Gereja adalah lembaga yang didirikan langsung oleh Allah ketika Roh Kudus dicurahkan pada hari Pentakosta. Itulah sebabnya Gereja adalah lembaga yang theokratis. Theokratis adalah lembaga yang sifat kepimimpinannya di pimpin langsung oleh Allah.
Gereja dari sisi keilahian yang bersifat supranatural (adi kodrati) memang dipimpin langsung oleh Allah sendiri. Tetapi Gereja adalah Kerajaan Allah yang ditaruh di bumi sebagaimana doa yang Tuhan Yesus ucapkan (Yohanes 17:14-16). Itulah sebabnya Gereja memiliki sisi natural yang manusiawi.
Kepeimimpinan Gereja mula-mula dimulai dari keyakinan bahwa para murid Yesus yang menjadi rasul dan pemimpin Gereja. Namun dalam perkembangannya mereka juga memberikan ruang yang bersifat demokratis bagi terbentuknya kepemimpinan yang melengkapi struktur yang dibutuhkan. Dengan criteria tertentu umat dipersilahkan memilih, dan yang terpilih ditahbiskan oleh para Rasul (Kisah Para Rasul 6:3).
Namun itu bukan menjadi pola yang baku. Sebab dalam dinamika selanjutnya Gereja juga mengadopsi pola top down (Titus 1:5).
Mengapa Alkitab tidak menetapkan pola kepemimpinan yang baku lalu diberi label dengan tegas sebagai kepemimpinan teokrasi?
Menurut hemat penulis ada beberapa hal:
1. Semua pola ada kelemahan dan kekuatannya.
2. Tidak semua kelompok umat cocok dengan pola kepemimpian tertentu.
3. Allah berkenan memberkati dan menguduskan kreatifitas seseorang untuk menjadi sarana bagai GerejaNya.
4. Tekanan utama kekristenan bukan pada prosedur dan aturan tetapi pada hubungan.
(Meja Gembala)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar