TANGGUNG JAWAB

-->
Shalom…
Sungguh luar biasa bila bisa bersama bersekutu di hari Jumat Agung. Hari Jumat Agung adalah kesempatan dimana orang percaya harus merenung dan mawas diri.
Karya Kristus di kayu salib menjadi focus perenungannya. Perenungan tersebut juga menjadi cermin untuk bisa melihat diri sendiri secara jujur dan utuh.
Kisah Tragis Penderitaan Yesus dimulai sejak kelahiranNya di kandang Betlehem, dan terus berlangsung saat Yesus melayani,puncaknya adalah saat Yesus disalibkan.
Penderitaan Yesus adalah bukti tak terbantahkan dari kasih Allah kepada manusia. Kasih, itulah yang mendorong Allah melakukan tindakan luar biasa, yaitu memberikan Yesus bagi manusia. Sebenarnya Allah “tidak harus” melakukan pengorbanan yang sedemikian rupa. Namun kasih, membuat Allah tidak tahan melihat pergumulan manusia melawan dosa. Kasih mendorong Allah rela memikul tanggung jawab yang bukan akibat dari kesalahanNya, melainkan kesalahan manusia.
Apa yang Tuhan Yesus sudah lakukan menjadi contoh bagi orang percaya, yaitu agar orang percaya memiliki karakter kasih. Pengejawantahan kasih adalah rela memikul tanggung jawab.
Pemilu sudah berlangsung. Seluruh rakyat Indonesia sudah memutuskan pilihannya. Mari kita semua bertanggung jawab atas pilihan yang telah kita putuskan bersama. Apa pun hasilnya, mari bersama kita pikul resikonya.
Jangan sampai menjadi Pilatus-Pilatus masa kini yang sukanya “cuci tangan” melepas tanggung jawab.
Jumat Agung mengajak kita merenung. Sudahkah kita tunaikan tanggung jawab kita dengan sungguh-sungguh?
(Gembala)



TIDAK MAU KE SURGA

-->
IDAK MAU KE SURGA

Pada waktu Sekolah Minggu, Guru Sekolah Minggu menjelaskan tentang penyaliban Yesus.

Guru        : Anak-anak  Tuhan Yesus adalah Tuhan yang mengambil rupa manusia sama seperti kita. Tetapi Dia  tidak memiliki dosa. Dia menjadi manusia untuk mati di kayu salib untuk me-nanggung dosa kita, sehingga kita bisa masuk surga karena   pengorbanan Tuhan Yesus. Surga adalah tempat yang suuuangat indah… Siapa yang mau ke  surga.
Murid : Saya mau! Saya mau! Saya mau! (semua anak mengacungkan jarinya kecuali Antok.)
Guru : Antok, kenapa kamu tidak mau ikut ke surga?
Antok : Papa dan Mama sudah berpesan, nanti  selesai Sekolah Minggu harus pulang dan tidak boleh kemana-mana.
Guru : #%&()*

Pelajaran Rohani:
Jangan pernah berbelok ke kiri atau ke kanan dari kebenaran Firman Tuhan

Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke mana pun engkau pergi.
(Yosua 1:7)





AYAM



Tia : Ayam apa yang tahan berdiri?

Jui  : Ayamnya Petrus.

Tia : Kok bisa?

Tia : Salah! Kalau itu sih berarti berdirinya enggak terlalu lama.

Jui : Lha kalau begitu jawabnya apa dong?

Tia : Ayamnya Jamu “Jago”.

Jui : Kok bisa?

Tia : Lha, iya..lah… Lihat itu gambar iklannya “Jamu Jago berdiri sejak tahun 1948.”

Pelajaran Rohani:
Jadilah anak Tuhan yang berdiri teguh di atas kebenaran Firman Tuhan.

Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah sebagai laki-laki! Dan tetap kuat! (1Korintus 16:13)



FOTO BERSAMA



T  : Apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus pada saat melakukan Perjamuan Kudus pada malam terakhir sebelum Ia ditangkap?

J  : Foto bersama.

T  : Lha, kok bisa?

J  : Coba lihat ditoko-toko buku Kristen, juga di rumah-rumah orang  Kristen khan ada gambar Yesus melakukan Perjamuan Kudus     dengan para murid.

Pelajaran Rohani:

Menikmati persekutuan dengan Yesus dan orang-orang kudus adalah kesempatan yang luar biasa.

Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.
(Mazmur 84:11)




PERSAMAAN KEDELAI DAN KELEDAI



T  :Apa persamaan kedelai dan keledai?

J  : Sama-sama jadi tahu.

T  : Lha kok bisa?

J  : Lah iya..lah… Kedelai diolah bisa menjadi tahu (makanan). Keledai pada waktu dinaiki Yesus saat memasuki kota Yerusalem juga menjadi “tahu”.

T  : Tahu apa?

J  : Tahu kalau yang menunggangi dirinya itu ternyata namanya Hosana.

T  : Lha kok bisa?

J  : Lha, semua orang sepanjang jalan berseru mengelu-elukanNya "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan.” (Markus 11:9)

Pelajaran Rohani:
Asal tahu, boleh. Tetapi tahunya jangan asal-asalan.

 Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau. (1Timotius 4:16)



CINTA BERUJUNG MAUT

                                                       
Yohanes 3:16

Ini bukan judul sinetron yang romantis dan dramatis. Tetapi ini adalah fakta historis dari interaksi antara Allah dan manusia. Meskipun menggunakan istilah “berujung maut”, tetapi ini bukan kisah berakhir tragedi. Sebaliknya, berakhir happy ending. Kisah penyaliban Yesus di hari Jumat Agung menyingkapkan 4(empat) kebenaran cinta Allah.

1. Cinta dan Tanggung Jawab

Tidak ada yang mewajibkan Allah untuk mengasihi manusia. Tetapi kenyataannya adalah Allah benar-benar mengasihi manusia. Allah memutuskan untuk mengasihi manusia. Kasih adalah karakter Allah.

Ciinta kasih Allah adalah cinta yang disertai tanggung jawab. Kematian Yesus di kayu salib adalah bukti tanggung jawab Allah terhadap kegagalan manusia. Cinta tanpa tanggung jawab adalah kejahatan.

2. Cinta dan Pengorbanan

Cinta tanpa pengorbanan adalah omong kosong.

Kematian Yesus di kayu salib adalah puncak pengorbanan Allah sebagai bukti cinta Allah kepada manusia.

Cinta sejati Allah diejawantahkan dengan pengorbanan-Nya. Cinta dan pengorbanan adalah dua sisi mata uang yang tak terpisah-kan. Orang bisa berkorban tanpa cinta. Tetapi orang tidak mungkin  mencintai bila tidak ada pengorbanan.

3. Cinta dan Keadilan/ kebenaran

Cinta tanpa keadilan dan kebenaran adalah cinta yang rapuh. Cinta tanpa
kebenaran adalah cinta tanpa kejelasan status. Cinta tanpa keadilan adalah nafsu yang berselubung cinta. Itulah cinta yang penuh kepalsuan.


Kematian Yesus di kayu salib bukanlah kematian sekedar atas nama cinta. Kematian Yesus adalah juga kematian atas nama kebenaran dan keadilan. Sekecil apapun dosa harus dihukum. Kasih menggerakkan Allah untuk membebaskan semua orang berdosa dari hukuman.


Hanya Salib Kristus satu-satunya demontrasi kasih dan keadilan bias seiring sejalan.



4. Cinta dan Masa Depan


Cinta Yesus berujung kematian. Tetapi kematian tidak dapat menaklukkan Yesus sebagai tawanan. Itulah sebabnya cintra Yesus adalah cinta yang memberi kepastian masa depan, yaitu “...jangan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”


Kematian Yesus memberi teladan dan kepastian kepada orang yang percaya kepadaNya. Amin


Oleh: Pdt. Edi Zakaria

7 TANDA PERGAULAN YANG SEHAT

B 
egitu pentingnya pergaulan sehingga ada pepatah mengatakan, “Untuk mengetahui siapa dia, lihatlah siapa saja temannya.” Sehatkah pergaulan kamu?

1. Pergaulan yang sehat ada kesediaan untuk saling menerima apa adanya.

Pergaulanmu masih sehat kalo kamu diterima teman-teman kamu karena “pribadi”-mu, dan bukan karena kekayaan, atau karena Babe kamu yang “borju”.

2. Pergaulan yang sehat selalu menghargai hal-hal yang suci.

Kalo kesucian hidup menjadi bahan olok-olokan. Kalo kesalehan  hidup dianggap sebagai hal yang “basi”. Kayaknya kamu harus cek ulang pergaulanmu!

3. Pergaulan yang sehat mendorong untuk lebih dekat dengan Tuhan.

Penting banget bergaul dengan orang-orang yang takut akan   Tuhan. Kamu pasti akan didorong untuk lebih dekat dengan Tuhan.

4. Pergaulan yang sehat mendorong untuk membiasakan diri dengan perilaku yang baik.

Kalo kamu melakukan kesalahan lalu teman kamu menegur. Atau kalo kamu lupa tidak mengucapkan “permisi” saat melewati orang tua di pinggir jalan, kamu diingatkan. Salut deh, kamu punya pergaulan sehat.

5. Pergaulan yang sehat mewaspadai dan menjauhi kesesatan.
 
Kalo ada kebiasaan saling memberi “sinyal” supaya gak kecebur bila ada tanda-tanda yang menjurus pada hal yang gak bener . Selamat! Pergaulanmu sehat.

6. Pergaulan yang sehat menghebatkan.

Pergaulan yang sehat membantu kamu menemukan, mengembangkan dan mengaktualkan potensi dirimu secara maksimal.

7. Pergaulan yang sehat menyediakan keleluasan untuk melakukan kehendak Tuhan.

Pergaulan tidak boleh menjadi jerat yang mengikat dan membatasi diri kita untuk bisa melakukan kehendak Tuhan. Pergaulan yang sehat justeru memberi ruang yang luas, wawasan yang tercerahkan, dan merangsang hati untuk terketuk guna memiliki pengenalan yang lebih dalam akan Tuhan, serta semangat yang konsisten dan terus menerus untuk hidup dalam ketaatan akan Tuhan.


Oleh: Pdt. edi Zakaria

SEJARAH SINGKAT GPSDI MADIUN

-->









2



Depan: Pdt. Edi Zakaria,S.Th., Cendana, Amd.Kom., Pdt. Yahya Sukowibowo, S.Th., Pdt. Petrus Santoso, S.Th.
Belakang: Ny. Pdt. Dewi Aisah (almh), Pdt. Daud Sulaiman (alm).



5 Desember 1973 keluarga Pdt. Daud Sulaiman pindah dari Cepu menuju kota Madiun.
Medio 1973 diadakan KKR dan kesembuhan Ilahi di rumah Bp. Wiryono Jl. Kapuas (totogan Jl. Sarean) yang dilayani Pdt. Britu (dari Solo) dan Pdt. Daud Sulaiman. Dari KKR tersebut berdirilah jemaat GPSDI yang beribadah secara rutin di tempat itu juga.  

1975 Jemaat tersebut bubar dikarenakan tempat untuk beribadah beserta semua kelengkap-annya diminta secara “paksa” oleh pemiliknya. Yang tersisa hanya 4 (empat) orang yaitu Ny. Jd. Suraten, Ny. Jd. (alm.) Sireng , Ny. Jd. (alm.) Katinem, Ny. Kasih (buta, suaminya lumpuh). Ke 4(empat) orang tersebut dihimpunkan untuk beribadah di Jl. Kampar 33B.

Puji Tuhan! Tuhan terus tambahkan jiwa-jiwa (termasuk Bp. Pdt. Petrus Slamet Budiono). Bahkan cabang-cabang baru dibuka antara lain di Ds. Winongo; Ds. Sendangrejo; Ds. Wonoasri, dan beberapa tempat lainnya.

1980 tempat berhimpun pindah ke Jl. Kampar II/30B dikarenakan rumah yang dipakai habis kontrak.
Pada tanggal 11 Februari 1991  Bapak Pdt. Daud Sulaiman dipanggil Tuhan untuk pulang ke rumah Bapa di surga.

Di bawah kepemimpinan Pdt. Edi Zakaria pada Agustus 1996 GPSDI memiliki tempat beribadah sendiri di Jl. Kampar II/30C Madiun.

Selama ini GPSDI Madiun sudah mendewasakan 3 (tiga) jemaat, yaitu GPSDI Nglambangan, GPSDI Munggut dan GPSDI    Manguharjo.

Penyusun: Pdt. Edi Zakaria