Siti
menaruh hati yang teramat mendalam kepada Imam. Namun sebagai seorang cewek ia
merasa pantang menjatuhkan harga diri dengan mengungkapkan perasaannya terlebih
dahulu. Karena itu Siti menyimpan dalam-dalam perasaan kekaguman, perasaan
sayang dan berjuta-juta perasaan mempesona yang mengaduk-aduk hatinya.
Tampaknya
Imam ada sinyal menaruh hati kepada Siti, tetapi Siti merasa ragu, apakah benar
dugaannya kepada Imam seperti itu. Demi menjaga perasaan takut kehilangan,
takut ditolak oleh Imam, Siti lebih memilih sikap “tidak reaksioner”.
Apalah
daya, tiba-tiba jarak memisahkan Siti dan Imam sehingga mereka tidak bisa
saling bertemu. Namun bukan berarti mereka tidak berkomunikasi. Selain melalui
telepon, juga melalui surat mereka terus membangun hubungan. Sampai suatu
ketika Siti terkejut menerima surat dari Imam yang mengatakan:
“Siti,
aku sekarang berada di Singapura. Namun pada tanggal 5 Januari jam 10 pagi
tolong jemput aku di bandara, ya… Tq. Salam dan peluk cium dari aku Imam.”
Siti
merasa kegirangan menerima surat itu. Dan begitu tiba waktunya Siti segera ke
bandara menjemput Imam. Ditunggu-tunggu sampai lewat waktunya eeee…. Imam kok
tidak dating-datang. Siti menjadi gelisah dan…tiba-tiba ia terkejut ada gadis
cantik menyapa dan memeluknya sambil berkata:
“Siti,
eike Imam yang menulis surat kepada kamu untuk minta dijemput. Eike baru pulang
operasi kelamin di Singapura….”.
Makdeg…seperti
disambar geledek…tiba-tiba Siti pingsan.
Sahabat
tawa, Siti pingsan gara-gara tidak sanggup menerima kenyataan Imam operasi
ganti kelamin. Rupa-rupanya Imam juga tidak sanggup menerima kenyataan dirinya
adalah seorang laki-laki. Terimalah diri kita apa adanya bersama Tuhan dan
jadilah bahagia.
Paulus sebagai murid Isa Almasih mengungkapkan keberaniannya
menerima kenyataan dirinya sebagai berikut:
“Bagiku sedikit sekali artinya entahkah
aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku
sendiripun tidak kuhakimi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar