Judul: Kekudusan sebagai Identitas Orang Percaya

 


 

Nats: Imamat 20:7

"Kuduskanlah dirimu dan hendaklah kamu kudus, sebab Akulah TUHAN, Allahmu."

 

Pendahuluan:

Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan, hari ini kita akan merenungkan satu kebenaran yang sangat mendalam dan sangat penting bagi kehidupan iman kita, yaitu kekudusan. Banyak orang Kristen merindukan berkat, kuasa, dan hadirat Allah, tetapi mereka lupa bahwa semua itu terkait erat dengan hidup yang kudus. Kekudusan bukanlah pilihan, tetapi panggilan dan identitas orang percaya. Ayat yang kita baca hari ini adalah perintah langsung dari Tuhan kepada umat-Nya: "Kuduskanlah dirimu dan hendaklah kamu kudus." Ini bukan hanya perintah, tapi penyingkapan identitas dan relasi kita dengan Allah yang kudus.

 

I. Kekudusan: Kesadaran Akan Identitas Kita

 

Pertama-tama, kita perlu menyadari siapa kita di hadapan Allah. Dalam konteks Imamat, Allah berbicara kepada umat Israel yang baru dibebaskan dari perbudakan Mesir. Mereka dipanggil menjadi bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri. Begitu juga kita, yang telah dibebaskan oleh darah Kristus dari dosa, dipanggil untuk menjadi umat yang kudus.

 

Kata "kudus" dalam bahasa Ibrani, qadosh, berarti terpisah, berbeda, dikhususkan. Allah adalah kudus karena Dia sepenuhnya terpisah dari dosa. Ketika Allah berkata, "Kuduskanlah dirimu," Dia sedang memanggil kita untuk hidup dalam identitas itu—menjadi berbeda dari dunia ini, bukan ikut dalam arus dunia, tetapi menjadi terang dan garam.

 

Ayat pendukung:

 

 1 Petrus 2:9

 Efesus 1:4

 Imamat 11:45

 

Pertanyaan reflektif: Apakah kita sadar bahwa kita dipanggil untuk menjadi berbeda? Ataukah hidup kita tak berbeda dengan orang dunia? Inilah kesadaran yang harus dibangkitkan dalam hati kita: bahwa kita bukan milik diri kita sendiri, kita adalah milik Allah.

 

II. Kekudusan: Kehendak dan Kemauan untuk Hidup Benar

 

Perintah “kuduskanlah dirimu” menunjukkan bahwa kekudusan bukan sesuatu yang otomatis terjadi. Diperlukan kemauan, tekad, dan kerja sama kita dengan Roh Kudus. Ini berarti kita perlu meninggalkan dosa, menjauh dari kebiasaan duniawi, dan mulai hidup dalam ketaatan.

 

Dalam Yohanes 17:17, Yesus berkata, "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran." Kekudusan terjadi saat kita membiarkan firman Tuhan menguduskan pikiran, hati, dan tindakan kita. Ini adalah proses transformasi..

 

Ayat pendukung:

 

 Roma 12:1–2

 Yohanes 17:17

 Ibrani 12:14

 

Ilustrasi: Bayangkan selembar kain putih yang terkena noda. Semakin cepat kita membersihkannya, semakin mudah nodanya hilang. Tetapi jika kita biarkan, noda itu menempel dan merusak kain itu selamanya. Begitu pula dengan dosa dalam hidup kita. Jangan biarkan dosa menjadi bagian normal dalam hidup. Bertobatlah.

 

Ajakan: Bangkitkan kembali kemauan untuk hidup benar. Jangan biarkan dunia menentukan standar hidup kita. Mari kita izinkan Roh Kudus mengubah hati dan pola pikir kita.

 

III. Kekudusan: Penyingkapan Dosa dan Kebenaran

 

Kekudusan tidak bisa dipisahkan dari penyingkapan dosa. Ketika kita datang kepada Allah yang kudus, kita akan sadar betapa najisnya kita. Tapi itulah awal dari pertobatan yang sejati.

 

Yesaya, ketika melihat kemuliaan Allah dalam Yesaya 6, berseru: “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibirnya.” Kekudusan Allah menyingkapkan keberdosaan manusia. Tetapi justru di titik itu, Tuhan menyentuh bibirnya dan mentahirkannya.

 

Ayat pendukung:

 

 Yesaya 6:5–7

 1 Yohanes 1:8–9

 Efesus 4:22–24

 

Hari ini, biarlah Firman Tuhan menyentuh hati kita dan menyadarkan kita akan dosa-dosa yang telah kita toleransi: kebiasaan berbohong, pikiran yang najis, amarah yang tak terkendali, sikap egois, hidup dalam kemunafikan, kekristenan yang hanya formalitas.

 

Tapi kekudusan bukan hanya tentang meninggalkan dosa—itu juga tentang hidup dalam kebenaran. Mengenakan Kristus. Mencerminkan kasih, kebenaran, dan kemurnian Allah dalam setiap aspek hidup.

 

IV. Kekudusan: Pengenalan yang Mendalam Akan Tuhan

 

Mengapa Allah memanggil kita untuk kudus? Karena hanya dalam kekudusanlah kita dapat mengenal Dia dengan benar. Mazmur 24:3-4 berkata, "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya."

 

Tanpa kekudusan, pengenalan kita akan Tuhan akan dangkal dan palsu. Tetapi semakin kita hidup dalam kekudusan, semakin dalam kita merasakan kehadiran-Nya, mengenal suara-Nya, dan mengalami persekutuan yang sejati.

 

Ayat pendukung:

 

 Mazmur 24:3–4

 Filipi 3:10

 2 Korintus 7:1

 

Kekudusan bukan beban, melainkan jalan menuju sukacita sejati dalam Allah. Inilah hidup yang penuh kuasa, karena kekudusan membuka jalan bagi manifestasi kehadiran Allah.

 

Penutup: Undangan untuk Merespons

 

Saudara, kekudusan bukan hanya untuk nabi, pendeta, atau hamba Tuhan. Kekudusan adalah panggilan untuk setiap orang percaya. Hari ini, mari kita bangkitkan kesadaran bahwa kita adalah umat kepunyaan Allah. Mari kita bangkitkan kemauan untuk hidup benar, dan biarkan dosa disingkapkan agar kita dibersihkan.

 

Yesus telah memberikan segalanya di kayu salib agar kita dapat hidup kudus. Dia telah membasuh kita dengan darah-Nya. Sekarang Dia memanggil kita untuk hidup dalam identitas baru: sebagai umat yang kudus.

 

Ajakan terakhir: Maukah saudara berkata hari ini, “Tuhan, aku mau hidup kudus. Kuduskanlah aku, pakailah aku, dan bentuk aku sesuai kehendak-Mu”? Jika itu kerinduan saudara, berdirilah, buka hati saudara, dan izinkan Tuhan bekerja. Amin.

a
y
a
c
r
e
p
u
k
a
s
u
s
e
Y
n
a
h
u
T
a
Y