Oleh: PS. Edi Zakaria
Ini adalah pertanyaan umum yang sering dilontarkan orang. Mari kita bahas lebih dulu mengapa orang mau melontarkan pertanyaan tersebut, sesudah itu di tulisan-tulisan berikut baru kita bahas jawaban atas pertanyaan tersebut. Mengapa orang bertanya seperti itu?
Orang bertanya seperti itu karena ada kemungkinan mereka beranggapan bahwa kehidupan Kristen bisa dijalani seorang diri tanpa bersekutu dan tanpa berkomunitas. Ada beberapa orang Kristen berpendapat: “Yesus aku cinta Engkau, tetapi aku tidak tertarik dengan Gerejamu.” Orang semacam itu lupa bahwa Yesus datang, mati tersalib dan bangkit bertujuan untuk mendirikan GerejaNya, “... Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Matius 16:18). Itulah sebabnya Yesus dalam pengajaranNya selalu menekankan kasih, sebab kasih harus dijalani dalam kebersamaan.
Tidak ada kebersamaan yang bisa ditempuh tanpa tanpa komitmen. Manusia akhir zaman makin lama makin egois. Segala bentuk komitmen dirasa sangat menganggu privasi dan kenyamanan.
Ada pula mereka yang menanyakan “buat apa ke Gereja?” karena tidak sedikit “merasa terjebak” dengan pengalaman hidup yang tidak menyenangkan dengan Gereja (bisa jadi dengan pendetanya, pelayan Tuhannya, teman Gerejanya, pengurus Gerejanya, dan lain sebagainya) di masa lalu. Padahal Yesus telah mengajarkan kasih dan pengampunan. Tidak seharusnya kita selalu menyimpan kesalahan orang lain.
Dibalik pertanyaan buat apa ke Gereja sambil membandingkan orang yang ke Gereja dan tidak ke Gereja, meskipun itu sesuatu yang tidak pantas dilakukan namun harus juga menjadi bahan perenungan kita bersama. Disebut tidak pantas, karena sudah tidak beribadah malah sibuk membanding-bandingkan diri demi mencari pembenaran diri bahwa ia tidak merasa perlu bersalah walau tidak ke Gereja (Karena itu yang tepat disebut “jahat”). Namun demikian perlu kita merenungkannya.
Di balik pertanyaan diatas sebenarnya terkandung harapan bahwa orang yang ke Gereja seharusnya memiliki kehidupan moralitas dan perilaku yang lebih baik. Ini berarti dunia menunggu setiap orang yang beribadah agar memiliki kehidupan yang lebih baik dan benar. Ini adalah pekerjaan rumah (PR) bagi setiap yang rajin beribadah, yaitu mempunyai tanggung jawab untuk mengimplementasikan ibadahnya dalam kehidupan setiap hari.
Tuntutan itu memang terasa tidak adil. Itulah sebabnya jawaban bagi orang yang bertanya tersebut dijawab dalam tulisan sebelumnya, “Masih ada satu kursi lagi bagi orang yang munafik.”
Mari kita simak bersama ALKITAB kita yang berkata:
1 “Mazmur untuk korban syukur. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi!
2 Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!
3 Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
4 Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!
5 Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun. (Mazmur 100:1-5).
Dari Mazmur 100:1-5 kita menemukan dasar argumentasi vertical tentang mengapa (buat apa) kita ke Gereja(Rumah Tuhan).
Mazmur itu berkata: “Mazmur ucapan syukur. Bersorak-sorailah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!”
Orang yang ber-syukur memandang perlu untuk ke rumah Tuhan. Datang ke rumah Tuhan harus dengan sukacita (bukan terpaksa) sehingga kita bisa bersorak sorai. Ini adalah perintah Tuhan ke-pada semua penduduk bumi.
“Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah;”
Jadi kita beribadah kepada Tuhan sebab hanya Dia itu Allah (sesembahan) kita. Jadi jika kita tidak beribadah ke Gereja itu bisa jadi salah satu bukti pengingkaran bahwa hanya Tuhan Yesus satu-satunya Allah kita.
“Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita,”
Alkitab menegaskan bahwa Tuhanlah yang menjadikan kita, itulah sebabnya wajib bagi kita beribadah kepadaNya. Jadi jika orang Kristen tidak beribadah ke Gereja, tanpa disadari ia menjadi manusia yang lupa asal-usulnya.
“umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.”
Agar kita bisa menjadi umatNya, Allah telah melakukan penebusan. Anak domba tersembelih dan darahNya yang teroles-kan membuat kita terluput dari maut. Selanjutnya Tuhan menggembalakan hidup kita sehingga kita terpelihara sampai seperti sekarang. Itulah sebabnya sangat penting kita beribadah bersama ke Gereja untuk membuktikan rasa syukur kita kepadaNya.
Beribadah ke Gereja itu penting bukan hanya secara vertical, yaitu berkaitan hubungan kita dengan Tuhan saja. Tetapi beribadah ke Gereja itu juga sama pentingnya berkaitan dengan hubungan secara horizontal, yaitu mengenai hubungan kita dengan sesama.
Alkitab berkata: “ Janganlah kita menjauhkan diri dari per-temuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang men-dekat.” (Ibrani 10:25)
Dari ayat Alkitab di atas kita bisa melihat betapa bersungguh-sungguhnya penulis Ibrani memperingatkan orang-orang percaya di akhir zaman untuk tidak meninggalkan pertemuan-pertemuan ibadah (ke Gereja). Sebab diakhir zaman ditandai dengan adanya banyak orang yang murtad. Datang dalam pertemuan ibadah (ke Gereja) sangat menolong iman kita agar terjaga jangan sampai undur dan murtad. Mengapa demikian?
1. Dengan hadir dalam pertemuan ibadah maka kita dapat mem-bangun komunitas dengan fellowship (rasa persekutuan) yang erat seorang terhadap yang lain.
2. Dengan komunitas yang kuat dalam fellowship itu akan memberdayakan Gereja sehingga Gereja mampu melaksanakan fungsinya secara maksimal.
3. Orang percaya yang tidak suka hadir ke Gereja adalah orang yangmengabai-kan tanggung jawab di atas.
4. Dengan datang ke Gereja kita bisa menerima nasehat kebenaran. Akhir zaman banyak nasehat sesat yang menjerumuskan. Waspadalah!
Ada juga yang mempersoalkan faedah ke Gereja karena mereka merasakan bahwa selama ini semua isi khotbah yang dikhotbahkan oleh pendeta di mimbar Gereja tidak ada yang mereka ingat. Dan pertanyaan tentang hal ini pernah dimuat di sebuah surat kabar di masa-masa silam di luar negeri. Dan tanggapan para pembaca sangat seru.
Sebagian besar para pembaca surat kabar tersebut menanggapi mengakui apa yang dipertanyakan itu mereka rasakan juga. Tetapi sebagian lagi pembaca menjawab bahwa tidak semua isi khotbah pendeta mereka ingat. Para pembaca menanggapi pertanyaan sekaligus pernyataan soal pergi ke Gereja itu tidak berfaedah sampai berminggu-minggu. Tetapi kontroversi itu selesai dan tidak ada tanggapan lagi gara-gara ada pembaca menuliskan kisah hidupnya begini.
Saya menikah sudah lebih dari 50 tahun. Saya mengakui bahwa saya tidak ingat semua masakan istri saya yang telah disuguhkan kepada kami sekeluarga. Yang kami tahu, sampai hari ini kami semua sehat karena kami semua makan dan menikmati apa yang disajikan istri kami di meja makan.
Begitu pula mungkin kita tidak ingat semua yang telah dikhotbahkan pendeta kita di mimbar Gereja. Yang harus kita tahu, jika iman kita sehat dan kuat itu karena makanan rohani yang disajikan oleh Gembala kita.
Jadi betapa pentingnya kita ke Gereja. Selain karena perintah Tuhan juga itu demi kebaikan diri kita bersama. [EZ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar