Ketika kamu dilupakan, ditelantarkan, atau sengaja tidak diperhatikan; dan kamu tidak merasa terluka atas perlakuan itu….
Maka itulah “aku” yang mati.
Ketika kebaikanmu diceritakan sebagai kejelekan; dan kamu tidak mengizinkan amarah timbul dalam hatimu dan menerimannya dengan sabar dan tenang….
Maka itulah “aku” yang mati.
Ketika kamu melihat kebahagiaan dan keberhasilan orang lain tanpa rasa iri sedikit pun….
Maka itulah “aku” yang mati.
Ketika kamu tidak mendengar namamua disebut orang yang berjasa terhadap orang yang selama ini kamu bantu; dan kamu menghadapinya dengan senyuman….
Maka itulah “aku” yang mati.
Ketika kamu mendapat kritik, atau kamu bahkan dicela atau digosipkan sehingga namamu menjadi rusak dalam pertemanan-mu oleh karena -nya….
Maka itulah “aku” yang mati.
Marilah kita sama-sama koreksi diri.
Lihatlah sebuah biji tidak bisa menjadi sebuah pohon yang baru bila ia tidak mati dan tertanam di tanah.
Setelah ia mati dan tampak “rusak” di tanah, maka barulah sebuah tunas baru bisa muncul.
Memang bukanlah hal mudah untuk mematikan hak, keinginan, kesombongan dan ego kita.
Namun….
Hanya dengan cara itulah Tuhan baru dapat memunculkan “harta” yang terpendam dalam diri kita.
Semua itu terjadi ungtuk kita makin dewasa, sempurna …. dan menjadi berkat bagi orang lain….
Tetap semangat!!
Tuhan memberkati!!
Karya: Caroline Gumimira
(diadaptasi oleh: Pdt. Edi Zakaria)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar