Nats Utama: Imamat 20:7 –
"Kuduskanlah dirimu dan jadilah kudus, sebab Aku ini TUHAN, Allahmu."
PENDAHULUAN
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, dalam dunia yang penuh
kompromi ini, kata "kudus" sering dianggap kuno dan tidak relevan.
Namun, dalam firman Tuhan, kekudusan adalah inti dari identitas umat Allah.
Kekudusan bukan sekadar perilaku, tetapi cerminan dari hubungan kita dengan
Tuhan. Dalam Imamat 20:7, Tuhan bukan hanya memerintahkan umat-Nya untuk hidup
kudus, tetapi mendasarkan perintah itu pada siapa Dia: "sebab Aku ini
TUHAN, Allahmu."
1. TUHAN ADALAH STANDAR KEKUDUSAN
Ibrani: כִּי קָדוֹשׁ אֲנִי יְהוָה אֱלֹהֵיכֶם (Ki Qadosh Ani YHWH Eloheikhem)
Allah tidak
sekadar menyuruh kita kudus, tetapi karena Dia adalah kudus, kita dipanggil meneladani-Nya (Imamat
11:44-45, 1 Petrus 1:16). Kekudusan bukan hasil budaya, tetapi manifestasi
karakter Allah yang kita sembah.
"Be holy, for I am holy" – ini bukan hanya perintah, tapi
undangan untuk mengalami karakter Allah dalam hidup kita.
Kutipan: John Wesley berkata,
"Apa itu kekudusan selain kasih Allah yang sempurna di dalam hati
manusia?"
Ilustrasi: Seorang raja mengundang rakyatnya ke
istana dan berkata, “Kalian akan tinggal di rumah-Ku. Tapi kalian harus
membersihkan diri dahulu.” Begitulah Allah—Dia mengundang kita ke hadirat-Nya,
tapi kekudusan-Nya menjadi standar mutlak.
2. KEKUDUSAN SEBAGAI KONSEKUENSI
Ibrani: וְהִתְקַדִּשְׁתֶּם (Ve-Hitqaddishtem) – "Kuduskanlah dirimu"
Kata kerja
ini bentuk refleksif, menunjukkan bahwa kekudusan memerlukan tindakan sadar dan
aktif dari manusia sebagai respon terhadap anugerah Tuhan.
Imamat 20:7 adalah perintah aktif.
Menguduskan diri bukan berarti kita menjadi suci sendiri, tetapi kita
memisahkan diri dari dunia demi Allah.
Contoh Alkitab:
Daniel memutuskan untuk tidak menajiskan dirinya dengan makanan raja (Daniel
1:8). Itu tindakan sadar sebagai respon atas panggilan kekudusan.
Kutipan:
Dietrich Bonhoeffer: "Hanya dia yang percaya yang taat, dan hanya dia yang
taat yang percaya."
3. KEKUDUSAN ADALAH STATUS DAN KARAKTER
Ibrani: וִהְיִיתֶם קְדֹשִׁים (Vihyitem Qedoshim) – "dan jadilah kudus”
Frasa ini
dalam bentuk jamak, menunjukkan identitas kolektif dan permanen. Kekudusan
bukan semata perilaku sesaat, tetapi karakter bawaan dari identitas umat Allah.
Jika
kekudusan hanya dipahami sebagai perbuatan, maka kita terjebak dalam sistem
"reward and punishment". Tapi kekudusan sebagai karakter berarti:
Saya kudus bukan karena saya sempurna, tapi karena saya milik Tuhan.
Ayat pendukung: Efesus
1:4 – "Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita... supaya kita kudus
dan tak bercacat di hadapan-Nya."
Ilustrasi: Seorang anak kecil memakai seragam
dokter karena ayahnya dokter. Dia belum tahu cara menyembuhkan, tapi dia ingin
seperti ayahnya. Demikianlah kita—karakter kudus kita mencerminkan siapa Bapa
kita.
4. KEKUDUSAN ADALAH PANGGILAN ETIS
DAN RELASIONAL
Israel
dipanggil menjadi umat yang berbeda secara moral dan penyembahan dari
bangsa-bangsa lain.
Imamat 19:2 – "Kuduslah kamu,
sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus."
Kekudusan
bukan proyek pribadi. Ini adalah kesetiaan dalam komunitas perjanjian. Hidup
kudus artinya kita hidup adil, mengasihi sesama, dan menyembah hanya kepada
Allah.
Imitatio Dei: Meniru sifat Allah sebagai cara
hidup—kasih, kebenaran, kesetiaan.
Kutipan: C.S. Lewis: "Kekudusan tidak berarti menjadi suram dan kaku; tetapi menjadi
seperti Kristus, penuh kasih, sukacita, dan terang."
Contoh
Tokoh: Ibu Teresa hidup di tengah kemiskinan dan penyakit, namun kasihnya pada
kaum papa mencerminkan kekudusan Allah yang berbelas kasih.
5. KEKUDUSAN ADALAH TRANSFORMASI
BATIN
1 Petrus 1:15-16 – "...hendaklah
kamu menjadi kudus dalam seluruh hidupmu..."
Kekudusan
bukan soal hukum lahiriah, tapi soal hati. Roh Kudus mengubah hati batu menjadi
hati daging (Yehezkiel 36:26-27).
Yesus
mengecam orang Farisi karena hanya menekankan tampilan luar, padahal hati
mereka penuh kebusukan (Matius 23:27).
Kutipan: A.W. Tozer: "Kekudusan bukan pencapaian manusia, tetapi buah dari hadirat
Allah di dalam diri manusia."
Ilustrasi: Seorang pencuri bisa berhenti
mencuri karena takut ditangkap, tapi hanya orang yang diubah oleh kasih Allah
yang berhenti mencuri karena hatinya berubah.
PENUTUP: TIDAK ADA KEKUDUSAN TANPA
ALLAH
Tanpa
keterhubungan dengan Allah, kekudusan mustahil. Yohanes 15:5 – "di luar
Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa."
Kekudusan
bukan beban, tapi panggilan. Bukan hasil usaha manusia, tapi buah dari relasi
yang intim dengan Allah.
Aplikasi:
Sudahkah kita menyadari bahwa identitas kita
adalah orang kudus?
Apakah kita hidup sesuai dengan standar
kekudusan Allah?
Sudahkah kita memberi ruang bagi Roh Kudus
mentransformasi batin kita?
Doa Penutup:
"Tuhan,
kuduskanlah kami. Bukan hanya secara lahiriah, tapi ubahlah hati kami. Jadikan
kami umat yang mencerminkan Engkau—kudus, penuh kasih, dan hidup bagi
kemuliaan-Mu. Amin."
Ayat-ayat
pendukung tambahan:
Ibrani 12:14 – Tanpa kekudusan tidak seorang
pun akan melihat Tuhan
Roma 12:1-2 – Persembahkan tubuhmu sebagai
persembahan yang hidup, kudus
Kolose 3:12 – Kenakanlah belas kasihan,
kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran
Tuhan
memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar