Oleh. Pdt. Edi Zakaria
Pada saat para peserta POP (Pelatihan Orientasi Pelayanan) menyelesaikan materi maka setiap anggota wajib mengucapkan Perjanjian Keanggotaan.
Hubungan yang kuat dan permanent adalah hubungan yang didasarkan pada perjanjian. Dan itulah yang dilakukan Allah kepada umatNya. Allah mengikat persekutuan dengan umatNya menggunakan perjanjian yang dimeteraikan dengan darah, yaitu darah Kristus. Melalui perjamuan kudus, ingatan kita disegarkan kembali tentang betapa kuatnya persekutuan kita dengan Tuhan. Begitu juga persekutuan kita sebagai jemaat Tuhan.
Sebuah perjanjian menjadi kuat dan berlaku turun temurun jika Allah menjadi pusat dari perjanjian tersebut. Perjanjian semacam ini hanya bisa kita jumpai dalam:
1. Persekutuan pribadi kita dengan Allah.
2. Persekutuan kita sebagai Gereja.
3. Persekutuan pernikahan.
Dengan mengucapkan perjanjian keanggotaan berarti sidang jemaat menjadi saksi dari sebuah komitmen yang jelas. Menyatakan komitmen keanggotaan dengan jelas adalah penting, karena:
1. Kristus memberi teladan dalam hal berkomitmen terhadap GerejaNya (Efesus 5:25).
2. Budaya dunia yang berkembang saat ini adalah budaya yang menjauhi komitmen. Sikap ini hanya menghasilkan gereasi yang suka kumpul kebo dan main gila tanpa tanggung jawab. Gereja tidak boleh sama dengan dunia, sebab Gereja bukan berasal dari dunia walaupun Gereja masih berada di dunia.
3. Komitmen menunjukkan kepada siap kita bertanggung jawab. Bukankah sekolah memiliki daftar murid? Bukankah kelompok tentara mempunyai daftar anggota? Bahkan, bukankah negara juga mesensus warga negaranya? Keanggotaan menunjukkan siapa keluarga kita, dan kepada siapa kita harus bertangungg jawab.
4. Komitmen menghasilkan pertumbuhan rohani. Anda tidak bisa bertanggung jawab menumbuhkan kerohanian anda maupun orang lain, jika anda tidak berkomitmen pada sebuah Gereja lokal yang spesifik.
Kepribadian kita dibangun berdasarkan komitmen. Karena itu Anda adalah seperti komitmen anda. Tidak lebih dan tidak kurang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar