Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja
melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," maka kegelapanpun
tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan
sama seperti terang.
Mazmur
139:11-12
PENDAHULUAN
Salah satu sifat Allah yang transenden adalah
kemaha tahuannya. Ke-maha tahuan Allah membuat Allah tidak membutuhkan
informasi apapun dari manusia. Kemaha tahuan Allah membuat selalu “bersama”
dengan manusia. Ke-maha tahuan Allah membuat tidak ada hal apapun yang tersembunyi
dan dapat disembunyikan dari Dia.
Mazmur 139 mematahkan anggapan bahwa agama hanyalah
kumpulan aturan dan norma yang membentuk system kepercayaan dalam upaya manusia
untuk menjangkau Allah. Hidup beragama yang benar tidak cukup hidup dengan
ritual-ritual agamawi. Kebenaran bahwa Tuhan itu maha tahu seharusnya membangkitkan
kesadaran dan pengertian bahwa manusia tidak bisa berdiri di hadapan Allah
dengan prinsip legalisme yang menjebak manusia dalam kemunafikan.
PEMBAHASAN
A.
SEKITAR
KE-MAHA TAHUAN ALLAH
1.
DINAMIKA
PENGETAHUAN ALLAH
Allah
mengerti setiap aktiitas jasmani dan rohani kita, pengetahuan Allah selalu “up to date”.
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. TUHAN,
Engkau menyelidiki dan mengenal aku;
Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti
pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring,
segala jalanku Kaumaklumi. (Mazmur 139:1-3)
2.
AKURASI
PENGETAHUAN ALLAH
Allah
mengerti segla hal dengan detil tanpa kekeliruan sedikit pun.
Sebab sebelum lidahku mengeluarkan
perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. Dari belakang dan
dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku.
Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku
mencapainya. (Mazmur 139:4-6)
3.
LUAS AREA
PENGETAHUAN ALLAH
Tidak ada
wilayah yang tidak diketahui Allah. Baik di bumi, di surga bahkan di neraka pun
tetap tercover oleh ke-maha thuanNya.
Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke
mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di
sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau.
Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga
di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku. (Mazmur
139:7-10)
4.
KEMAMPUAN
KE-MAHA TAHUAN ALLAH
Tidak ada apa
pun yang bisa membuat Allah tidak tahu sehingga harus diberitahu.
Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan
saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," maka
kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti
siang; kegelapan sama seperti terang. (Mazmur 139:11-12)
5.
DURASI
PENGETAHUAN ALLAH
Allah
memiliki pengetahuan dengan sendirinya. Sebelum segalanya ada sampai segala
sesuatu pada akhirnya, semuanya Allah sudah mengetahuinya.
Sebab Engkaulah yang membentuk buah
pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh
karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku
benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku
dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi
yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu
semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari
padanya. (Mazmur 139:13-16)
B.
RESPON
TERHADAP KE-MAHA TAHUAN ALLAH
Ke-maha
tahuan Allah seharusnya membangkit kesadaran dan respon dari manusia. Inilah
respon pemazmur ketika dirinya memiliki pengetahuan dan kesadaran tentang ke-mahatahuan
Allah:
1. KAGUM
Pemazmur merasa “speechless” atau kehabisan kata-kata ketika harus mengungkapkan
tentang sifat ke-mahatahuan Allah. Akhirnya pemazmur mengekspresiakan
kekagumannya dengan ungkapan:
Dan
bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya! Jika aku
mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir. Apabila aku berhenti,
masih saja aku bersama-sama Engkau.(Mazmur 139:17-18)
2. MENJAUHI KEJAHATAN DAN ORANG-ORANG YANG
JAHAT
Kesadaran bahwa Allah maha tahun membuat
pemazmur memproteksi diri agar tidak bersinggungan dengan kejahatan. Karena itu
ia menjauhi orang-orang jahat.
Sekiranya
Engkau mematikan orang fasik, ya Allah, sehingga menjauh dari padaku
penumpah-penumpah darah, yang berkata-kata dusta terhadap Engkau, dan melawan
Engkau dengan sia-sia. Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci
Engkau, ya TUHAN, dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan
Engkau? Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku. (Mazmur
139:19-22)
3. MAWAS DIRI
Pemazmur sadar bahwa tidak seorang pun
boleh “main-main” dengan Allah. Sikap mawas diri atau memeriksa diri setiap
saat wajib dilakukan. Sebab semuanya tidak terluput dari ke-maha tahuan Allah.
Selidikilah
aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;
lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal! (mazmur
139:23-24)
REFLEKSI
1.
Sudahkah kita merespon sifat Allah yang maha
tahu dengan bersikap seperti pemazmur bersikap?
2.
Adakah kemunafikan, kepura-puraan, ketidak
tulusan masih menjadi gaya hidup kita?
BERDOA
Tuhan Yesus tolonglah aku untuk terus menerus hidup
dengan kesadaran penuh bahwa Engkau adalah Allah yang maha tahu. Aku mau
bertobat dari kemunafikan, kepura-puraan serta ketidak tulusan. Biarlah RohMu
memampukanku. Amin