Tidak selamanya konflik itu buruk. Bahkan pemazmur mengakui konflik yang bahkan membuat dirinya "tertindas" itu baik.
Mazmur 119:71 (TB) Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.
Tetapi konflik yang tidak dikelola dengan baik akan berubah menjadi runyam dan destruktif. Lebih jauh lagi, bila tidak dikelola dengan baik maka konflik akan menjadi berpola spiral, yaitu konflik yang berjilid-jilid dan tidak pernah bisa diketahui ujung pangkalnya sebab akan kusut seperti tembakau susur yang susah diuraikan.
I. MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KONFLIK
Setiap konflik tidak bisa disama ratakan karena setiap konflik memiliki karakteristiknya sendiri.
1. Konflik itu antara ada dan tidak ada.
Ketika konflik terjadi maka untuk mendapatkan penyelesaiannya dibutuhkan pengakuan oleh masing-masing yang bersengketa. Tanpa pengakuan yang jujur dan terbuka maka konflik akan disikapi secara denial (mengingkarinya). Sebagai akibat sikap denial maka masing-masing yang bersengketa merasa terluka tetapi tidak mau mengakui bahwa dirinya terluka. Akibatnya mereka menolak solusi dari pihak manapun dengan cara apapun.
2. Konflik itu bersifat relatif.
Ketika masing-masing pihak yang bersengketa memiliki sikap jujur dan terbuka maka konflik itu relatif mudah diselesaikan. Mengapa relatif? Karena:
- Pemicu dan pemacu konflik setiap kasus tidak bisa digeneralisir, masing-masing bersifat kasuistik.
- Konteks dan variabel yang menyertai sengketa/konflik berbeda-beda. Sebagai akibatnya konflik itu menjadi bersifat relatif.
3. Konflik itu bersifat dinamis.
Jika yang bersengketa mengalami kejadian yang serupa, maka kejadian tersebut bisa dijadikan referensi. Namun demikian perlu kehati-hatian. Meskipun ada referensi penanganan konflik di masa lalu bukan berarti kita harus menutup mata dan hati sehingga tidak cermat dalam meneliti sehingga mengabaikan fakta-fakta yang berkembang serta gegabah dalam menafsirkan fenomena yang ada. Tanpa disadari bisa melakukan generalisasi dan simplikasi masalah. Akibatnya penanganan konflik tidak tuntas.
4. Konflik seberapa pun langgengnya sifatnya tetap temporary
Ini memberi pengharapan untuk tidak bosan dan tidak lelah untuk menemukan solusi. Ibaratnya, tidak ada orang jual gembok tanpa menyertakan kuncinya. Meskipun mungkin sejenak harus membiarkan ilalang tumbuh bersama gandum. Tetapi toh tetap ada masanya, ilalang dikumpulkan untuk dibakar.
IV. MANAJEMEN KONFLIK
Ada dua macam pendekatan dalam memanajemen konflik, yaitu:
1. Orientasi penyelesaian masalah.
2. Orientasi penghargaan relasional.
Penggabungan dua orientasi penyelesaian masalah tersebut pada akhirnya menyediakan beberapa opsi, yaitu:
1. Opsi menang sendiri/egois.
Opsi ini dipilih ketika penekanan penyelesaian masalah menekankan solusi dan mengabaikan penghargaan terhadap relationship.
2. Opsi mengalah.
Pilihan terhadap opsi ini terjadi jika penyelesaian masalah berfokus pada penghargaan terhadap hubungan yang sangat tinggi.
3. Opsi masa bodoh.
Opsi ini dipilih lantaran tidak memiliki keberanian menetapkan orientasi penyelesaian masalah.
4. Opsi win-win solution.
Opsi ini adalah opsi yang paling populer karena dianggap mendekati ideal. Tetapi sesungguhnya opsi ini memiliki kelemahan yang harus diwaspadai.
Win-win solution terjadi karena adanya kesepakatan yang dianggap adil. Namun sebenarnya itu bom waktu yang suatu saat meledak. Karena masing-masing pihak merasa sudah melaksanakan kewajiban, maka mereka akan merasa dirinya wajib untuk menuntut. Akibatnya konflik itu bersambung, bahkan berpola seperti spiral.
III. MEMULIHKAN PERSEKUTUAN YANG RETAK
Tidak mudah untuk memulihkan suatu persekutuan yang retak.
Berikut adalah langkah-langkah yang disarankan:
1. Masing-masing pihak disarankan untuk cooling down.
2. Masing-masing pihak menyediakan waktu untuk berdoa.
Suatu konflik terjadi oleh karena adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi. Masing-masing harus menyadari bila dirinya memiliki keterbatasan. Dengan berdoa kita menyediakan waktu untuk Tuhan berkarya memenuhi kebutuhan yang masing-masing pihak tidak sanggup penuhi.
3. Prioritaskan orientasi membangun hubungan, namun tidak mengabaikan penyelesaian masalah.
4. Sasaran memberi prioritas kepada membangun hubungan adalah agar tercipta komunikasi yang jujur dan kondusif.
Bila komunikasi bisa lancar maka masalah bisa dibahas dari hati ke hati. Bila sudah sampai tahap ini, masalah apa sih yang tidak bisa diselesaikan.
Namun bila kenyataannya tetap tidak ada titik terang maka harus ditempuh untuk SEPAKAT DALAM KETIDAK SEPAKATAN.
Pertanyaannya, apakah itu mungkin untuk dilakukan? Jawabannya adalah MUNGKIN.
IV. SEPAKAT DALAM KETIDAK SEPAKATAN
Orang yang dewasa secara rohani harus mampu "SEPAKAT DALAM KETIDAK SEPAKATAN".
Paulus mencontohkan mengedepankan kasih namun tidak mengabaikan kebenaran.
1. Satu kapal beda kelas
Roma 14:13-19, 22-23 (TB)
13 Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung!
14 Aku tahu dan yakin dalam Tuhan Yesus, bahwa tidak ada sesuatu yang najis dari dirinya sendiri. Hanya bagi orang yang beranggapan, bahwa sesuatu adalah najis, bagi orang itulah sesuatu itu najis.
15 Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia.
16 Apa yang baik, yang kamu miliki, janganlah kamu biarkan difitnah.
17 Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
18 Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.
19 Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.
22 Berpeganglah pada keyakinan yang engkau miliki itu, bagi dirimu sendiri di hadapan Allah. Berbahagialah dia, yang tidak menghukum dirinya sendiri dalam apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
23 Tetapi barangsiapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman. Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.
Walaupun beda "kelas" dalam kapal bukan berarti harus saling melecehkan
2. Satu tujuan beda kapal
Kisah Para Rasul 15:37-41 (TB)
37 Barnabas ingin membawa juga Yohanes yang disebut Markus;
38 tetapi Paulus dengan tegas berkata, bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka.
39 Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus.
40 Tetapi Paulus memilih Silas, dan sesudah diserahkan oleh saudara-saudara itu kepada kasih karunia Tuhan
41 berangkatlah ia mengelilingi Siria dan Kilikia sambil meneguhkan jemaat-jemaat di situ.
Paulus bersama Silas, Barnabas bersama Markus keponakannya bukan berarti menyimpan kepahitan.
Kolose 4:10
Salam kepada kamu dari Aristarkhus, temanku sepenjara dan dari Markus, kemenakan Barnabas — tentang dia kamu telah menerima pesan; terimalah dia, apabila dia datang kepadamu --
2 Timotius 4:11
Hanya Lukas yang tinggal dengan aku. Jemputlah Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya penting bagiku.
3. Beda kapal, beda tujuan tetapi satu lautan.
1 Korintus 13:10-12 (TB)
10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.
11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
12 Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.
Setiap kita memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda dan gap yang ada menjadi penghambat untuk menemukan dan merumuskan titik temu. Oleh karena itu sepakat dalam ketidak sepakatan bisa menjadi alternatif pilihan.
Toh Tuhan Yesus sendiri menegaskan agar ilalang diantara gandum jangan dicabut.
Matius 13:28-30 (TB)
28 Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu?
29 Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu.
30 Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."
V. PENTINGNYA SIKAP TOLERAN
Mengapa sikap toleran harus dijalankan meskipun kita tidak sepakat bahkan menentang sepenuhnya terhadap penganut doktrin yang bertentangan dengan yang kita yakini?
1. JANGAN SAMPAI TERJADI KEKERASAN ATAS NAMA AGAMA.
Doktrinalis yang intoleran cenderung radikalis dan buas. Akibatnya nuraninya rusak sehingga perilakunya menjadi seperti binatang yang beragama. Mereka melakukan kekerasan dan kejahatan mengatasnamakan Tuhan.
2. IMAN ITU BERSIFAT PRIVASI
Apapun otoritas yang kita miliki itu tidak dibenarkan untuk merebut area keyakinan doktrinal seseorang. Berkeyakinan adalah hak asasi pemberian Tuhan sendiri. Berkeyakinan adalah area privasi seseorang yang tidak dibenarkan untuk diintervensi oleh siapapun.
3. PERCAYAKANLAH KEPADA PEMERINTAH SEBAGAI REGULATOR
Pemerintah adalah hamba Tuhan yang menyandang pedang. Pemerintah hadir bukan sekedar untuk berkuasa tetapi hadir sebagai pelayan Tuhan dengan penatalayanan yang mendatangkan ketertiban, ketentraman dan kesejahteraan. Keadilan yang menyejahterakan adalah cerminan berfungsi dan efektifnya pemerintah. Jadi konflik, sengketa doktrinal tidak perlu merembes menjadi sikap intoleran yang radikalis karena pemerintah sebagai regulator bertanggung jawab.
4. BERSIKAP INTOLERAN HANYA MERUSAK KEHIDUPAN KESAKSIAN IMAN KRISTEN
Sikap intoleran tidak menghasilkan apapun selain mempermalukan kehidupan kekristenan itu sendiri.
SENGKETA DOKTRINAL HARUS DISIKAPI SECARA DEWASA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar