Kita hidup dalam masyarakat dengan “paradigma kapitalis”. Mereka yang memiliki lebih banyak modal (kapital) akan memiliki lebih banyak kesempatan, lebih banyak kekuasaan, lebih banyak fasilitas.
Oleh karena pola berpikir masyarakat yang terbangun adalah seperti itu, maka akibatnya adalah banyak orang memimpikan dirinya berlimpah keuangan dan kekayaan atau materi.
Hidup berkelimpahan materi tidak jarang menjadi tujuan hidup. Hidup berkelimpahan materi dijadikan tolak ukur sebuah kesuksesan. Bahkan segala sesuatu diukur dengan materi. Semua yang tidak bisa diukur dengan materi dianggap tidak atau kurang berharga.
Tidak jarang kelimpahan materi dijadikan justifikasi (alat pembenar) sebuah kebenaran. Kebenaran akan ditolak sebagai kebenaran bila tidak bisa diukur dengan kelimpahan materi. Materi menjadi “tuhan” yang favorit bagi manusia. Itulah sebabnya orang tidak mau bersusah-payah jika apa yang dilakukannya tidak mendatangkan kelimpahan materi.
Materialisme sudah merembes dalam kehidupan masyarakat Kristen. Materialisme sudah menggerus pemahaman Kristen yang Alkitabiah. Kehidupan Kristen yang saleh sudah tidak menjadi idaman lagi jika tidak diembel-embeli dengan janji-janji hidup sukses yang ditandai kelimpahan materi. Kehidupan Kristen seseorang dianggap sukses jika “perbuatan-perbuatan Kristennya” mendatangkan kelimpahan materi.
Saudara, mari kita kembali kepada kebenaran Injil sepenuh. Allah merancang dan memanggil kita untuk hidup sukses di dalam Tuhan Yesus. Bukan untuk sukses secara materi, tetapi “sukses sebagai manusia”, lengkap dengan salib yang harus dipikulnya.
Tuhan Yesus berfirman:”Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” (Matius 10:38). Jangan biarkan pendangkalan iman terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar