Nats:
Lukas 24:36-49
Pendahuluan
Saudara-saudara
yang dikasihi Tuhan,
Bayangkan
hari itu: para murid berkumpul dalam ruangan tertutup, ketakutan, ragu, dan bingung.
Gurunya telah mati. Harapan mereka dikubur bersama tubuh Yesus. Tapi tiba-tiba,
Yesus hadir di tengah-tengah mereka. Ia tidak datang dalam kilatan cahaya surga
atau gemuruh guntur. Ia hadir dalam tubuh-Nya yang telah bangkit, penuh damai,
menembus ketakutan, menyingkap kebodohan, dan mengubah segalanya.
Ilustrasi Singkat:
Seorang
veteran perang yang kehilangan arah hidupnya, setelah melihat kebenaran
kebangkitan Kristus melalui pelayanan penjara, akhirnya berseru, "Saya tak
hanya butuh pengampunan, saya butuh Raja yang mengatur ulang hidup saya."
Hari itu, kerajaan Allah datang ke dalam sel penjara.
Penampakan
Yesus setelah kebangkitan bukan sekadar bukti historis bahwa Ia hidup,
melainkan penggenapan bahwa kerajaan Allah telah datang — diam-diam, namun
kuasa-Nya tak terbendung. Hari ini, kita akan merenungkan bagaimana kerajaan
itu hadir di antara kita, bagaimana dosa mencoba mengaburkannya, dan bagaimana
keluarga kita bisa menjadi ladang di mana kerajaan itu tumbuh dan berkembang.
I. Kerajaan Allah Hadir dalam Damai Sejahtera
(Ay. 36)
“Damai sejahtera bagi kamu!”
Yesus
tidak datang dengan teguran pertama-tama. Ia datang membawa damai. Ini bukan
sekadar sapaan ramah; ini deklarasi kerajaan! Dalam dunia yang diliputi
kekacauan — baik dunia luar maupun dunia batin kita — Yesus datang membawa
damai yang melebihi pengertian.
Kutipan:
"Damai bukanlah ketiadaan
masalah, tetapi kehadiran Kristus di tengah badai." – Sheila Walsh
Tapi
mari kita jujur — berapa banyak dari kita yang menyebut diri Kristen, tapi
hidup tanpa damai? Kita duduk di gereja, tapi rumah tangga kita penuh
pertengkaran. Kita menyanyi tentang kasih Kristus, tapi hati kita dipenuhi
dendam, kecemasan, dan kekosongan. Mengapa?
Karena
kita membiarkan kerajaan diri kita sendiri berkuasa, bukan kerajaan Allah. Kita
ingin kontrol, bukan penyerahan. Kita membangun istana ego, bukan altar
penyembahan. Hari ini Yesus datang dan berkata: “Damai bagi kamu.” Tapi damai
itu hanya hadir jika kita menyerah pada pemerintahan-Nya.
Ilustrasi:
Dalam
sebuah konseling keluarga, seorang ibu berkata, “Kami punya rumah besar, mobil,
semua lengkap… tapi damai tidak ada. Sampai kami mengijinkan Yesus menjadi Raja
— bukan hanya Juruselamat.” Sejak itu, mereka mulai membangun mezbah doa
keluarga setiap pagi.
Apakah
Yesus betul-betul menjadi Raja dalam rumah tanggamu? Ataukah damai itu hanya
slogan, bukan realita?
II. Kerajaan Allah Menyingkapkan
Dosa dan Keraguan (Ay. 37-43)
Yesus
menunjukkan tangan dan kaki-Nya. Dia makan di hadapan mereka. Dia menegur
keraguan mereka — bukan untuk menghukum, tetapi untuk membuka mata rohani
mereka.
Kerajaan
Allah bukan tempat persembunyian orang munafik. Ini kerajaan kebenaran. Dan kebenaran
itu menyakitkan. Murid-murid harus mengakui: mereka tidak percaya. Mereka
takut. Mereka ragu. Mereka lari saat Yesus disalib. Dan Yesus tidak membiarkan
semua itu disapu di bawah karpet. Ia menyingkapkannya — agar mereka
disembuhkan.
Kutipan:
“Yesus
tidak datang untuk menyelamatkan kita dalam dosa kita, tetapi dari dosa kita.”
– Leonard Ravenhill
Saudaraku,
sudahkah kita membiarkan Yesus menyingkapkan dosa-dosa kita? Ataukah kita hanya
menyukai "Yesus yang menyembuhkan", tapi menolak "Yesus yang
menyelidiki hati"?
Kesaksian:
Seorang
pemuda yang aktif di pelayanan akhirnya mengaku, "Saya memimpin pujian
setiap minggu, tapi hidup saya penuh pornografi. Saya tidak takut kehilangan
pelayanan, saya hanya takut kehilangan topeng." Ketika ia bertobat dan
terbuka, di situlah kerajaan Allah mulai mengubahnya.
Hari
ini, kerajaan Allah mengetuk pintu hatimu. Bukan dengan paksaan, tapi dengan
kuasa. Tapi kamu harus buka pintu itu. Kamu harus izinkan cahaya-Nya masuk ke
ruang-ruang terdalam dan tergelap dari hidupmu — termasuk hidup keluargamu.
III. Kerajaan Allah Memberi Pemahaman Firman
yang Menghidupkan (Ay. 44-47)
“Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga
mereka mengerti Kitab Suci.”
Banyak
orang tahu isi Alkitab, tapi tidak diubah olehnya. Karena pengertian sejati
hanya datang jika Yesus membuka pikiran dan hati kita. Ketika kerajaan Allah
hadir, Firman bukan lagi beban, melainkan makanan. Bukan lagi perintah kosong,
melainkan napas hidup.
Kutipan:
“Alkitab bukan sekadar bahan bacaan; itu
adalah surat Raja untuk tentara-Nya.” – John
Piper
Tapi
mari kita bertanya, berapa banyak keluarga Kristen yang membaca Alkitab
bersama? Berapa banyak orang tua yang menjadi imam rohani di rumah mereka?
Kita
ingin keluarga diberkati, tapi tidak membiarkan kerajaan Allah memerintah dalam
disiplin rohani. Kita membiarkan dunia yang membesarkan anak kita, bukan Firman
Tuhan.
Ilustrasi Nyata:
Seorang
ayah di sebuah desa kecil di Toraja mulai membacakan Alkitab tiap malam bagi
anak-anaknya. Dalam enam bulan, anak-anaknya mulai mendoakan teman-temannya di
sekolah. Kepala sekolah mereka berkata, "Saya belum pernah lihat anak-anak
SD yang tahu Alkitab lebih dari guru agama."
Bangkitlah,
para ayah, para ibu, para pemimpin keluarga! Kerajaan Allah dimulai di ruang
makan, di meja belajar, di waktu teduh keluarga. Bangunlah altar penyembahan di
rumahmu. Biarkan Kristus membuka pikiran keluargamu.
IV. Kerajaan Allah Memberi Misi Ilahi (Ay.
48-49)
“Kamu adalah saksi dari semuanya ini.”
Penampakan
Yesus tidak berhenti di penguatan iman pribadi. Itu selalu berujung pada misi.
Mereka diutus. Mereka dijadikan duta kerajaan. Dan begitu pula kita.
Kerajaan
Allah bukan tempat bersantai. Ini medan pertempuran — melawan kejahatan, ego,
keserakahan, dan ketidakadilan. Tapi kita bukan berperang dengan senjata dunia.
Kita dipersenjatai dengan kasih, pengampunan, dan kebenaran.
Kesaksian:
Sebuah
keluarga sederhana di Yogyakarta membuka rumah mereka setiap Rabu malam sebagai
tempat doa tetangga. Satu demi satu, tetangga datang bukan karena undangan,
tapi karena kedamaian yang mereka rasakan dari rumah itu. Hari ini, rumah itu
menjadi pos PI dan sumber berkat.
Apakah
keluarga kita menjadi saksi kerajaan? Ataukah justru menjadi batu sandungan?
Apakah tetangga kita melihat kasih Kristus dalam cara kita memperlakukan
pasangan, anak, orang tua?
Kutipan:
"Kerajaan
Allah tidak ditunjukkan lewat megafon, tapi lewat kesaksian yang lembut dan
kehidupan yang taat." – Dallas
Willard
Penutup: Ajakan untuk Bertobat dan Membangun
Kembali
Saudaraku
yang terkasih,
Yesus
telah bangkit. Kerajaan Allah sudah datang. Tapi apakah kita hidup di dalamnya?
Apakah kita menyambut-Nya sebagai Raja, ataukah kita hanya mengagumi-Nya dari
kejauhan?
Hari
ini Roh Kudus mengajak kita untuk bertobat. Untuk menyerahkan kembali kendali
hidup. Untuk menjadikan keluarga kita tempat kerajaan Allah bertumbuh. Untuk
menghidupi damai-Nya, menyambut terang-Nya, memahami Firman-Nya, dan
menjalankan misi-Nya.
Apakah
kamu siap? Apakah keluargamu siap?
Mari
kita berdoa. Bukan doa formalitas. Tapi doa penyerahan. Doa kebangunan rohani.
Kutipan
terakhir:
“Kebangunan sejati bukan dimulai di stadion,
tapi di ruang keluarga.” – Billy Graham
Doa Penutup:
Tuhan
Yesus, Engkau telah bangkit. Engkau hadir di tengah kami. Kami mengakui — kami
takut, kami ragu, kami berdosa. Tapi hari ini, kami membuka hati kami bagi
kerajaan-Mu. Hadirlah, perintahlah, ubahlah kami. Biarlah keluarga kami menjadi
ladang tempat kerajaan-Mu bertumbuh dan berdampak. Bangkitkanlah kami, Tuhan.
Jadikan kami saksi-saksi-Mu. Mulailah kebangunan itu… mulai dari rumah kami.
Dalam nama Yesus, Raja di atas segala raja. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar