SEMBILAN PULUH SEMBILAN JUTA TUJUH RATUS RIBU RUPIAH


Ada seorang tukang sepatu yang selalu ceria dan bahagia. Setiap hari ia selalu menyanyi dengan gembira bersama keluarganya.
Sementara itu tukang sepatu memiliki tetangga yang sangat kaya raya. Pekerjaannya setiap hari adalah menghitung uang yang tidak pernah habis.
Orang kaya itu sangat terganggu dengan nyanyian tukang sepatu. Tetapi ia bingung mencari cara untuk membungkam mulutnya agar tidak bernanyi lagi. Lalu ia menemukan akal.
Dipanggilnya tukang sepatu  itu. Lalu orang kaya itu memberinya uang satu tas. Tukang sepatu itu menerimanya dengan sangat senang. Segera tas berisi uang itupun dibawanya pulang dan diserahkan kepada isterinya.
Isteri tukang sepatu itu terkejut  dan senang dengan pemberian tersebut. Maka dibukanyalah tas tersebut dan dihitungnya uang itu lembar per lembar. Sementara isterinya menghitung uang, tukang sepatu itu bernyanyi riang.
Ketika menghitung uang dalam tas tersebut, dahi isteri tukang sepatu tiba-tiba berkerut. Rupanya ia bingung dengan jumlah uang yang dihitungnya. Ia hitung sekali lagi dan ternyata jumlahnya adalah Rp 99.700.000,-. Ia tidak percaya bila uang dalam tas tersebut jumlahnya seperti itu. Ia hitung berkali-kali dan ternyata jumlahnya tetap Rp 99.700.000,-. Semakin berkerutlah kening isteri tukang sepatu sambil bergumam: “Hmmm….semestinya jumlahnya Rp 100.000.000,- . Tidak mungkin kalau jumlahnya ganjil seperti ini. Kemana yang Rp 300.000,- itu?....”
Isteri tukang sepatu itu mulai bertanya kepada suaminya. Dan suaminya menjawab bahwa ia tidak mengutak-atik uang dalam tas tersebut.
Makin berkernyitlah kening isteri tukang sepatu. Ia mulai curiga kepada suaminya. “Jangan jangan duitnya disembunyikan...atau ….jangan jangan suamiku sudah mulai mempunyai isteri simpanan…, dst.” Pertanyaan-pertanyaan itu mulai menggelisahkan hatinya sehingga akhirnya meledak menjadi pertengkaran. Sejak saat itu rumah tukang sepatu tidak lagi terdengar suara nyanyian dan keceriaan lagi, tetapi pertengkaran demi pertengkaran menghiasi kehidupan keluarga tukang sepatu.

Damai dan sukacita itu lebih bernilai dari sekedar kekayaan dunia.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar