Hidup dalam Tujuan Hidup yang Benar

 


Pendahuluan:

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus, pada hari ini kita akan menggali lebih dalam surat Paulus kepada jemaat di Filipi, khususnya Filipi 3:4-14. Dalam teks ini, Paulus menyampaikan pandangannya tentang tujuan hidup yang benar, yang sangat relevan dengan kita saat ini. Mari kita merenungkan empat poin utama dari ajaran Paulus yang akan menantang kita untuk hidup dengan tujuan yang benar dalam Kristus.

I. Merenungkan Kembali Nilai Hidup yang Sesungguhnya (Filipi 3:4-6)

Dalam pasal ini, Paulus mengungkapkan betapa segala prestasi dan status yang dimilikinya sebelumnya—sebagai keturunan Israel, orang Yahudi, dan pemegang hukum Taurat—adalah "sampah" dibandingkan dengan pengenalan akan Kristus. Ia menilai bahwa semua pencapaian dan keunggulan duniawi tidak ada artinya bila dibandingkan dengan hubungan yang dimilikinya dengan Kristus.

Ilustrasi: Dalam bukunya Mere Christianity, C.S. Lewis menyatakan, "Jika Anda menginginkan kedamaian dan kebahagiaan, Anda harus menyadari bahwa yang Anda cari tidak dapat dibeli dengan kekayaan, kekuasaan, atau pengakuan duniawi." Lewis mengajak kita untuk melihat bahwa kedamaian sejati bukanlah hasil dari pencapaian duniawi, melainkan dari hubungan mendalam dengan Tuhan.

Kesaksian: Charles Spurgeon, seorang pendeta terkenal, seringkali mengingatkan bahwa dunia tidak bisa memberikan kepuasan sejati. Ia berkata, “Kita harus sering melepaskan yang kita anggap berharga untuk mendapatkan apa yang benar-benar berharga: hubungan dengan Kristus.” Spurgeon menggarisbawahi bahwa kepuasan sejati datang dari melepaskan nilai-nilai duniawi dan memprioritaskan Kristus dalam hidup kita.

Tantangan: Dalam dunia yang seringkali memuja status dan materi, Paulus menantang kita untuk mengevaluasi apa yang kita anggap penting dalam hidup. Apakah kita cukup berani untuk mengesampingkan nilai-nilai dunia dan menjadikan Kristus sebagai prioritas utama dalam hidup kita?

II. Menghargai Kebenaran Kristus di Atas Semua Hal (Filipi 3:7-9)

Paulus menjelaskan bahwa ia telah kehilangan segala sesuatu demi memperoleh Kristus dan ditemukan dalam-Nya. Ia menekankan bahwa kebenaran yang datang dari hukum Taurat tidak ada artinya dibandingkan dengan kebenaran yang diperoleh melalui iman kepada Kristus.

Ilustrasi: George Müller, seorang penginjil Inggris yang terkenal dengan iman dan doa-doanya yang luar biasa dalam mengelola panti asuhan, pernah berkata, "Tidak ada yang lebih baik daripada hidup dalam persekutuan dengan Kristus dan mendapatkan kebenaran-Nya melalui iman. Semua usaha manusia tidak ada artinya jika dibandingkan dengan anugerah-Nya." Müller mengungkapkan bagaimana dia menganggap semua pencapaian dan usaha manusia tidak ada artinya dibandingkan dengan hubungan dengan Kristus.

Kesaksian Tokoh Kristen: John Bunyan, penulis The Pilgrim’s Progress, menyatakan, “Kebenaran di dalam Kristus adalah harta yang tak ternilai. Seluruh dunia dan segala keinginannya tidak sebanding dengan harta ini.” Bunyan menggambarkan bahwa kebenaran dalam Kristus jauh lebih berharga daripada apa pun yang ditawarkan dunia.

Tantangan: Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering terjebak dalam usaha untuk memenuhi standar dunia. Bagaimana kita bisa lebih menghargai kebenaran Kristus dan mengalihkan fokus dari kebenaran duniawi yang sementara?

III. Mengalami Kuasa Kebangkitan dan Berbagi dalam Penderitaan (Filipi 3:10-11)

Paulus mengungkapkan hasratnya untuk mengenal Kristus lebih dalam, mengalami kuasa kebangkitan-Nya, dan berbagi dalam penderitaan-Nya. Ia memahami bahwa mengikuti Kristus tidak hanya melibatkan berbagi dalam kemenangan-Nya tetapi juga dalam penderitaan-Nya.

Ilustrasi: Dietrich Bonhoeffer, seorang teolog Jerman yang berjuang melawan rezim Nazi, berbagi dalam penderitaan demi prinsip iman Kristennya. Dalam bukunya The Cost of Discipleship, Bonhoeffer menulis, “Kita harus siap untuk mengikuti Kristus, tidak hanya dalam kemenangan-Nya, tetapi juga dalam penderitaan-Nya. Itulah panggilan sejati kita.” Bonhoeffer menunjukkan bahwa mengikuti Kristus melibatkan kesediaan untuk mengalami penderitaan sebagai bagian dari panggilan kita.

Kesaksian: Corrie ten Boom, yang selamat dari kamp konsentrasi Nazi dan menulis The Hiding Place, mengilustrasikan bagaimana penderitaan bisa mendekatkan kita pada Kristus. Ia berkata, “Ketika kita berbagi dalam penderitaan Kristus, kita menemukan kekuatan yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya.” Kesaksiannya menunjukkan bagaimana penderitaan dapat menjadi sarana untuk mengalami kekuatan dan kehadiran Kristus dengan cara yang mendalam.

Tantangan: Mengalami kuasa kebangkitan Kristus berarti hidup dengan harapan dan kekuatan yang melampaui kemampuan kita sendiri. Namun, berbagi dalam penderitaan Kristus memerlukan keberanian dan keteguhan. Seberapa siap kita untuk mengalami kuasa Kristus dalam hidup kita, bahkan ketika itu berarti menghadapi kesulitan?

IV. Mengejar Tujuan Ilahi dengan Tekun (Filipi 3:12-14)

Paulus menekankan pentingnya mengejar tujuan ilahi dengan tekun, melupakan apa yang telah berlalu dan bergerak maju menuju panggilan Tuhan dalam Kristus Yesus. Ia menggambarkan kehidupan Kristen sebagai perlombaan yang memerlukan ketekunan dan fokus pada tujuan akhir.

Ilustrasi: Seperti seorang pelari maraton yang terus berlari meskipun kelelahan, kehidupan Kristen adalah sebuah perlombaan yang memerlukan ketekunan. Hudson Taylor, seorang misionaris yang berdedikasi untuk Cina, terus mengejar panggilan Tuhan meskipun menghadapi berbagai tantangan berat. Taylor berkata, “Satu-satunya hal yang saya ingin lakukan adalah menjalani hidup saya untuk kemuliaan Tuhan, tidak peduli apa pun rintangannya.” Taylor menggambarkan semangat dan tekad dalam mengejar tujuan ilahi meskipun menghadapi kesulitan.

Kesaksian: Billy Graham, penginjil terkenal, berbagi visi tentang tujuan hidup. Ia pernah mengatakan, “Hidup yang benar adalah hidup yang memfokuskan semua usaha dan energi kita pada tujuan ilahi yang diberikan Tuhan kepada kita.” Graham menekankan pentingnya menjalani hidup dengan fokus pada tujuan ilahi, meskipun harus menghadapi berbagai tantangan.

Tantangan: Mari kita renungkan bagaimana kita menjalani hidup ini. Apakah kita terlalu puas dengan pencapaian masa lalu atau apakah kita benar-benar fokus pada panggilan Tuhan untuk masa depan kita? Hidup dalam tujuan ilahi memerlukan tekad dan semangat yang tidak mudah goyang.

Penutup:

Saudara-saudara, melalui ajaran Paulus, kita diajak untuk mengevaluasi nilai-nilai duniawi, menghargai kebenaran Kristus di atas segala hal, mengalami kuasa kebangkitan dan berbagi dalam penderitaan-Nya, serta mengejar tujuan ilahi dengan tekun. Mari kita merenungkan hidup kita dan berkomitmen untuk mengikuti teladan Paulus, mengejar tujuan hidup yang benar dalam Kristus. Ini adalah panggilan untuk menjalani hidup yang benar dan memuliakan Tuhan dalam segala aspek.

 

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar