1. Gereja adalah warung
Beberapa orang Kristen memperlakukan Gereja seperti warung. Dia akan datang ketika yang dibutuhkan tersedia di Gereja. Dan dia bebas memilih Gereja sebebas seperti memilih warung. Orang Kristen seperti ini tidak memiliki komitmen hidup berjemaat.
2. Gereja adalah club entertainment (kelompok hiburan)
Beberpa orang Kristen ke Gereja untuk mencari “rasa senang” yang dibahasakan secara rohani dengan berbagai istilah, diantaranya “berkat”, “urapan”, “lawatan Tuhan”, “jamahan Roh Kudus”, dll. Bila mau jujur seringkali berbicara seputar “rasa happy” yang di dapat sepulang dari Gereja. Bila hal-hal tersebut tidak diperoleh, dia berpikir bebas memutuskan untuk meninggalkan Gereja tersebut. Padahal ke Gereja itu seharusnya tujuannya menyenangkan hati Tuhan.
Perilaku jemaat yang seperti ini telah menjebak Gereja ke dalam “mindset management industry entertainment”.
3. Gereja adalah komunitas bisnis atau arisan.
Beberapa orang menganggap Gereja sebagai perkumpulan untuk “menaikkan gengsi atau gaya hidup”. Sehingga kalau jemaatnya kebanyakan tidak selevel maka waktunya harus pindah Gereja atau mencari “variasi rohani”. Mereka menuntut Gereja harus memberi “double benefit”, yaitu keuntungan rohani sekaligus bisnis. Pada akhirnya semua berakhir bahwa hidup bergereja hanyalah masalah gaya hidup.
Yang benar adalah Gereja sebagai keluarga rohani.
Inilah sikap yang benar dalam bergereja. Kalau kita anak Allah, maka Gereja adalah keluarga rohani kita. Sebagaimana anak tidak bisa memilih dari siapa ia lahir. Begitupun komitmen bergereja yang seharusnya (1Tesalonika 2:7-8) (EZ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar