Kuatir, itu sama dengan cemas, atau galau. Istilah tersebut menunjuk kepada suatu keadaan yang tidak menentu.
Galau, adalah sesuatu yangmanu-siwi. Allah menaruh rasa kuatir bukan dimaksudkan agar kekuatiran itu mendominasi dan mengendalikan hidup manusia, tetapi agar manusia me-miliki kesadaran adanya kebutuhan yang harus dipenuhi dan masalah yang harus dituntaskan.
Mengapa Tuhan Yesus memerintahkan orang percaya untuk “JANGAN KUATIR”?
1. GALAU, KACAUKAN NILAI-NILAI (ay. 25-26)
Ketika kekuatiran menguasai sesorang, maka orang itu bias terperangkap dalam kebingungan akan nilai-nilai kehidupan yang bias berakibat fatal.
Manusia layak disebut manusia bila menjalani kehidupannya berdasarkan nilai-nilai.
Kita mungkin pernah gagal dalam studi, karir, asmara ataupun yang lainnya. TETAPI JANGAN SAMPAI PERNAH GAGAL MENJADI MANUSIA.
2. GALAU, KACAUKAN FOKUS KEHIDUPAN (ay. 27-30)
Kekuatiran bisa mengalihkan pusat hidup kita. Dari hidup berpusat pada Tuhan sebagai sumber kehidupan, beralih berpusat pada “keakuan diri” kita dengan segala tetek bengeknya.
Segala prestasi sehebat apapun bila tidak berpusatkan kepada Tuhan, tidak pernah menghasilkan kehidupan. Sebab, “Di luar Aku, kamu tidak bias berbuat apa-apa (Yohanes 15:5).
3. GALAU, KACAUKAN JATI DIRI (ay. 31-32)
Orang percaya dirancang dan dipanggil oleh Allah untuk mengagunggkan Tuhan dalam segala hal. Dan bukan untuk mengejar perkara-perkara yang fana seperti yang dilakukan oleh orang dunia.
4. GALAU, KACAUKAN PRIORITAS (ay. 33-34)
Orang percaya harus utamakan Tuhan dan ketaatan kepadaNya.Kegalauan yang akut bias mengacaukan hal itu. WASPADAILAH!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar