BENARKAH ALLAH YANG DISEMBAH ABRAHAM, ISHAK DAN YAKUB ADALAH ALLAH TRINITAS?




Teman-teman saya mau share hasil diskusi dari WAG sebelah. Konon katanya anggotanya dari rektor² dan dosen ² dari seluruh Indonesia. Saya copy dialog ini mungkin bisa menjadi pemantik yang membantu teman-teman untuk terus bergairah mengobarkan kebenaran keesaan Allah. Tuhan Yesus memberkati.

[14/2 16.43] Edi Zakaria: Kalau begitu, siapakah bayi di Betlehem? Kalau anak, kok lahir darì Roh Kudus? Kalau Roh Kudus kok Yes 9:5 disebut sebagai Bapa yang kekal? Kalau Bapa, kok wujudnya anak? Kalau 3, kenapa wujudnya 1? Kalau 1, kok disebutkan ttg 3 hal tadi? Maaf, selanjutnya saya nyimak saja ya. Sebab saya sedang belajar. Terima kasih.

[14/2 16.52] +62 813-5479-1545: Kalau betul mau belajar, perjelas dulu posisi keyakinan yang bpk imani saat ini, biar tidak main petak umpet ataupun lempar batu di kolam pancing lalu lari sembunyi.
😁

[14/2 19.24] Edi Zakaria: Posisi yang bagaimana yang Bapak maksud?

[14/2 19.34] +62 813-5479-1545: Posisi kepercayaan bpk, apakah Yesus adalah Pribadi yang sama dengan Bapa atau beda?

[14/2 20.14] Fredik Dhetan: Terimakasih banyak Bro. Sudah memberi pencerahan buat saya, namun soal posisi iman saya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat.
Saya percaya bahwa Allah di sebut Bapa, tetapi saya juga menyebut Yesus sebagai Bapa.

[14/2 20.18] +62 813-5479-1545: Ini adalah literatur yang diterbitkan oleh Pentecostal Publishing House (PPH) sebagai official publishing dari United Pentecostal Church International (UPCI).
Dan sudah jelas, UPCI adalah sekte yang menolak Tritunggal, yang mendasarkan doktrinnya pada oneness Pentecostalism sebagai ajaran yang lahir dari teori2 Sabellianism, modalism.
Dan bagi yang belum tahu, United Pentecostal Church International (UPCI) adalah aliran yang *berbeda* dari Orthodox Pentecostal Church yang masuk dalam bagian Protestant, evangelical Christians yang mempercayai dan membela doktrin Tritunggal.

[14/2 20.23] +62 813-5479-1545: Gak usah malu2 kayak gitulah pak pendeta. Kalau keyakinan pak pendeta sdh mulai "tergugah" dengan pertanyaan pemicu logika teologis bapak, bahwa ayat2 Alkitab secara gamblang, dan begitu banyak menyatakan *Yesus adalah Pribadi yang berbeda dari Bapa,* gapapa pak, bisa terus berusaha mencari dan terbuka pada kebenaran tersebut. Saya doakan agar pak pendeta mendapat inspirasi2 yang mulai dari Allah Tritunggal dalam Bapa, Anak, dan Roh Kudus, untuk semakin mengenalNya dengan baik
πŸ™

[14/2 20.25] +62 813-5479-1545: Namun dalam literatur ini pun, tidak ada satupun ayat yang dipakai rujukan, yang menyatakan bahwa Yesus adalah Pribadi yang sama dengan Bapa.
Bahkan penjelasan2 di gambar tersebut, tidak ada yang menyatakan bahwa Yesus adalah Pribadi yang sama dengan Bapa.

[14/2 20.27] Fredik Dhetan: UPCI percaya injil tidak menganut faham sabelialisme juga bukan modalisme, tetapi Percaya Allah itu Esa sesuai Ulg 4:6 dan seluruh isi Alkitab PL dan PB.
πŸ™

[14/2 20.29] Fredik Dhetan: Sahabat ku, kita boleh berbeda dalam soal doktrin tetapi jangan sampai kita bermusuhan krn masalah doktrin.
πŸ™πŸ™

[14/2 20.31] +62 813-5479-1545: Benar sekali papen, disini kita harus bisa membedakan antara argumentasi nilai2 yang dipercaya dan argumetasi personal.
Keyakinan boleh beda, tapi persaudaraan harus tetap. Namun bukan berarti kita harus kompromi dg keyakinan kita
πŸ‘Œ

[14/2 20.31] Edi Zakaria: Saya nyimak boleh ya? Siapa tahu kegelisahan di atas ada jawabannya.

[14/2 20.34] Fredik Dhetan: Amin sahabat ku, kita terus berdoa supaya Tuhan membukakan berbagi rahasia yg masih tersembunyi agar kita bisa mencapai tujuan doa Yesus agar kita menjadi satu
πŸ™πŸ™

[14/2 20.34] +62 813-5479-1545: Ya silahkan kalau mau nyimak saja pak, gak ada paksaan disini.
Tapi kalau mau ikut nimbrung diskusi, harus berani dan berjiwa besar untuk menyatakan posisi teologisnya dengan kepala tegak.
Terkait pertanyaan bapak, saran saya, perbaiki dulu pertanyaan2nya. Karena orang bukan saja harus mampu memberi jawaban yang baik, tapi juga harus mampu memberi pertanyaan yang baik.
Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yg di dasarkan pada referensi yang jelas, apalagi kalau pertanyaan itu sudah mix dengan klaim2 pribadi yang gak ada referensinya.
😁

[14/2 22.21] Edi Zakaria: Bisakah Bapak membantu memperbaiki? Terima kasih

[14/2 22.24] +62 813-5479-1545: Gak bisa lah, krn sy tidak tahu referensi atau latar belakang pemikiran yang sudah menguasai pikiran bpk akan doktrin yg bapak yakini, sehingga melahirkan pertanyaan2 yg seperti itu.
Kalau bpk memberitahu saya referensi2 atau latar belakang pemikiran yang membangun keyakinan bapak, maka saya bisa bantu memperbaikinya.

[14/2 22.34] Edi Zakaria: Bayi dikandungan Maria dari Roh Kudus.

Matius 1:20 (TB) Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.

Lukas 1:35 (TB) Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.

* Siapakah bayi itu? Anak Allah atau Roh Kudus?
Bayi dikandungan Maria disebut Bapa yang kekal.

Yesaya 9:6 (TB) (9-5) Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.

*Siapakah bayi itu? Anak Allah atau Allah Bapa? Kalau Allah Bapa, kenapa dari Roh Kudus? (Poin sebelumnya). Kalau ada 3 pribadi kenapa wujudnya hanya seorang bayi?

[14/2 22.35] Edi Zakaria: Apakah ini sudah lebih baik? Terima kasih

[14/2 23.02] +62 813-5479-1545: Sudah lebih baik karena ada referensi ayat.
Hanya saja belum cukup baik, karena ada pertanyaan yang ditanyakan yang tidak sesuai dengan ayatnya.
Untuk pertanyaan yg sesuai dg ayat:
_Anda => Siapakah bayi itu? Anak Allah atau Roh Kudus?_
*Saya => Bayi itu namanya Yesus yg disebut Imanuel, dalam terminologi Ayat disebut Anak Allah. Jadi bukan Roh Kudus, bukan juga Bapa.*
_Anda => Bayi dikandungan Maria disebut Bapa yang kekal._
*Saya => _disebut Bapa yang kekal_ merupakan frasa yang berbeda dari _adalah Bapa yang kekal._ Baca lagi baik2 ayatnya.*
_Anda => Kalau ada 3 pribadi kenapa wujudnya hanya seorang bayi?_
*Saya => Ini pertanyaan aneh yang tidak jelas, yang lahir dari pemahaman yang sudah salah. Coba perbaiki pertanyaannya.*

[14/2 23.11] Edi Zakaria: Apa maksud "dari Roh Kudus"?

[14/2 23.12] +62 895-1344-3536: ==== Doktrin. TriTunggal ====
( Untuk kalangan Sendiri / Kritiani)

Doktrin Allah Tritunggal merupakan doktrin dasar kekristenan. Karena itu, setiap orang Kristen seharusnya memahami doktrin ini dengan baik dan benar. Sayangnya, dalam realita nya saya sering mendapati bahwa banyak orang Kristen hanya mengetahui istilah “Allah Tritunggal” atau “Trinitas”, tetapi tidak sungguh-sungguh memahami doktrin itu secara benar. Akibatnya, mereka mudah sekali diombang-ambingkan oleh berbagai pengajaran palsu sehubungan dengan doktrin ini.
Salah satu pengajaran palsu mengenai Allah Tritunggal yang marak di Indonesia adalah pengajaran dari bidat Sabelianisme. Tidak sedikit orang Kristen dan bahkan para pendeta yang dipengaruhi dan mengikuti pengajaran dari bidat Sabelianisme itu. Itulah sebabnya, selain membahas doktrin Allah Tritunggal yang benar dalam note ini, saya juga akan membahas pengajaran bidat Sabelianisme itu dalam note berikutnya. Semoga note ini dan note berikutnya dapat memberi gambaran mengenai doktrin Allah Tritunggal yang benar dan dapat menghindarkan saudara-saudara seiman dari pengajaran palsu yang ada sehubungan dengan doktrin ini.
Apa Yang Dimaksud Dengan Tritunggal?
Doktrin Allah tritunggal menyatakan bahwa terdapat satu Allah yang secara kekal bereksistensi sebagai tiga pribadi yang berbeda – Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Dengan kata lain, Allah itu satu dalam hakikat-Nya dan tiga dalam pribadi-Nya. Pengertian ini mengandung tiga kebenaran yang harus kita pahami:
1. Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah tiga pribadi yang berbeda.
2. Setiap pribadi adalah Allah sepenuhnya.
3. Hanya ada satu Allah.
***
1. Bapa, Anak, Dan Roh Kudus Adalah Tiga Pribadi Yang Berbeda
Alkitab menyebut Bapa sebagai Allah (Flp 1:2), Yesus sebagai Allah (Ibr 1:8), dan Roh Kudus sebagai Allah (Kis 5:3-4). Apakah ini hanyalah tiga sebutan berbeda yang dikenakan pada Allah? Apakah ini hanyalah tiga cara berbeda dalam memandang Allah? Apakah ini hanya menunjuk pada tiga peranan berbeda yang Allah mainkan (seperti pengajaran bidat Sabelianisme)? Tentu saja tidak.
Alkitab menyatakan bahwa Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah tiga pribadi yang berbeda. Misalnya, dalam Yohanes 3:16 dikatakan bahwa Bapa mengutus Putra-Nya ke dalam dunia. Artinya, Bapa dan Putra adalah dua pribadi yang berbeda. Bapa adalah yang mengutus, sedangkan Putra adalah yang diutus. Demikian pula halnya dengan Roh Kudus. Setelah sang Putra kembali kepada Bapa, dikatakan bahwa Bapa dan Putra mengutus Roh Kudus ke dalam dunia (Yoh 14:26; 16:7). Artinya, Roh Kudus juga adalah pribadi yang berbeda dari Bapa dan Putra.
Salah satu peristiwa yang secara jelas menunjukkan bahwa Bapa, Putra, dan Roh Kudus merupakan tiga pribadi yang berbeda adalah peristiwa pembaptisan Yesus. Dalam peristiwa tersebut diceritakan bahwa ketika Yesus keluar dari air, Bapa berbicara dari langit dan Roh Kudus turun dalam rupa burung merpati (Mrk 1:10-11). Di sini kita jelas melihat adanya tiga pribadi yang berperan, bukan satu pribadi yang melakukan tiga peranan (seperti pengajaran bidat Sabelianisme).
Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah tiga pribadi yang berbeda. Dengan kata lain, Bapa bukanlah Putra, Putra bukanlah Roh Kudus, dan Roh Kudus bukanlah Bapa. Yesus adalah Allah, tetapi Dia bukanlah Bapa ataupun Roh Kudus. Roh Kudus adalah Allah, tetapi Dia bukanlah Bapa ataupun Yesus. Bapa menggunakan kata ganti orang pertama “Aku” ketika menunjuk kepada diri-Nya sendiri dan menggunakan kata ganti orang kedua “Engkau” atau kata ganti orang ketiga “Dia” ketika menunjuk kepada Yesus dan Roh Kudus. Demikian pula halnya dengan Yesus. Dia menggunakan kata ganti orang pertama “Aku” ketika menunjuk kepada diri-Nya sendiri dan menggunakan kata ganti orang kedua “Engkau” atau kata ganti orang ketiga “Dia” ketika menunjuk kepada Bapa dan Roh Kudus. Demikianlah, Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah tiga pribadi yang berbeda, bukan sekedar tiga sebutan atau tiga peranan berbeda yang dimiliki oleh Allah.
Akan tetapi, patut diperhatikan di sini bahwa sekalipun Bapa, Anak, dan Roh Kudus merupakan tiga pribadi yang berbeda, ketiga pribadi itu memiliki derajat dan kualitas yang sama. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di antara ketiganya. Ketiganya memiliki atribut, tujuan, dan kehendak yang sama.
2. Setiap Pribadi Adalah Allah Sepenuhnya
Bila Allah memiliki tiga pribadi, apakah itu berarti bahwa setiap pribadi Allah tersebut merupakan sepertiga bagian dari Allah? Apakah itu berarti bahwa Allah terbagi ke dalam tiga bagian? Tidak. Doktrin Allah tritunggal tidak pernah membagi Allah ke dalam tiga bagian.
Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa ketiga pribadi itu masing-masing adalah Allah sepenuhnya. Bapa adalah Allah sepenuhnya, Anak adalah Allah sepenuhnya, dan Roh Kudus adalah Allah sepenuhnya. Misalnya, tentang Yesus dikatakan bahwa di dalam Dia berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan (Kol 2:9). Karena itu, kita tidak boleh menggambarkan Allah seperti roti spikoe yang terbagi ke dalam tiga bagian (atau seperti telur yang terdiri dari kulit telur, putih telur, dan kuning telur; atau seperti manusia yang terdiri dari tubuh, jiwa, dan roh), di mana setiap bagian itu mewakili setiap pribadi Allah. Hal ini akan menjadikan setiap pribadi Allah itu lebih rendah dari Allah sepenuhnya dan dengan demikian bukanlah Allah sama sekali.
Setiap pribadi itu memiliki hakikat keilahian yang penuh. Hakikat keilahian itu tidak terbagi ke dalam tiga pribadi, tetapi berada di dalam setiap pribadi itu secara penuh tanpa terbagi-bagi. Dengan kata lain, Bapa bukanlah sepertiga bagian dari Allah, melainkan Allah sepenuhnya. Anak bukanlah sepertiga bagian dari Allah, melainkan Allah sepenuhnya. Demikian pula dengan Roh Kudus, Dia bukanlah sepertiga bagian dari Allah, melainkan Allah sepenuhnya.
3. Hanya Ada Satu Allah
Bila Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah tiga pribadi yang berbeda dan masing-masing juga adalah Allah sepenuhnya, apakah itu berarti bahwa ada tiga Allah? Tidak. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa hanya ada satu Allah. “ … tidak ada Allah selain dari pada-Ku! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang lain kecuali Aku! Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain.”
(Yes 45:21-22; bd. 44:6-8; Kel 15:11; Ul 4:35; 6:4-5; 32:39; 1 Sam 2:2; 1 Raj 8:60).
Lalu, bagaimana kita dapat menyelaraskan ketiga pernyataan tersebut?
Karena Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah pribadi-pribadi yang berbeda, masing-masing adalah Allah sepenuhnya, dan hanya ada satu Allah, maka kita harus menyimpulkan bahwa ketiga pribadi itu adalah Allah yang sama.
Dengan kata lain, terdapat satu Allah yang secara kekal bereksistensi sebagai tiga pribadi yang berbeda. Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah tiga pribadi yang berbeda, tetapi ketiganya adalah satu Allah yang sama.
Salah satu bagian Alkitab yang paling jelas menyatakan hal ini adalah Matius 28:19: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.”
* Bapa, Anak, dan Roh Kudus dibedakan sebagai tiga pribadi. Kita dibaptis dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.
* Ketiga pribadi tersebut memiliki posisi dan derajat yang setara. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di antara ketiganya. Bapa, Anak, dan Roh Kudus disejajarkan dalam formula baptisan itu.
* Masing-masing pribadi itu adalah Allah sepenuhnya. Mungkinkah Yesus menyuruh kita membaptis dalam nama suatu ciptaan saja? Tidak mungkin. Karena itu, masing-masing pribadi itu, yang dalam namanya kita dibaptis, tentu adalah Allah sepenuhnya.
* Sekalipun Bapa, Anak, dan Roh Kudus dibedakan sebagai tiga pribadi, ketiganya adalah satu. Kata “nama” dalam nas tersebut dipakai dalam bentuk tunggal (nama), bukannya jamak (nama-nama). Ketiga pribadi itu berbeda, tetapi hanya ada satu nama. Hal ini tidak mungkin terjadi kecuali ketiganya memiliki satu hakikat yang sama.
Demikianlah, sekalipun Bapa, Anak, dan Roh Kudus merupakan tiga pribadi yang berbeda, ketiganya memiliki hakikat dan derajat yang sama. Ketiganya adalah Allah yang kekal. Akan tetapi, bukan terdapat tiga Allah, melainkan satu Allah yang bereksistensi secara kekal sebagai tiga pribadi.
Itulah doktrin Allah Tritunggal yang benar, yang diterima baik oleh gereja Katolik maupun oleh gereja Protestan. Saya mengakui bahwa doktrin ini sukar dipahami, tetapi inilah doktrin yang Alkitabiah. Jadi, marilah kita pegang pengajaran ini baik-baik.
(Pembahasan tentang pengajaran palsu bidat Sabelianisme menyusul ya.... Selamat berpusing-pusing ria dulu dengan doktrin ini.... hehehe....)
------
***
Ini Tritunggal yang aku Imani berdasarkan , Konsili Cinea para bapa2 Gereja...
πŸ™πŸ™πŸ™

[14/2 23.12] Edi Zakaria: Pembedaan frasa "Bapa yang kekal" yang bagaimana yang Bapak maksud?

[15/2 10.31] +62 899-9909-888: Kalau saya boleh menambahkan dari frasa Bapa yang kekal atau אֲΧ‘ִΧ™Χ’ַ֖Χ“ transliterasinya abi ad.
Ini hanya 1x muncul dalam Alkitab.
Secara Lexicon frasa abiad ini tidak diberi nomor khusus. Karena di duga terdiri dari 2 frasa yaitu abi dan ad.
Abi sudah jelas diterjemahkan sebagai bapa.
Ad sendiri lebih banyak diterjemahkan sebagai selamanya. Hanya 1x diterjemahkan sebagai everlasting yaitu di Yesaya 9:6 ini.
Lantas di kitab lain bagaimana penulis menggunakan kekal atau everlasting.
Ambil contoh Kej 9:16 menggunakan frasa Χ’Χ•ֹלָ֔ם transliterasinya awlam. Begitu juga dengan ayat2 lainnya yang menggunakan kekal untuk Allah adalah awlam Χ’Χ•ֹלָ֔ם.
Ini yang seingat saya. Saya belum menemukan catatan saya. Jadi silahkan koreksi jika punya dasar yang lebih kuat.
Abiad אֲΧ‘ִΧ™Χ’ַ֖Χ“
Menurut pandangan scholars ada 2 terjemahan yaitu
*Everlasting Father* dan *Father of Eternity*.
Menurut pandangan Yahudi Kristen lebih tepat Father of Eternity, pemilik kekekalan.
Demikian tambahan saja dari saya
πŸ™

[15/2 10.36] Edi Zakaria: Maaf. Ini kan konsep politeisme ambigu. PolitΓͺisme sebab lebih dari satu. Disebut ambigu, karena yang banyak itu dpaksain sebagai yang satu.
Saya yakin ini bukan konsep Allah yang disembah Abraham, Ishak dan Yakub.
Jika memang konsep ini yang ada dalam benak dan iman Abraham, Ishak dan Yakub pasti semua keturunannya menjadi kaum trinitarian sejati. Sekali lagi maaf.

[15/2 11.15] +62 813-5479-1545: ...
Bagaimana mau berteologi, kalau teknik membuat pertanyaan yang baik saja masih belum bisa?!
Bagaimana mau berteologi kalau anda buat istilah sendiri seperti _politeisme ambigu,_ lalu anda kritisi sendiri, kemudian buat kesimpulan sendiri tanpa sama sekali bicara berdasarkan teks?
Bagaimana mau berteologi, kalau hanya membangun keyakinan di atas asumsi2 liar, tanpa mau stick atau peduli pada teks yang tertulis dalam Alkitab?!
Bagaimana mau berteologi, kalau *text criticism* saja anda gak paham?!
Bagaimana mau berteologi, kalau pemahaman grammar atau tata Bahasa yang umum saja anda tidak paham, apalagi kalau mau bicara Tata Bahasa Ibrani/Yunani dari teks Alkitab yang jadi acuan?!
Bagaimana mau berteologi, tapi banci dan ketakutan untuk mengakui posisi teologi yang anda Yakini/pegang?!
Bagaimana mau berteologi, kalau pemahaman paling dasar tentang personal pronouns (kata ganti diri/pribadi) seperti *I-Saya* sebagai orang pertama Tunggal, *You/Anda* sebagai orang kedua tunggal, dan *He/Him/His* sebagai orang ketiga tunggal, *tidak anda pahami?!!* Yang mana kalau dalam satu kalimat ada penggunaan _I/Saya_ dan _You/Anda,_ maka itu artinya ada 2 orang/pribadi yang berbeda. Kalau ada penggunaan _I/Saya_ dan _He/Him/His/Dia,_ maka itu artinya ada 2 orang/pribadi yang berbeda. Dan kalau ada penggunaan _I/Saya,_ dan _You/Anda_ dan _He/Him/His/Dia_ secara bersamaan, maka itu artinya ada 3 (Tiga) orang/pribadi yang berbeda. Padahal ini adalah aturan tata Bahasa yang berlaku universal dan tidak bisa diperkosa aturan penggunaannya.
Anda mau cari di literatur manapun, sampai literatur yg paling sederhana sekalipun, dalam konteks apapun, pemahaman dasar tentang tata Bahasa penggunaan *I/Saya, You/Anda, dan He/Him/His/Dia,* itu sudah pasti berbicara tentang 3 orang yang berbeda. *Jadi jangan bicara teologi dulu, tapi belajar tata bahasa dulu.*
Tapi karena Anda juga *ketakutan* untuk mengakui posisi teologis Anda, yang dari bentuk pertanyaan dan sanggahan Anda, sudah terlihat sebagai penganut dan pengikut kaum Sabellian seperti Oneness/JO, maka biarlah nanti brother @⁨CarvedoAddo⁩ yang merespon anda.
😁

[15/2 11.38] +62 899-9909-888: Kalau saya boleh komen.
Lebih tidak mungkin Oneness yg baru ditelorkan tahun 1914.
Terlalu jauh dipahami oleh Abraham, Ishak dan Yakub.

[15/2 11.57] Edi Zakaria: Sebaik apakah yang tuan bisa sehingga tuan bisa membanggakan diri?

[15/2 12.14] +62 813-5479-1545: Itu bukan soal kebanggaan atau urusan membanggakan diri.
Itu soal aturan2 umum yang sangat dasar. Apakah ada yg salah dari poin2 yg saya sampaikan di atas??
Dan kalau mau masuk ke diskusi teologi *jangan banci* untuk mengakui posisi teologis kita.
Ini kata banci, bukan ditujukan pada soalan personal anda ya, tapi pada soalan nyali anda untuk mengakui.

[15/2 12.32] Edi Zakaria: Sayang bila kita membutakan diri terhadap adagia kebenaran pΓ₯sti menemukan jalannya. Mengapa kebenaran harus dibelenggu oleh kronologi waktu? Bukankah selesai konsili Nicea semua karya Sabelius dimusnahkan tanpa sisa? Bukankah Semua anggapan tentang ajaran Sabelius hanya bersumber dari para musuh dan pembecinya? Tetapi puji Tuhan, Alkitab terbuka dipelajari oleh semua orang. Sehingga kapan pun kebenaran muncul harus diterima sebagai kebenaran?

[15/2 12.34] Edi Zakaria: Mengapa Anda memaksa saya untuk mengklaim sesuatu yang saya tidak ingin pamerkan?

[15/2 12.48] Fredik Dhetan: Wah diskusi semakin menarik, maksudnya menarik ulur
πŸ˜„

[15/2 12.51] Fredik Dhetan: Bro, Edy Zakaria, jangan pamer suatu kebenaran tetapi awasilah dirimu dan awasi ajaran mu :1 Timotius 4:16
Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.

[15/2 13.26] +62 813-5479-1545: Bukan untuk pamerkan, krn memang belum ada apapun yang bisa anda pamerkan.
Dalam diskusi terbuka, aturan untuk menyampaikan posisi seseorang baik secara teologis maupun non teologis dari org yg mau berdiskusi adalah wajib, dan kalau hal inipun anda tidak tahu, padahal ini adalah aturan dasar yg umum, maka apa lagi yg mau anda pamerkan?
πŸ˜†
Sedangkan untuk hal2 umum yg paling mendasar dan umum, anda tidak paham, bgm mau berdiskusi untuk hal2 yg lebih dalam dan spesifik??
*Begini saja, spy ada yg bisa anda pamerkan sedikit, _kalau dalam satu kalimat, ada penggunaan SAYA dan ENGKAU atau SAYA dan DIA,_ di situ ada berapa orang dalam teks tersebut?*

[15/2 13.37] Edi Zakaria: Tuan yang terhormat. Saya tidak ingin pamer. Lagi pula mengapa Anda bingung dengan hal² bersifat asesoris? Mengapa bukan esensi?
Semoga tuan tenteram dan damai selalu.

[15/2 13.51] +62 813-5479-1545: Itu bukan pamer, karena diskusi bukan pameran. Dan kayakx anda gak paham apa arti kata pamer tapi sok2an pakai kata pamer. Pamer artinya menunjukkan sesuatu yg bernilai. Lah, *ke-banci-an* dari nyali anda apakah itu sesuatu yg layak dipamerkan? Tentu tidak.
Ketidakpahaman anda akan tata bahasa yg sangat sederhana dan mendasar, apakah itu adalah sesuatu yg layak dipamerkan? Tentu tidak.
Masa aturan penting tata bahasa anda bilang hanya asesoris? Ini makin menunjukkan anda benar2 gak paham apa dan betapa pentingnya tata bahasa dalam sebuah diskusi apalagi diskusi teologis...
*Jadi, anda gak bisa jawab pertanyaan sederhana dari tata bahasa itu kan?*
_Tidak berani jawab karena tiba2 sadar akan kesalahan dan kesesatan doktrin oneness atau tdk berani jawab krn belum paham2 juga aturan tata bahasa umum yg sangat mendasar itu?_
Ayo...
😁

[15/2 13.57] Edi Zakaria: Tuan masih berkutat hal² aksesoris.
Baiklah kalau begitu, ada baiknya saya menyimak saja. Supaya tuan puas telah menuduh saya banci.
Sesungguhnya saya ragu, jangan ² tuan yang banci karena kesulitan mencerna esensi diskusi kita. Terima kasih.

[15/2 14.05] +62 813-5479-1545: Bah, ose jangan panggil aku Tuan, nanti dikit lagi bisa ose sembah ... wkwkwk just kidding bro
πŸ˜†
Di atas saya katakan yang *banci* itu bukan personal/pribadi anda, tapi nyali anda yg tidak berani menunjukkan posisi keyakinannya, eh ini malah anda gak paham juga apa bedanya yg personal dengan yg tdk personal...
🀦‍♂️
Jadi, ya sudahlah, menyimak aja, karena kan memang dari awal anda tidak sedang berdiskusi. Anda hanya menyimak lalu melempar pertanyaan2 bodoh dan sanggahan2 dangkal yg tdk ada dasarnya.
Saat dibantu untuk memahami hal2 sederhana dan mendasar tapi sangat penting perannya dalam diskusi, yaitu soal tata bahasa, malah anda katakan aksesoris, wkwkwkwk.... sabell... sabell...
😁

[15/2 14.34] Edi Zakaria: Lalu yang esensial dibahas kapan saudaraku yang baik hati.

[15/2 15.11] +62 813-5479-1545: Tata bahasa itu adalah hal yang sangat mendasar. Mendasar bukan berarti tidak penting, tapi malah itu yang paling penting, agar topik utamanya tidak lari kemana-mana.
Masa untuk jawab apakah kalau ada penggunaan *"AKU"* dan *"DIA"*, dalam satu kalimat, itu butuh waktu berjam-jam sodarahku?
Jawablah itu, supaya kita lanjut ke yg sodarahku bilang esensi itu
πŸ˜πŸ‘πŸ™

[15/2 15.15] Edi Zakaria: Persyaratan harap ditulis di surat edaran pendaftaran.

[15/2 15.19] +62 813-5479-1545: Nah, kan, kalau jawabannya dia tahu akan meruntuhkan doktrin dia, maka pasti tidak mau jawab, wkwkwkwk
πŸ˜†πŸ€¦‍♂️πŸ˜…

[15/2 15.49] Edi Zakaria: Semua persyaratan Anda buat supaya anda tidak jadi membahas yang esensial.

[15/2 15.50] Edi Zakaria:
πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ€­

[15/2 15.58] +62 813-5479-1545: @⁨Edi Zakaria⁩,
Karena anda sudah tidak mampu jawab pertanyaan sederhana dan mendasar ini: *Ada berapa orang dalam kalimat yang menggunakan kata ganti diri _Aku_ dan _Engkau_ atau _Aku_ dan _Dia_, maka saya menyerah sudah.* sebab jawaban dari pertanyaan itu pasti meruntuhkan seluruh pondasi doktrin kaum sesat Oneness/JO yang anda pegang,
maka...
Nanti abang2 lain di WAG ini yang masih mampu layani jenis Sabellian seperti ini, silahkan dilanjutkan
πŸ˜πŸ™

[15/2 15.59] Edi Zakaria: Jurus ngeles yang ciamik.

[15/2 18.24] Edi Zakaria: *Shahadat iman Abraham dan keturunannya:*
Ulangan 6:4 (TB) Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
*Doxologi Gereja mula²:*
Yudas 1:25 (TB) Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.

*Formulasi ke-Allahan PERJANJIAN BARU:*
Kolose 2:9 (TB) Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan,
Mari kita bertanya:
1. Di dalam berapa pribadi seluruh kepenuhan ke-Allahan yang berdiam secara jasmaniah? Satu, yaitu Dia (YESUS).
2. Apakah Yesus tinggal dalam ke-Allahan, ataukah seluruh kepenuhan ke-Allahan secara jasmaniah yang tinggal dalam Yesus? Seluruh kepenuhan ke-Allahan yang berdiam dalam Yesus. Kalau Yesus yang berdiam dalam ke-Allahan, ada kemungkinan Yesus menjadi salah satu pribadi Allah. Tidak! Yang benar seluruh kepenuhan ke-Allahan yang berdiam secara jasmaniah di dalam Yesus.
3. Jadi kalau mencari Allah Bapa ketemunya siapa? Yesus.
4. Kalau mencari Roh Kudus ketemunya soapa? Yesus.
5. Kalau mencari Anak Allah ketemunya siapa? Yesus
6. Mengapa demikian?
Sebab seluruh kepenuhan ke-Allahan berdiam secara jasmaniah di dalam Yesus.
*7. Kalau begitu, jumlah pribadi Allah ada berapa? SATU.*

*MISTERI TERBESAR TENTANG ALLAH BUKAN PADA JUMLAH PRIBADINYA TETAPI PADA INKARNASINYA.*
1 Timotius 3:16 (TB) Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan."

(Disarikan dari: gpsdi(dot)blogspot(dot)com)

Mudah-mudahan memantik kerinduan kita untuk mengenal Allah lebih dalam dan utuh.
Tuhan Yesus memberkati.

[15/2 18.30] Edi Zakaria: Kami tidak takut kawan. Tetapi saya belum mengenal Anda. Harap maklum.

[16/2 05.22] +62 813-5479-1545: Penjelasan panjang yang keluar dari text dan context serta cotext ini, *runtuh* hanya dengan sebuah pertanyaan sederhana, umum, dan mendasar, yaitu:
*Jika dalam sebuah kalimat/ayat, ada penggunaan kata ganti diri _Aku_ dan _Engkau_ atau _Aku_ dan _Dia_, maka ada berapa orang/pribadi yang sedang dibicarakan/ada dalam kalimat/ayat tersebut?*
😁✌️

[16/2 06.31] Edi Zakaria: Penjelasan panjang dan lebar tentang Trinitas menjadi gagap ketika harus berhadapan dengan pertanyaan: "Benarkah itu Allah yang disembah oleh Abraham, Ishak dan Yakub?".
Jika Trinitas itu yang disembah oleh Abraham, Ishak dam Yakub pasti semua keturunannya menjadi kaum Trinitarian sejati. Kenyataannya....? Hmmmm....

[16/2 07.51] Edi Zakaria: Terpujilah Kristus, Allah yang Esa. Haleluyah....!!!

[16/2 07.54] +62 813-5479-1545: Anda jawab pertanyaan sederhana dan mendasar ini:
*Jika dalam sebuah kalimat/ayat, ada penggunaan kata ganti diri _Aku_ dan _Engkau_ atau _Aku_ dan _Dia_, maka ada berapa orang/pribadi yang sedang dibicarakan/ada dalam kalimat/ayat tersebut?*
Setelah itu,
Saya akan jawab pertnyaan anda ini.
*Bagaimana, berani jadi jantan?*
😁

[16/2 07.58] Edi Zakaria: Apa hubungannya menjawab dan kejantanan? Kejantananku sudah terjawab di ranjangku. Yang namanya diskusi mau jawab ya jawab saja.
Sudahlah tidak usah pertaruhkan apapun. Sehingga diskusi kita tidak berbasis menang dan kalah. Tetapi berbasis kerendahan hati untuk belajar. Bagaiman ? Sepakat?
[16/2 08.00] +62 813-5479-1545: Hahaha, itu guyon saja, masa kejantanan seseorang terverivikasi via WA, pagi2 jangan tensi dulu brur
πŸ˜†
Ya udah, ini diskusi biasa saja, tidak ada soal kalah menang. Kan dari awal saya tawarkan yg demikian. Tapi perlu pahami rambu2 dalam diskusi, siab bertanya dan siap menjawab.
Ok, silahkan broh


πŸ‘

[16/2 10.06] Edi Zakaria:

DOKTRIN KEESAAN: PRO HISTORIS ATAUKAH AHISTORIS?

Kelemahan mendasar dari penganut doktrin keesaan adalah lemah di dalam membangun narasi. Baik narasi yang bersifat akademik, baik narasi yang bersifat literasi, juga narasi yang bersifat populis. Semua itu berawal dari miskinnya pewarisan dokumen para pendahulu penganut doktrin keesaan.
Kebanyakan penganut doktrin keesaan menemukan kebenarannya berdasarkan intuisi" terhadap kebenaran Alkitab yang terpendam.
Hal itu dipicu oleh absurdnya penalaran para penganut doktrin-doktrin keallahan yang mainstream. Meskipun mereka memenangkan pertempuran dengan terbukti mampu mendominasi sehingga menjadi doktrin yang mainstream, tetapi jiwa-jiwa yang haus dan lapar akan kebenaran tidak pernah berhenti meronta, berjuang dan menggali sampai menemukan permata kebenaran keesaan Allah. Namun sayang penemuan permata kebenaran keesaan Allah lebih berfokus kepada apa bunyi teks dalam Alkitab dan kurang dukungan narasi dan literasi di luar Alkitab. Sementara itu para penganut doktrin yang mainstream berlimpah dengan narasi dan literasi yang terdokumentasi. Namun sayang sumber-sumber yang mereka miliki seringkali berasal dari abad setelah abad ke-2 yaitu abad bapak-bapak gereja.
Semestinya penalaran kita harus bisa memaklumi bila para penganut doktrin keesaan itu miskin sumber literasi dan narasi. Sebab abad para rasul adalah abad dimana kekristenan mengalami penganiayaan yang tiada henti. Sementara itu abad bapak-bapak gereja adalah abad dimana kekristenan diterima dengan terbuka bahkan menjadi agama negara. Maka tidak aneh bila pada abad-abad tersebut tersedia dokumentasi yang melimpah. Belum lagi dengan adanya berbagai kesepakatan yang terjadi dalam konsili, kaum penganut doktrin keesaan termarginalisasi.
Seharusnya secara jujur kebenaran keesaan Allah harus diakui merupakan konsep yang lebih logis, berimbang dan alkitabiah. Hal itu berbeda dengan konsep yang didasarkan kepada pendapat bapak-bapak gereja yang berakhir kepada kebuntuan nalar dan ketidakkonsistenan pewahyuan.
Para penganut doktrin keesaan meyakini bahwa doktrin yang mereka anut adalah doktrin yang rasuli.

KONSISTENSI PEWAHYUAN
Rasul Paulus bergumul begitu hebat untuk dapat memastikan bagaimana seharusnya meletakkan hubungan antara Yudaisme dan kekristenan. Hal ini tampak dalam tulisannya kepada jemaat di Roma:
Roma 9:1-8 (TB)
1 Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus,
2 bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati.
3 Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.
4 Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji.
5 Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!
6 Akan tetapi firman Allah tidak mungkin gagal. Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel,
7 dan juga tidak semua yang terhitung keturunan Abraham adalah anak Abraham, tetapi: "Yang berasal dari Ishak yang akan disebut keturunanmu."
8 Artinya: bukan anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah, tetapi anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar.
Mengapa Rasul Paulus memilih rela terkutuk asal dapat menjangkau orang-orang Yahudi? Hal itu terjadi karena Rasul Paulus dengan keyakinannya kepada Yesus tidak bisa diterima oleh orang-orang Yahudi sebagai penganut Yudaisme. Di mata orang Yahudi para pengikut Yesus dianggap sudah terpisah dari Yudaisme.
Tetapi para pengikut Yesus pada awal mulanya mereka meyakini masih sebagai penganut Yudaisme. Sebab mereka meyakini meskipun mereka mengikut Yesus tetapi Allah yang disembah Abraham mereka percayai sudah berwujud manusia Yesus yang datang ke dunia.
Itulah sebabnya meskipun mereka sudah menyembah Yesus mereka masih tetap terbiasa pergi ke sinagoge. Pada awal mulanya mereka masih terbiasa merayakan sabat di bait Allah pada hari Sabtu.
Kisah Para Rasul 3:1 (TB) Pada suatu hari menjelang waktu sembahyang, yaitu pukul tiga petang, naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah.
Namun di komunitas dalam bait Allah para pengikut Yesus tidak bisa memuliakan dan menyerukan nama Yesus di situ. Itulah sebabnya pada hari Sabtu mereka berkumpul di bait Allah, tetapi pada hari Minggu mereka berkumpul di rumah-rumah untuk memecahkan roti.
Kisah Para Rasul 2:46 (TB) Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
Jadi orang percaya pada zaman para rasul meyakini bahwa Allah yang disembah Abraham, Ishak dan Yakub adalah Allah yang sama yang dinyatakan di dalam 1 pribadi Yesus Kristus.

PRO HISTORIS ATAUKAH AHISTORIS?
Roma 11:24 (TB) Sebab jika kamu telah dipotong sebagai cabang dari pohon zaitun liar, dan bertentangan dengan keadaanmu itu kamu telah dicangkokkan pada pohon zaitun sejati, terlebih lagi mereka ini, yang menurut asal mereka akan dicangkokkan pada pohon zaitun mereka sendiri.
Pohon zaitun yang dicangkokkan adalah metafora hubungan antara Israel (Yudaisme) dengan para pengikut Yesus (Gereja). Seakan-akan Rasul Paulus mempersilakan kita para pembaca surat Roma untuk mengambil kesimpulan apakah kekristenan adalah kelanjutan dari Yudaisme, ataukah kekristenan adalah cabang atau aliran tertentu dari Yudaisme.
Berdasarkan metafora tersebut kita bisa mengumpulkan beberapa fakta:
1. Yudaisme adalah akar zaitun yang sejati.
2. Kekristenan adalah zaitun yang liar.
3. Meskipun Yudaisme dan kekristenan itu berbeda, namun dimetaforakan oleh Rasul Paulus sebagai tanaman yang sejenis yaitu zaitun.
4. Kekristenan adalah zaitun liar yang dicangkokkan pada pangkal zaitun yang sejati.
Jadi Yudaisme dan kekristenan itu berbeda. Yudaisme dikontrol oleh Taurat. Kekristenan dikontrol oleh kasih karunia.
Meskipun keduanya memiliki paradigma teologis yang berbeda, namun keduanya memiliki titik temu yang sama dalam kesejarahan (baca: pro historis), yaitu sama-sama menyembah obyek penyembahan yang sama. Dan itu berarti Allah yang disembah Abraham, Ishak dan Yakub adalah Allah yang sama yang disembah oleh Gereja Tuhan zaman para Rasul.

APAKAH ABRAHAM, ISHAK DAN YAKUB MENYEMBAH TRINITAS?
Konsistensi pewahyuan itu harus bisa memastikan bahwa Allah yang disembah Abraham Ishak dan Yakub adalah Allah yang sama yang disembah oleh para rasul.
Yang menjadi pertanyaan: Apakah konsep trinitas sudah dikenal oleh Abraham, Ishak dan Yakub? Apakah bangsa Israel sebagai keturunan Abraham mengenal trinitas? Apakah kesadaran bahwa Allah itu trinitas dimiliki oleh Abraham dan keturunannya?
Lalu mengapa trinitas mencuat justru zaman bapak-bapak gereja? Jika konsep kealahan trinitas tidak memiliki benang merah dengan objek penyembahan yang disembah Abraham, Ishak dan Yakub, masihkah hal itu bisa disebut pro historis? Ataukah secara jujur kita harus mengatakan bahwa itu adalah mishistoris? Silahkan Anda menyimpulkan.
Penulis:
Edi Zakaria

SETELAH DISKUSI INI SELESAI, DESKRIPSI GRUP DIUBAH MENJADI GRUP SALAH SATU YOUTUBER YANG MENGEMIS LIKE, COMMENT AND SHARE. DAN SAYA KELUAR DARI GRUP TERSEBUT.