ia ingin bekerja. Maka ia mengirimkan surat lamaran kerja di berbagai instansi. Salah satu perusahaan asing menanggapi surat lamaran kerja Bedu  dengan memanggilnya untuk tes wawancara. Inilah percakapannya:

Bos          : Nama saudara siapa?

Bedu       : Nama saya Bedu Untung  Sedikit.

Bos          : Coba ceritakan sedikit tentang keluarga anda.

Bedu       : Saya  anak ke dua dari tiga bersaudara. Kakak saya sekarang di aceh. Adik saya sedang sekolah SMA kelas dua.

Bos           : Cukup. Apakah anda bisa bahasa Inggris?

Bedu        : Yes, Sir.

Bos           : Now tell me about your family in English.

Bedu        : Sorry, Sir. I don’t have family in English.

Akal budi adalah sumber  kehidupan bagi yang mempunyainya, tetapi siksaan bagi orang bodoh ialah kebodoh-annya. (Amsal 16:22)



IMAN MEMBERI KEKUATAN

Roma 4:19-22





Abraham sebenarnya orang yang lemah:

· Ia “setengah berdusta” karena bimbang (Kejadian 12:12-13)

· Ia tunduk kepada isteri karena bimbang (Kejadian 12:12-13)

· Ia sempat mengeluh karena bimbang (Kejadian 15:2-3)

Tetapi yang unik karena imannya, Tuhan menjadikan Abraham sebagai bapa sejumlah besar bangsa yang menjadi berkat bagi dunia.

I. CARA ABRAHAM PERCAYA

1. ABRAHAM MENDENGAR FIRMAN,PERCAYA, DAN BERTINDAK (Kisah Para Rasul 7:2-3)

Keluar dari kampung halaman dan meninggalkan keluarganya adalah suatu keputusan besar yang sulit. Tetapi karena ia mendengar Firman Tuhan, ia percaya dan taat.

Jadi, Abraham  mendengar Firman Tuhan, lalu percaya dan segera bertindak. Itulah cara Abram menanggapi Firman Tuhan.

2. ABRAHAM TIDAK MAU TINGGAL DALAM KEBIMBANGAN (Roma 4:20)

Terus terang harus diakui bahwa Abraham pernah bimbang. Tetapi ia tidak mau terus menerus tinggal di dalam kebimbangan. Ia berani mengoreksi dirinya sendiri. Ia peka terhadap kemauan Tuhan.

Anda bimbang? Itu wajar. Yang tidak wajar adalah bila anda membiarkan kebimbangan menguasai hidup anda.

II. IMAN MEMBERI KEKUATAN (Roma 4:20-22)

1. SAAT BOSAN (KEJADIAN 15:1-6)

Menunggu penggenapan janji Allah bias menjadi saat yang membosankan. Tetapi iman yang hidup memberi kekuatan untuk bersabar menunggu penggenapan janji itu. Bila rasa bosan menyerang, ia arahkan ingatannya kepada janji Tuhan.

2. SAAT MATI (Roma 4:20-25; Kejadian 21:1-2; Roma 4:17)

Abram yang mengandalkan kekuatannya sendiri hanya menghasilkan Ismael pada “akhirnya mati”.  Sebab Ishak diperolehnya saat  ia mati pucuk, dan Sarai sudah mati haid. Iman yang membangkitkan Abram menjadi Abraham, dan Sarai menjadi Sara. Ishak adalah bukti bahwa iman kepada Allah yang membangkitkan Abram dan Sarai yang “mati”.

3. SAAT TERLUKA (Kejadian 21:10-12)

Abraham sangat terluka ketika Sara meminta Abraham mengusir Hagar. Tetapi iman memberinya kekuatan untuk tetap setia kepada Tuhan.

Banyak orang Kristen tidak tahan berdiri di atas kebenaran tatkala hatinya terluka. Tetapi jika kebenaran firman Tuhan itu engkau yakini dan menjadi iman, maka imanmu akan memberi kekuatan kepadamu.

3. SAAT MENGHADAPI UJIAN (Kejadian 22:1-12)

Terkadang kehidupan membawa kita kepada kenyataan yang sulit untuk diterima oleh akal budi. Dan saat yang tersulit adalah ketika berjuta pertanyaan menggelayuti alam pikiran, dan kita tidak menemukan jawabannya. Apa yang membuat kita sanggup dan kuat menerima dengan hati yang tabah? Itu pasti karena iman yang memberi kekuatan.(Roma 4:18). Iman meyakinkan setiap orang bahwa Allah berkuasa melaksanakan apa yang Ia janjikan (Roma 4:21). Amin


PENDANGKALAN IMAN

Kita hidup dalam masyarakat dengan “paradigma kapitalis”. Mereka yang memiliki lebih banyak modal (kapital) akan memiliki lebih banyak kesempatan, lebih banyak kekuasaan, lebih  banyak fasilitas.

Oleh karena pola berpikir masyarakat yang terbangun adalah seperti itu, maka akibatnya adalah banyak orang memimpikan dirinya berlimpah keuangan dan kekayaan atau materi.

Hidup berkelimpahan materi tidak jarang menjadi tujuan hidup. Hidup berkelimpahan materi dijadikan tolak ukur sebuah kesuksesan. Bahkan segala sesuatu diukur dengan materi. Semua yang tidak bisa diukur dengan materi dianggap tidak atau kurang berharga.

Tidak jarang   kelimpahan materi dijadikan justifikasi (alat pembenar) sebuah kebenaran. Kebenaran akan ditolak sebagai kebenaran bila tidak bisa diukur dengan kelimpahan materi. Materi menjadi “tuhan” yang favorit bagi manusia. Itulah sebabnya orang tidak mau bersusah-payah jika apa yang dilakukannya tidak mendatangkan kelimpahan materi.

Materialisme sudah merembes dalam kehidupan masyarakat Kristen. Materialisme sudah menggerus pemahaman Kristen yang Alkitabiah. Kehidupan Kristen yang saleh sudah tidak menjadi idaman lagi jika tidak diembel-embeli    dengan janji-janji hidup sukses yang ditandai kelimpahan materi. Kehidupan Kristen seseorang dianggap sukses jika “perbuatan-perbuatan Kristennya” mendatangkan kelimpahan materi.

Saudara, mari kita kembali kepada kebenaran Injil sepenuh. Allah merancang dan memanggil kita untuk hidup sukses di dalam Tuhan Yesus. Bukan untuk sukses secara materi, tetapi “sukses sebagai manusia”, lengkap dengan salib yang harus dipikulnya.

Tuhan Yesus berfirman:”Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” (Matius 10:38). Jangan biarkan pendangkalan iman terjadi. 




LAWAN JADI KAWAN

Kisah Para Rasul 9:1-22



Allah kita adalah Allah yang dahsyat. Dia sanggup menaklukkan para musuhNya. Bahkan Dia sanggup membuat orang-orang yang memusuhi GerejaNya menjadi orang-orang yang berjuang bagi GerejaNya. Salah satu contohnya adalah Paulus yang dahulu bernama Saulus.

1. Tanda Pertumbuhan (ay. 1-2)

Sering orang mengeluh karena pengiringan-nya kepada Tuhan Yesus penuh dengan rintangan.

Tahukah anda bahwa rintangan bukan selamanya menjadi peng-halang, tetapi justeru sebagai tanda sekaligus penguji adanya pertumbuhan atau kemajuan rohani.

Saulus menyerang pengikut Yesus karena mereka iri sekaligus takut terhadap perkembangan Gereja Tuhan.

Umat Tuhan, jangan takut terhadap rintangan dan tantangan.

2. Tuhan sanggup     mengubah lawan      menjadi kawan (ay. 3-9)

Gereja adalah milik Tuhan, sebab Gereja adalah tubuh Kristus. Tuhan sanggup menjaga dan membela GerejaNya. Tentu dengan caraNya Tuhan sendiri.

Tuhan mewahyukan  DiriNya kepada Saulus saat dalam perjalanan ke Damsyik. Saat itulah Saulus tahu persis bahwa Gereja adalah milik Yesus.

Tuhan Yesus adalah Tuhan yang ajaib. Dia adalah Tuhan yang   mengendalikan hati para raja (Amsal 21:1).

Tidak selamanya orang yang memusuhi GerejaNya akan dihukum Tuhan. Tidak jarang justeru orang yang memusuhi GerejaNya hatinya dibalik oleh Tuhan. Yang dulu benci, sekarang simpati. Yang dulu muak, sekarang suka. Yang dulu jijik, sekarang tertarik. Bagi Tuhan tidak ada yang  mustahil (Amsal 16:7).

Sama seperti Saulus, mata jasmaninya menjadi buta tetapi mata rohaninya terbuka. Hati yang dijamah Tuhan bisa berubah yang dulu lawan menjadi kawan. Haleluyah.

3. Tuhan mencari hati yang mengasihi jiwa-jiwa (ay. 10-14)

Seringkali kita bereaksi sesuai apa yang indera kita rasa,  raba, dengar dan lihat. Dan kita terpancing untuk  menjadi benci, takut, marah kepada mereka yang mengganggu kita sebagai Gereja Tuhan.

Tahukah saudara, Tuhan menginginkan agar kita tetap memiliki hati yang mengasihi tanpa henti. Bahkan saat dibenci sekali pun.

Ananias hatinya diuji oleh Tuhan. Apakah dia memiliki hati mengasihi kepada orang yang membecinya? Apakah dia memilih tetap tinggal dalam ketakutan terhadap orang yang   memusuhinya, atau keluar dari sana dan bertindak demi nama Tuhan Yesus?

Banyak orang Kristen tanpa disadari terkena “minority syndrome complex”. Suatu perasaan seakan-akan dirinya kecil dan tersisih, penuh ketakutan, tidak berani berpartisipasi, tidak memilki kebangga-an, tidak berani menunjukkan identitas, dsb.

4. Tuhan sanggup     mengubah sebutir pasir menjadi mutiara (ay. 15-22)

Saulus dulu memusuhi umat Tuhan, tetapi    Tuhan Yesus menangkapnya dan dijadikannya dia alat pilihan Tuhan. Ibarat pasir masuk ke dalam kerang, dan kerang itu         mengubahnya menjadi mutiara.

Saulus berubah menjadi Paulus. Ia adalah     seorang pelayan Tuhan dengan beban khusus yang unik.

Satu hal yang harus terus kita lakukan. Yaitu apa pun yang terjadi:  “JANGAN PERNAH BERHENTI MENGASIHI”. Bahkan kepada mereka yang membenci sekalipun.Amin





JANGAN SALAH PILIH

Shalom……

“Salibkan Yesus!!! Bebaskan Barabas!!! Salibkan Yesus!!! Bebaskan Barabas..!!
Demikian teriak mereka berulang-ulang.

Jika demokrasi hanya dipahami sebagai suara terbanyak. Karena suara  terbanyak dianggap sebagai representasi suara rakyat. Maka ada hal yang harus diwaspadai yaitu rakyat bisa melakukan “kesalahan bersama”, atau secara umum sering dipakai istilah kesalahan secara korporat, atau kesalahan berjemaah. Persis seperti yang dilakukan pada hari Jumat Agung, saat dimana Yesus diadili dihadapan Pilatus.

Pilatus membaca situasi yang ada bahwa orang banyak sudah dibakar api fanatisme dan dibumbui kebencian. Orang banyak sangat menginginkan agar Yesus disalibkan. Pilatus sebagai hakim seharusnya berdiri diatas kebenaran, apapun resikonya. Pilatus sadar akan hal itu. Itulah sebabnya ia menawarkan opsi lain.

Barabas adalah penjahat kelas kakap yang selama ini dianggap biang penyakit social yang harus “disukabumikan”. Dengan adanya opsi pembebasan Barabas, Pilatus berharap mereka lebih memilih menghukum Barabas, dan membebaskan Yesus. Sebab Yesus memang tidak punya kesalahan sama sekali.

Ternyata dugaan pilatus salah. Rakyat banyak telah melakukan “KESALAHAN BERSAMA”. Sangat disayangkan Pilatus yang punya otoritas menghentikan      pengadilan yang sesat lebih memilih apa yang dipilih rakyat banyak, yaitu”sama-sama melakukan kesalahan bersama”.

Di dalam setiap PEMILU, baik itu PEMILU Presiden, PEMILU Legislatif, ataupun PEMILU Kepala Daerah (PILKADA). Anda harus ingat bahwa otoritas ditangan anda. Jangan sampai melakukan “kesalahan bersama”. Jadi:

· Pelajari baik-baik apa atau siapa yang anda pilih.

· Gumulilah dalam doa sebelum memilih.

· Lebih baik melakukan yang benar, walaupun tidak popular.

Hikmat Tuhan kiranya menyertai anda.

EMBER

Pendeta Poltak asli dari Batak, logatnya pun masih sangat medok dengan ke”Batak”annya. Suatu ketika, selesai beliau berkhotbah suasana menjadi hening. Rupa-rupanya Pendeta Poltak sedang memikirkan lagu apa sebaiknya dinyanyikan untuk mendukung khotbahnya.


Tiba-tiba beliau berkata:”Mari kita memuji Tuhan dengan lagu “Ember”.”


Spontan pemain musik dan jemaat celingukan. Selama ini mereka belum pernah mendengar lagu Gereja judulnya “Ember”.

Karena tidak ada yang mengangkat suara, beliau mulai menyanyi:”Emm… Ber...hembuslah Roh Kudus di tempat ini…”


Akhirnya seluruh Gereja bukan menyanyi, tetapi malah tertawa terpingkal-pingkal.

7 HADIAH TERBAIK

Lukas 6:30-36





Dibawah ini ada 7 contoh hadiah terbaik yang bisa kita kemas untuk diberikan kepada diri kita sendiri dan mereka yang kita kasihi.


Hadiah terbaik pertama adalah untuk diri kita sendiri, berupa tindakan yang mengasihi diri sendiri. Seorang yang mengasihi dirinya akan membuang rasa minder, sombong dan mengasihi diri sendiri. Ia juga akan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela yang akan menumpulkan hati nuraninya. Orang yang mengasihi dirinya akan menjauhkan tubuhnya dari minuman keras, obat-obatan terlarang, judi dan memberi istirahat yang cukup bagi tubuhnya.


Hadiah kedua ditujukan kepada ayah, yaitu berupa rasa hormat. Ketika kita menyendengkan telinga kepada nasihat dan peringatan ayah, itu menjadi hadiah terbaik bagi ayah yang kita kasihi. Para ayah merasa bahwa mereka dihormati tatkala anak-anaknya mendengarkan petunjuk-petunjuk hidup yang diajarkannya. (Ams 4:4)


Hadiah ketiga ditujukan kepada ibu, yaitu berupa perilaku yang membuatnya bangga. Apakah yang membuat ibu bang-ga? Jika kita memelihara budi pekerti, belajar bertekun, menjadi berkat bagi sesama, itulah yang akan membuat ibu kita bangga. Ibu kita akan bangga dan bersukacita manakala orang lain mengatakan kepadanya bahwa ia adalah ibu yang berbahagia karena memiliki anak yang saleh, berbakti dan berprestasi. (Ams 23:25 )


Hadiah keempat ditujukan kepada anak, yaitu berupa teladan. Ishak adalah contoh anak yang bertumbuh dengan baik karena ia melihat teladan hidup Abraham, ayahnya. . Belajarlah menjadi bapa yang rendah hati, bertutur kata manis, bertingkah laku baik, mengasihi ibu mereka dan setia menjaga kekudusan hidup rumah tangga.  Semua itu merupakan hadiah yang indah dan terbaik bagi anak-anak Anda.yang indah dan terbaik bagi anak-anak Anda.


Hadiah kelima ditujukan kepada sahabat, yaitu berupa kepercayaan. Yang dibutuhkan oleh seseorang dalam segala keadaan adalah seorang sahabat yang bisa dipercaya untuk menjadi tempat curahan hatinya. Ketika kita memberi kepastian kepada orang yang kita kasihi bahwa kita bisa dipercaya, itu merupakan hadiah yang istimewa dari seorang sahabat. (Ams 17:17)

Hadiah keenam ditujukan kepada semua relasi kita, yaitu berupa kasih yang tulus. Hubungan yang kita bangun kepada semua orang seharusnya didasari oleh kasih yang tulus. Jika kita ingin dikasihi oleh relasi kita dengan tulus, maka kitalah yang pertama kali mengasihi mereka dengan tulus. (Luk 6:31).


Hadiah ketujuh ditujukan kepada musuh, yaitu berupa doa dan pengampunan. Tuhan Yesus memberikan hadiah terindah berupa doa dan pengampunan bagi orang-orang yang menyalibkanNya (Luk 23:43a).


Jadikan diri anda sebagai hadiah terbaik bagi kehidupan karena Allah sudah memberikan hadiah tak ternilai, yaitu Yesus Kristus bagi kita semua. 

JALAN MENUJU KELEPASAN

Yohanes 8:34-36



Banyak orang ketika jatuh dalam dosa berdalih dengan alasan “terpaksa”. Hal itu memang benar bagi orang yang belum mengenal Kristus. Tetapi itu tidak benar bagi orang yang sudah mengenal Kristus, karena Kristus sudah memerdekakanNya. Sebagai orang yang merdeka, ia bisa membuat pilihan. Tetapi tidak, jika ia berstatus hamba/ budak.

Untuk mengerti kemerdekaan yang diberikan Kristus kita harus tahu fakta-fakta berikut ini:

I. FAKTA-FAKTA, Roma 6:1-12

1. Kita sudah mati  (ay.2-3)

Dulu kita budak dosa. Budak tidak bisa lepas dari cengkram-an tuannya sampai kapanpun. Hanya ke-matian yang membuat budak bebas dari tuannya. Kita memang benar-benar sudah mati bersama Kristus. (Jika kita sudah dibaptis dengan benar, yaitu dibaptis selam “Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus”).

Orang yang sudah mati tidak lagi punya keinginan melakukan perintah tuannya, juga tuannya tidak bisa memerintah dan menuntut dia lagi. It ulah sebabnya orang yang sudah mati bebas dari dosa (ay.7).

2. Kita sudah dikubur dan bangkit (ay. 4-5, 8-9)

Kita benar-benar sudah mati bersama Yesus. Tetapi kita sudah dikubur dan bangkit bersama Yesus juga. Sekarang kita hidup dalam hidup baru. Kita sudah merdeka. Sekarang kita bisa membuat pilihan.

3. Kita sudah merdeka (ay. 11-12)

Tidak ada kata “terpaksa” bagi orang yang merdeka. Bagi orang yang merdeka semua karena pilihan. Orang yang merdeka dalam membuat pilihan selalu mempunyai pertimbangan dan alasan benar dan bijak. Orang yang merdeka mengambil keputusan tanpa merasa “terancam”. Jangan biarkan dosa menuntut lagi seakan-akan ia masih berkuasa. Ingat! Manusia lama anda sudah mati. Anda sudah merdeka. Anda bisa membuat pilihan.

II. KELEPASAN PENUH (Roma 6:13-23)

1. “Menyerahkan” Kata kuncinya (ay. 13,15,19)

Kepada siapa kita menyerahkan diri kita menunjukkan siapa tuan kita yang sesungguhnya. Serahkanlah anggota tubuh kita Yesus untuk melakukan kehendakNya, sebab Dia Tuan kita yang membebaskan dan memberi kemenangan atas dosa.

2. Pastikan “tuan” anda, dan pastikan masa depan anda (ay. 16, 20-23)

Begitu tuan anda, begitu pula perbuatan ketaatan anda, dan begitu pula hasil akhir yang anda terima.

Jika Yesus menjadi “Tuan” anda. Hidup dalam kebenaran adalah perbuatan anda. Hidup kekal adalah masa depan anda. Amin

KASIH VERSUS DONASI

Yohanes 3:16

Oleh: Ev. Andereas Dermawan



Semua orang sangat familiar dengan kata “Kasih”, Tetapi sayangnya tidak setiap orang mengerti dengan benar makna kata kasih. Secara umum orang memaknai kasih adalah sama dengan memberi. Contoh sederhana bila kita melihat seseorang mengalami kesusahan, maka orang yang memberi pertolongan disebut orang yang telah menyatakan kasih. Apakah makna kasih sesederhana itu? Untuk menjawabnya marilah kita tampilkan suatu kata lain seperti yang ada dijudul renungan ini yaitu kata “Donasi”. Saya yakin kalau anda sering menonton TV akhir-akhir ini, maka kata ini sudah tidak asing lagi bagi kita. Terlebih dengan sering terjadinya bencana yang datang secara beruntun, maka stasiun televisi termasuk para sponsor programnya selalu mencantumkan menghimbau para pemirsanya untuk memberikan donasi dalam rangka meringankan penderitaan bagi para korban bencana. Tentu saja kegiatan solidaritas ini sangat positip dan berfaedah. Pertanyaannya adalah : Apakah memberikan donasi sama dengan makna kasih yang sesungguhnya? Jawabnya tentu saja tidak! Lalu apa makna kasih itu? Dimanakah kita dapatkan arti kata makna kasih itu? Apakah dapat kita peroleh dari ilmu bahasa untuk mencari arti terminology kata kasih itu?


Dalam teks bacaan kita Yohanes 3:16 tertulis: “Karena demikian besar kasih Allah akan dunia ini sehingga diberikannya AnakNya yang tunggal, supaya barangsiapa yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Apakah Kasih yang dikatakan Injil Yohanes sama dengan makna kasih yang diajarkan manusia? Jika kita memperhatikan secara teliti isi ayat ini tidak ditulis kata kasih saja, tetapi ditulis 2 kata yang tidak terpisah yaitu “Kasih Allah”. Dengan demikian tentu saja jauh berbeda antara Kasih Allah dengan kasih versi manusia. Apa perbedaannya? Memang makna dari versi Allah dengan makna dari versi manusia dua-duanya ada kata memberi, tetapi tetap saja ada perbedaannya. Apa perbedaannya? Perbedaannya ternyata dari motif/pemberiannya. Seperti kita ketahui bahwa Allah adalah “ Kasih “ (I Yohanes 4:8), namun kasih itu telah diejawantahkan/diwujudkan dalam diri AnakNya Tuhan Yesus Kristus. Nah dari titik ini barulah kita bisa melihat perbedaan antara kasih milik Allah dengan kasih milik manusia. Kasih menurut versi manusia tidak lepas dari motifnya dan status social yang disandangnya. Kasih yang dinyatakan oleh pemimpin agama dan umat beragama adalah kasih yang didasarkan pada norma-norma agama/spritualitas/kerohanian/religiusitasnya. Bagi para pengusaha/majikan tentu kasih yang ditunjukkan didasarkan sama-sama untung (take and give ), sedangkan bagi para donatur (dermawan)/ dan yayasan yang dibentuknya tentunya didasarkan pada motif social. Apakah Kasih milik Allah memiliki motif yang sama seperti itu? Sama sekali tidak!! Kasih Allah adalah kasih yang tidak dimiliki manusia, hanya dimiliki oleh AnakNya yang tunggal yakni Tuhan Yesus Kristus. Jadi suatu kebohongan besar bila seseorang mengatakan ia memiliki kasih Allah walaupun ia rajin memberikan sumbangan (donasi), rajin melakukan kegiatan keagamaan, kegiatan social, karena Kasih Allah (Pemberian Allah) tidak sama dengan motif-motif yang dilakukan manusia. Kasih Allah adalah Kasih tanpa pamrih/tanpa motif dan sama sekali tidak dimiliki manusia. Cuma ada satu cara kata Rasul Yohanes dalam surat kirimannya, yaitu menyatunya kita dengan Tuhan Yesus Kristus sipemilik kasih Allah. Kemanunggalan kita dengan Tuhan Yesus Kristus akan merefleksikan Kasih Allah tersalur dari diri kita. Lalu apa yang membedakan kasih versi manusia dengan Kasih Allah? Tadi sudah dijelaskan bahwa kasih Allah adalah kasih yang memberi tanpa pamrih/tanpa motif, Kasih yang mau menyelamatkan meskipun Ia harus kehilangan nyawa, yaitu pemberian yang melekat dengan pengorbanan. Kasih manusia tidak ada yang seperti itu. Kasih manusia lebih banyak pada batasan simpati, tetapi Kasih Allah lebih dalam dari itu Allah berempati kepada orang-orang miskin/hina, dengan jalan mempersembahkan diriNya sendiri (Persembahan 100%, bukan 10%). Dalam kisah janda miskin yang mempersembahkan persembahannya yang mungkin berkisar sekitar Rp 1000,- sedangkan orang-orang kaya memberikan yang mungkin jutaan rupiah, secara kasat mata tentu orang menilai orang-orang kaya itu yang ibadahnya diterima Tuhan. Ternyata orang keliru, ternyata Tuhan Yesus berkenan terhadap pemberian janda miskin, bahkan Tuhan Yesus memujinya dengan mengatakan bahwa janda miskin memberi lebih banyak dari orang kaya itu. Tuhan Yesus tidak membutuhkan kasih versi manusia dalam bentuk donasi. Janda miskin memberi dari kekurangannya/kemiskinannya, bahkan Tuhan Yesus mengatakan bahwa janda miskin ini memberikan seluruh nafkahnya. (Seluruh miliknya 100%). Kasih Allah adalah kasih yang dilandasi oleh pengorbanan. Lalu Pengorbanan untuk apa? Mungkin orang mau berkorban disuruh apapun untuk meraih kesuksesan, kekayaan, kepintaran, atau melindungi keluarga yang kita kasihi, Semua itu masih dalam lingkaran diri kita/ego kita. Tetapi adakah orang yang mau berkorban bukan untuk kepentingan diri sendiri tetapi berkorban untuk orang lain bahkan untuk musuh kita? Untuk sahabatnya mungkin orang mau berkorban, tetapi tindakan Kasih Allah adalah diluar jangkauan pemikiran kita, Ia berkorban, mati justru untuk musuhNya. Bukankah Alkitab mengatakan ketika manusia berdosa maka manusia menjadi seteru/musuh Allah. Tak ada satu orangpun yang dapat mendamaikannya, kecuali Allah didalam kasihNya melalui AnakNya Tuhan Yesus Kristus. Pengorbanan Allah dilandasi oleh kebenaran/keadilan Allah. Keadilan Allah tidak sama dengan keadilan dunia ini. Keadilan Allah dilandasi oleh kasihNya laksana seorang Ayah terhadap anak-anaknya. Kasih yang mau memberi dan kasih yang mau berkorban. Lalu apa perbedaan antara keadilan Allah dengan keadilan dunia? Tentu berbeda. Keadilan dunia tetap membedakan status/hirarki seseorang. Sedangkan keadilan Allah didasarkan pada kebenarannya bahwa semua manusia telah berdosa, tidak ada perbedaan di-mata Allah. Apa arti tidak ada perbedaan? Berarti kita semua ini harusnya memiliki persamaan hak setelah kita dipulihkan dan diselamatkan oleh Kristus. Oleh sebab itu perintah baru yang diberikan Yesus menggantikan perintah agama yaitu “ Kasihilah Sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri”.