Teks:Yohanes 14:6 ; Lukas 15:11-32
Oleh: Ev. Andereas Dermawan
Banyak orang beranggapan bahwa arti kata "kebenaran" sama saja dengan arti kata "kebaikan". Sebab itu mereka berpikir kalau mereka menjadi orang baik maka serta merta mereka juga menjadi orang benar. Sehingga banyak orang dewasa ini berlomba-lomba untuk berbuat baik. Jadi dengan mudahnya orang berkata: Selama mereka tidak berbuat jahat kepada orang lain, rajin ibadah/berTuhan/punya agama/tidak membunuh/tidak berzinah, taat pada aturan agama dan aturan pemerintah maka mereka menyatakan diri sebagai orang-orang baik yang layak masuk Surga.
Pandangan atau pendapat seperti ini tentu saja disetujui oleh mayoritas orang di dunia ini. Namun pandangan seperti ini justru tidak sama dengan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Kebaikan tidaklah sama dengan Kebenaran, jadi orang baik tidaklah sama dengan orang benar. Apa sebabnya? Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada orang baik, semuanya sudah berdosa. Yang Baik hanya Allah saja, Allah Maha sempurna. Rasul Yohanes dalam tulisannya mengatakan: Kalau ada orang yang mengatakan dirinya baik atau tidak berdosa, maka ia menipu dirinya sendiri dan kebenaran tidak ada pada orang itu.
Seorang kaya pernah datang kepada Tuhan Yesus, dengan sombongnya ia mengungkapkan kepada Tuhan Yesus bahwa ia sudah sangat sempurna. Ia telah mematuhi aturan agama, tentunya ia seorang yang sangat rohani (rohaniwan). Dan memang benar apa yang diungkapkannya telah ia lakukan. Maka dengan penuh percaya diri ia membenarkan dirinya sendiri ia bertanya kepada Tuhan Yesus: Apakah ia layak masuk surga? Namun jawaban Tuhan Yesus justru mengecewakannya: Hanya satu kekuranganmu kalau kamu ingin masuk surga. Tentu saja orang kaya itu terkejut dan sedih mendengar jawaban Yesus. Ia berpikir bukankah semua aturan agama/torat telah dijalankan dengan baik? Apalagi yang kurang? Dan Satu hal yang kurang itu justru sangat menentukan seseorang masuk surga atau tidak! Apa satu syarat yang kurang yang dikatakan Tuhan Yesus? Tuhan Yesus berkata: Satu yang kurang yaitu “Juallah hartamu” sesudah itu Ikutlah Aku.
Dengan demikian sangatlah jelas bagi kita bahwa kebaikan tidaklah menyelamatkan manusia dari hukuman api neraka. Sebab itu Tuhan Yesus datang kedunia ini bukan dengan jalan kebaikan, jalan agama atau jalan-jalan lainnya, tapi Alkitab dengan jelas menegaskan dalam Yohanes 14:6 Yesus berkata : ”Akulah Jalan Kebenaran dan Hidup….dst.”
Lalu apakah dengan demikian kita tidak perlu berbuat baik? Oh ya tentu saja sangat diperlukan sebagai bukti dari pertobatan anda. Namun Kebenaran haruslah mendahului dari perbuatan baik (Kebaikan). Bukan sebaliknya! Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata kepada orang kaya itu ikutlah Aku ( Sang Kebenaran), namun sebelum menerima Kebenaran dari Kristus (Sang Kebenaran) itu haruslah melalui prasyarat utama: ”Juallah hartamu”. (Suatu proses pengorbanan/penyangkalan diri/pengosongan diri ). Suatu tindakan pengorbanan tidaklah sama dengan tindakan perbuatan baik, beramal (berdonasi).
Umumnya orang berbuat baik, beramal dari kelebihan yang ada pada dirinya. Berkorban justru kebalikannya memberi dari kekurangan. Suatu tindakan pengosongan diri/penyangkalan diri. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang telah mewujudkan kecuali Tuhan Yesus sendiri, sebab itu Tuhan Yesus mengatakan bahwa Akulah Jalan Kebenaran satu-satunya yang menghubungkan manusia kepada Allah.
Jadi jelaslah bahwa keselamatan surgawi hanya dapat diperoleh kalau kita memiliki kebenaran Allah didalam Tuhan Yesus Kristus, bukan dengan memiliki segudang kebaikan, segudang prestasi keagamaan/kerohanian sebagai imbalan masuk surga, sama sekali bukan itu yang menjadi prasyarat orang diselamatkan. Keselamatan sekali lagi ditegaskan disini hanya terjadi karena anugerah Allah kepada orang-orang pilihanNya, orang-orang yang sudah dibenarkan, penerima belas kasihan Allah.
Kasih karunia diberikan bukan oleh prestasi/kepintaran manusia tetapi semata-mata karena belas kasihan. Perhatikan ungkapan kata dibenarkan di sini merupakan suatu fakta bahwa manusia tidak memiliki kebenaran, sebab itu perlu dibenarkan oleh Allah si pemilik kebenaran itu.
Untuk memperjelas perbedaan antara arti kata kebenaran dengan arti kata kebaikan baiklah kita menelaah analogi berikut ini: Seorang siswa yang ingin melanjutkan pendidikannya di-universitas tapi rapornya merah semua, ia tidak lulus alias gagal. Apa yang kemudian dilakukannya. Ia mencari pemimpin di universitas tsb yang memiliki otoritas untuk menerimanya (membenarkannya), kemudian ia dengan jujur mengatakan bahwa ia telah gagal/tidak lulus dan memohon belas kasihan dari pemimpin universitas tsb. Dan akhirnya siswa itu diterima di perguruan tinggi itu. Makna apa yang dapat kita petik dari analogi ini? Bukankah tidak ada perbuatan baik yang telah dilakukan siswa ini sehingga ia diterima/dibenarkan untuk masuk sekolah tsb? Hanya 2 kata kunci yang terungkap dari tindakannya yaitu kejujuran dan belas kasihan dari pemimpin sekolah tsb.
Bukankah analogi ini kalau kita menyadarinya merupakan refleksi keadaan manusia di dunia ini, kita semuanya telah berdosa/telah gagal untuk memperoleh hidup kekal masuk surga? Alkitab mengatakan bahwa semua orang telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.
Perhatikan kata Telah Berdosa ini yang seringkali kita abaikan, kita selalu menganggap diri kita tidak berdosa pada waktu kita berbuat kebaikan, dan kita baru merasa berdosa pada waktu kita melakukan kejahatan, inilah suatu anggapan yang salah yang terus menerus terjadi sampai saat ini. Padahal kita semua telah berdosa dan akibat dosa adalah kematian. Setelah kita berdosa maka makna dosa bukanlah baik atau jahat, tetapi akibat dosa adalah suatu keadaan mati/miskin tidak berdaya. Kita adalah orang-orang terhukum untuk kematian kekal api neraka. Dan kalau kita sadar kita perlu Juruselamat untuk membebaskannya. Sama halnya dengan anak bungsu yang terhilang, tidak ada perbuatan baik atau prestasi kerohanian yang dimilikinya sehingga Ia disambut oleh BapaNya. Ia hanya jujur terhadap dirinya bahwa ia telah berdosa dan layak dihukum, sehingga ia rela kalau hanya dijadikan pelayan saja di rumah BapaNya. Anak bungsu yang terhilang ini diterima oleh BapaNya sekali lagi karena belas kasihan.
Perumpamaan Anak bungsu yang terhilang adalah potret keadaan manusia yang sesungguhnya, bahwa akibat dosa manusia sudah tidak berarti lagi, hanyalah segumpal tanah/debu. Namun karena belas kasihan Allah debu yang hina ini telah diangkat menjadi hidup yang berarti. Pertobatan/kesadaran akan ketidak berdayaan kita di hadapan Allah akan menarik belas kasihan Allah, sebaliknya orang-orang yang tidak menyadari keadaannya hidup bergelimang harta hanyalah menunggu vonis kematian kekal yang memang sudah ditetapkan, mereka meremehkan grasi dari Tuhan Yesus Kristus satu-satunya yang dapat membenarkan kita.
Dalam penjelasan Tuhan Yesus mengenai akhir zaman dengan jelas Tuhan Yesus mengkonfirmasi kata-kataNya dengan kata orang yang paling hina sebagai orang yang layak disambut sama dengan menyambut diriNya. Dan kalau dengan teliti kita telaah penjelasan Tuhan Yesus, juga digunakan kata Orang-orang Benar (Orang-orang yang sudah dibenarkan) bukan dengan kata Orang-orang baik. Bahkan kalau kita baca di-kitab Wahyupun kata-kata yang digunakan sebagai orang-orang pilihan pewaris surga juga digunakan dengan kata Orang-orang Benar. Kiranya setelah membaca renungan ini kita menjadi orang yang sadar akan keadaan diri kita dan dengan jujur kita datang kepada Kristus satu-satunya Juruselamat yang dapat membenarkan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar