PERANAN MERTUA DALAM PERNIKAHAN

Peranan mertua bagi kelestarian sebuah keluarga muda sangat berpengaruh. Pengaruhnya bisa mengacaukan, tetapi juga bisa menstabilkan.

Butuh jiwa besar bagi orang tua untuk melepaskan anaknya untuk masuk dalam pernikahan. Sebab ketika anak sudah masuk ke dalam sebuah pernikahan, orang tua sudah menjadi “orang luar” dari keluarga inti yang dibangunanya.

Terkadang hal tersebut kurang disadari oleh orang tua, dan hal ini memang wajar. Sebab ikatan yang terbangun sudah selama puluhan tahun dan tiba-tiba harus dilepaskan saat anak menikah. Sudah begitu masih ditambah dengan beban emosi, yaitu harus menerima orang lain (menantu) seakan-akan sebagai anak sendiri. Itulah sebabnya banyak keluarga muda mengalami goncangan karena adanya pihak ke-tiga, yaitu mertua.

Dan yang paling sering dijumpai adalah konflik antara mertua perempuan dengan mengan menantu perempuan. Lebih-lebih bila Ibu mertua suaminya sudah meninggal dan anaknya laki-laki selama ini menjadi tiang punggung keluarga, maka makin komplekslah persoalan.

Namun secara umum dan garis besar, Anda bisa menjadi mertua yang baik dengan cara:

1. Jangan melibatkan diri/ ikut campur  dalam berbagai hal bila tidak diminta.

2. Singkirkan gambaran anda tentang menantu yang ideal, dan beranilah menghadapi kenyataan untuk menerima keberadaan menantu Anda apa adanya.

3. Singkirka gambaran pernikahan yang ideal dari anak Anda. Biarkan mereka membangunnya menurut pola yang mereka sepakati. Janganlah membanding-bandingkan dengan pernikahan Anda atau pernikahan anak-anak Anda lainnya.

4. Jadikan diri anda “pengawas/ penasehat yang toleran”. Sekaligus pendoa yang setia bagi pernikahan anak Anda.

5. Berikanlah saran dan nasehat yang tulus, terlebih jika mereka memintanya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar