IMAN DAN PENGALAMAN



Matius 16:13-20

Pengalaman iman memiliki arti yang penting di dalam kekristenan. Namun pengalaman tidak boleh menjadi dasar bagi kehidupan iman. Mengapa demikian?

I. PENGALAMAN TIDAK BOLEH MENJADI DOKTRIN (ay. 13-14)

“Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?”. Pertanyaan ini menggiring para pendengar Yesus untuk menyampaikan isi hatinya berdasarkan pengalaman masing-masing pribadi. Ketika pertanyaan tersebut menggiring pada pengalaman pribadi masing-masing, maka tanggapanny menjadi sangat beragam, jika tidak dihentikan bisa terjadi kekejian di antara mereka. Karena itu jangan pernah menjadikan pengalaman sebagai  doktrin. Hal itu sangat berbahaya bagi kehidupan iman  Kristen.

· Pengalaman itu relative.

Kekacauan dimulai saat Yesus berkata siapakah Anak Manusia itu?”.

· Pengalaman menggiring pada cultus individu.

Ketika seseorang menjadikan pengalaman sebagai pokok pengajaran dan keyakinan iman, tanpa disadari akan membawa mereka kepada “pengkeramatan secara berlebihan terhadap seseorang yang punya pengalaman “rrruuuuaarrr biasa” tersebut.

· Pengalaman tidak boleh mencuri otoritas Alkitab.

Jika orang mengaggung-agungkan pengalaman yang dimiliki seseorang makan akan menimbulkan “ketergantungan” terhadap orang tersebut. Dan akhirnya wibawa Alkitab menjadi menurun.

· Dominasi pengalaman bisa menyeret pada kesesatan

Jika kewibawaan Alkitab mulai dibuat sembrono, maka umat pasti jatuh ke dalam kesesatan yang fatal.

II. HANYA KEBENARAN YANG BOLEH  DIJADIKAN PENGALAMAN (Matius 16:15-18).

· Kebenaran selalu bersumber dari pewahyuan pribadi Allah (ay. 17).

Petrus dipuji oleh Yesus atas jawabannya yang mengagumkan. Namun Yesus segera menegaskan, bahwa sesungguhnya karena “Bapa” yang telah mewahyukannya kepadanya. Artinya tanpa pewahyuan orang tidak akan mengenal kebenaran.

Pengertian pewahyuan antara sebelum Yesus datang dengan sesudah Yesus datang (kanonisasi Alkitab selesai) memiliki pengertian yang berbeda. Perbedaannya sesudah Yesus datang pewahyuan itu tidak pernah membawa berita baru, yang ada hanya pencerahan baru (iluminasi). Hanya orang yang berkenan kepada Tuhan yang bias mendapat pewahyuan dari Tuhan (bdk. “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus…”

· Ketika kebenaran  menjadi pengalaman:

A. Kebenaran akan mengangkat derajat seseorang (ay. 18)

Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa (Amsal 14:34).

B. Kebenaran mendatangkan perkenanan Tuhan (ay. 18)

Abraham berkenan kepada Tuhan karena kebenaran Allah dijadikan pengalaman hidupnya (Roma 4:20-25).

C. Kebenaran mendatangkan kuasa (ay. 19)

Kebenaran yang dijadikan pengalaman hidup, kebenaran itu mendatangkan kuasa yang besar yaitu keikutsertaan Allah meneguhkan dan membela kita (Roma 8:31). Amin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar