PANGGUNG VS MEZBAH



Dalam kita melayani Tuhan selalu akan ada 2 (dua) sisi kecenderungan yang akan muncul, yaitu apakah sebagai panggung, atau sebuah mezbah? 

Panggung membuat kita menuntut, tapi mezbah membuat kita rela meletakkan. 

Panggung membuat kita menghirup pujian dan sanjungan, tetapi mezbah sunyi dari pujian dan penghargaan. 

Panggung mengerjakan sesuatu yang sesaat lalu hilang, tetapi mezbah mengerjakan kekekalan. 

Panggung selalu mendorong untuk berebut yang paling utama, tetapi mezbah membuat kita bersedia berada di paling bawah untuk diinjak agar saudara kita bisa naik. 

Panggung selalu menyediakan lampu sorot yang sangat terang, menyilaukan kemudian hilang lenyap tak berbekas, tetapi mezbah adalah suatu titik sinar kecil yang kian lama kian terang dan akhirnya menjadi suluh cemerlang. 

Panggung adalah ekspresi bahwa “aku bisa” dan “aku mampu” … tetapi mezbah adalah ekspresi “aku hanya hamba yang dimampu-kan”. 

Panggung seringkali membuat kita merasa aku adalah yang terutama dan terpenting, tetapi mezbah membuat kita tersungkur dan gemetar serta sadar bahwa kita bukan siapa-siapa. 

Panggung adalah bau kedagingan yang menyengat dan akan tetap tercium walau terbungkus aroma termahal sekalipun, namun mezbah adalah bau harum yang menetes dari kedagingan yang dipotong dan ditaruh di mezbah dengan linangan air mata. 

Semoga setiap kita yang melayani dapat menyadari hal ini sehingga pelayanan kita adalah pelayanan yang berkenan kepada Tuhan. 

Doa: 

Tuhan Yesus, selamat-kanlah aku dari melayani-Mu di atas panggung yang sangat mudah memalingkan diriku dari hadapan-Mu. Amin 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar