Ada banyak versi tentang asal-usul “Valentine Day’”. Terlepas dari asal-usul maupun sikap kita setuju atau tidak setuju terhadap “Valentine Day”. Ada satu hal yang ter-ungkap dengan jelas, yaitu manusia haus akan kasih sayang.
Tidak jarang melalui acara-acara “Valentine Day” banyak orang muda terperosok pada cinta kasih yang semu dan palsu yang ditawarkan oleh dunia.
“Semu” karena cinta kasih yang ditawarkan antara ada dan tidak ada. Kalau toh ada hanyalah sesaat. Dikatakan “Palsu” karena cinta yang ditawarkan sepertinya mirip dengan cinta sejati, tetapi tak tahunya hanya nafsu.
Apa yang bisa ditawarkan Gereja kepada dunia yang haus cinta kasih ini?
“Gereja” disini bukan hanya Gereja dalam pengertian sebagai lembaga, sebab Gereja yang sejati adalah pribadi anda dan saya yang menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat.
Jika kasih itu adalah Allah sendiri (1Yohanes 4:8). Sudahkah orang percaya menikmati kasih sejati, yaitu menikmati persekutuan dengan Pribadi Tuhan Yesus? Jika sudah, apakah kita sudah membagikan cinta kasih sejati itu kepada mereka yang membutuhkan?
Dunia membutuhkan jawaban bukan hanya dari mulut orang percaya. Yang paling ditunggu adalah jawaban dari tindak-tanduk dan perilaku konkrit setiap hari.
Adakah “roh” mementingkan diri sendiri, “roh” mau menang sendiri, “roh” kesombongan, “roh” egois masih menguasai diri kita? Ataukah sifat-sifat Kristus yang dilihat dan dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita? Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik (Roma 10:9). (Gembala)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar