Yosua 24:29-33
Oleh Pdt. Edi Zakaria
Akhir dari kehidupan manusia di dunia adalah kematian. Apakah kematian menghilangkan manusia, kemudian dilupakan seolah tidak pernah ada kala ajal menjemputnya? Ternate tidak! Nama seseorang akan terus dikenang. Tubuhnya telah tiada, tetapi namanya terus jaya. Ternyata ada kisah kemenangan di balik kematian. Bagaimana kita bisa menorehkan kisah kemenangan walaupun jasad kita kelak akan musnah?
I. POSISIKAN DIRI ANDA SEBAGAI HAMBA TUHAN (ayat 29)
Yosua mati sebagai hamba Tuhan, sebab selama hidup ia melakukan segala sesuatu untuk Tuhan.
Posisi tertinggi manusia sebagai mahkluk adalah menjadi hamba Tuhan. Sebab daripada-Nya ia berasal, dan kepada Dia pula ia akan kembali.
Setinggi apapun jabatannya jika ia tidak menjadi hamba Tuhan, maka apa pun yang dilakukannya tidak memiliki pengaruh di kekekalan. Namun jika kita adalah hamba Tuhan, sekecil apapun yang kita kerjakan semuanya bernilai kekal, sebab semuanya hanya bagi kemuliaan Tuhan.
II. PERGUNAKAN PENGARUHMU SELAGI HIDUP (ayat 31)
Yosua dan rekan-rekan sebayanya berhasil mempengaruhi bangsa Israel untuk menyembah Tuhan dengan penuh kesetiaan selama mereka hidup.
Setiap manusia memiliki pengaruh bagi sekitarnya. Pergunakanlah pengaruh Anda untuk membawa orang datang kepada Tuhan. Akibatnya, suatu saat kita akan tiada, tetapi pengaruh “diri” kita akan melekat pada orang-orang disekitar kita dan akan terbawa sampai kekekalan.
III. PERSIAPKAN MATIMU SELAGI HIDUP (ayat 32)
Yusuf mempersiapkan kematian-nya dengan sangat seksama. Ia meminta tulang belulang-nya di-kuburkan dipekuburan leluhurnya, yaitu Abraham. Dan itu tergenapi 450 tahun kemudian.
Jika kenyatan hidup membuktikan bahwa kematian itu pasti di-alami manusia, maka persiapkanlah kematian kita jauh-jauh hari sebelumnya. Namun harus sadar sepenuh-penuhnya bahwa kita hidup bukan untuk mati. Jadi, pergunakanlah hidup sebaik-baiknya seakan-akan kita bakal hidup seribu tahun lagi.
Memang kita tidak bisa memilih bagaimana kita lahir ke dunia ini. Tetapi kita harus sadar bahwa kita bisa memilih bagaimana seharusnya kita mati. Karena itu persiapkanlah ke-matian kita selagi kita masih hidup, agar kelak bila kematian tiba, ia datang tidak sebagai mala petaka, tetapi sebagai ke-untungan (Filipi 1:21).
IV. PERSIAPKANLAH GENERASI PENERUS (ayat 33)
Eleazar meninggal, tetapi Pinehas telah siap menggantikan. Hal ini terjadi karena keimaman di Israel berlaku di suku Lewi secara turun temurun.
Patut direnungkan, apa yang terjadi bila kita tidak bersama sanak keluarga kita lagi. Masihkah mereka beribadah kepada Tuhan Yesus? Masihkah mereka setia kepada Tuhan Yesus? Ataukah kita mati, dan selanjutnya tidak ada yang peduli dengan keyakinan iman kita lagi seakan kita tidak pernah ada bagi mereka? Tentukan pilihan Anda secara benar sekarang, dan bertindaklah! Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar