Oleh: Edi Zakaria
Revolusi tehnologi informasi melahirkan kegagapan budaya (shock culture) bagi masyarakat terbelakang. Namun bagi masyarakat inovatif, revolusi tehnologi informasi justeru mendorong terjadinya resetting up dalam berbudaya. Termasuk didalamnya budaya pergaulan. Dulu untuk mendapat teman baru harus bertatap muka lalu berjabat tangan saling memperkenalkan diri. Sekarang untuk mendapatkan teman baru tinggal klik sana, klik sini.
Facebook adalah salah satu situs jejaring sosial yang paling digandrungi masa kini. Tua, muda, pejabat, pelajar, karyawan, bahkan sampai pengangguran bisa menggunakan facebook.
Memang banyak manfaat yang bisa diperoleh melalui komunitas jejaring social tersebut. Diantaranya untuk mengenal, dikenal bahkan menjadi terkenal bisa menggunakan fasilitas dunia maya tersebut.
Berbagai hambatan dalam berkenalan secara tradisional dapat diatasi melalui komunitas di dunia maya. Minder, kurang cakep, bau badan tak sedap, penampilan kurang keren, semua itu bukan masalah untuk berkenalan.
Tetapi segudang manfaat facebook tersebut saat-saat ini banyak yang disalahgunakan. Dari menjelek-jelekan seseorang atau merusak karakter seseorang (asasignation) di dunia maya, perdagangan manusia, prostitusi bahkan sampai melakukan penculikan marak terjadi akhir-akhir ini.
Facebook sudah memakan banyak korban. Bukan facebooknya yang salah. Sebab facebook ibarat pisau yang bisa untuk hal positif, tetapi bisa juga menjadi alat untuk membunuh. Semua terserah yang menggunakannya. Karena itu berhati-hatilah dalam menggunakan sarana tersebut. Terutama dalam berbagi informasi. Jangan melakukan “temu darat” sendirian. Jangan gampang tergoda dengan apapun yang ditawarkan. Juga jangan gampang mempercayai mereka yang di dunia maya tanpa mempercayai mereka di dunia nyata sebelumnya. Jangan sembarangan bergabung dengan sebuah grup.
Mari kita gunakan tehnologi sebaik-baiknya untuk melayani Tuhan dan menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang karena dosa. (Gembala)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar