Sakramen adalah suatu “upacara” yang sakral
yang diperintahkan oleh Tuhan
Yesus sendiri secara langsung. Di Gereja Pantekosta Serikat Di Indonesia
(GPSDI) mengakui ada dua sakramen yaitu perjamuan kudus dan baptisan air.
Sakramen perjamuan kudus diamanatkan
dalam Alkitab di Lukas 22:19 19 Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur,
memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah
tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah
ini menjadi peringatan akan Aku."
Selain itu juga tercatat dalam:
1Kor 11:25 Demikian juga Ia mengambil
cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang
dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah
ini, setiap kali kamu meminumnya,
menjadi
peringatan akan
Aku!"
Jadi jelas, Tuhan Yesus sendiri melakukanNya dan Tuhan Yesus pula yang
memerintahkan agar ritual/upacara suci itu untuk terus menerus dilakukan
GerejaNya. Itulah sebabnya perjamuan kudus dikategorikan sebagai sakramen.
Tentu saja, sakramen menduduki posisi yang penting dalam kekristenan. Dipandang penting bukan hanya karena diperintahkan Tuhan
Yesus sendiri, melainkan juga karena makna yang terkandung memiliki makna dan peran yang sangat penting dan strategis dalam pokok keimanan Kristen.
Adapun peranan Perjamuan kudus adalah:
1. Sarana pemersatu jemaat.
Perjamuan kudus mengingatkan bahwa yang mempersatukan Gereja yaitu penebusan Kristus. Sakramen
perjamuan kudus mengingatkan apapun latar belakang orang percaya, mereka adalah
satu sebagai tubuh Kristus, yaitu Gereja.
2. Perjamuan Kudus menguatkan iman.
Melalui perjamuan kudus jemaat
ingatannya disegarkan akan peristiwa 2.000 tahun yang lampau bagaimana Yesus
telah membayar lunas dosa dan pelanggaran mereka. Dengan kebangkitan iman itu
umat mengalami kebangunan rohani. Sehingga mereka hidup bukan untuk diri mereka
sendiri, tetapi untuk Yesus Kristus yang menebus mereka.
3. Perjamuan Kudus mendorong umat untuk
hidup suci.
Betapa jahatnya, ngerinya, dan rusaknya
dosa telah menjadikan Yesus Kristus disalibkan menggantikan hukuman kita.
Melalui perjamuan kudus umat diingatkan untuk jangan sampai dengan sengaja jatuh ke dalam dosa lagi.
Jadi, amatlah salah biila kita beranggapan selama 3 minggu sudah
berdosa, lalu ikut perjamuan kudus supaya suci lagi, sesudah suci untuk berbuat
dosa lagi. Orang yang memperlakukan perjamuan kudus dengan cara seperti ini,
mereka telah bersalah terhadap tubuh dan darah Kristus. Sebab mereka tidak
mengakui bahwa Yesus Kristus disalib itu sekali untuk selama-lamanya. (1Korintus
11:27-30; Ibrani 9:28).
Orang yang telah bertobat dari kehidupan lama yang bergelimang dosa sadar dan tidak akan hidup sebagai orang yang menghina kasih karunia Tuhan.
4. Perjamuan kudus menggelorakan
semangat untuk memberitakan Injil.
Perjamuan kudus berperan menggelorakan semangat
memberitakan Injil sebab:
a. Saat kita
mengangkat cawan itu adalah saat dimana kita sedang mengucapkan janji dan tekad
kita untuk giat memberitakan Injil. Jadi jika kita ikut perjamuan kudus namun
kita tidak bersungguh-sungguh berusaha untuk memberitakan Injil maka kita
bersalah terhadap tubuh dan darah Yesus.
b. Saat kita
mengikuti perjamuan kudus, ingatan kita harus terkenang pada masa sebelum kita
mengenal Tuhan Yesus Kristus. Betapa lelah dan letihnya jiwa kita menanggung
segala beban dosa dan pelanggaran kita. Betapa pedihnya dan sengsaranya hidup
kita tanpa Kristus. Dan lihatlah sekarang setelah kita mengenal Yesus, betapa
bahagianya. Betapa dosa kita diampuni sehingga kita memiliki kepastian masa keselamatan. Betapa
Yesus mengubah hidup kita menjadi manusia baru. Semua itu terjadi karena ada
orang yang memberitakan Injil kepada kita. Dan lihatlah, di luar sana banyak
orang melangkahkan kakinya ke neraka karena dosa dan pelanggaran mereka.
Tidakkah hati kita tergerak untuk memberitakan Injil?
c. Betapa sia-sianya
pengorbanan Yesus jika kita yang mengangkat cawan tetapi tidak mau menjalankan ikrar dan
tekad kita untuk memberitakan Injil. Yesus berkorban agar orang berdosa yang percaya kepadaNya mengalami kuasa
keselamatan itu. Persoalannya, bagaimana orang berdosa bisa percaya jika tidak
ada yang memberitakan Injil kepada
mereka? Akhirnya orang berdosa tetap binasa dalam neraka, meskipun Yesus
Kristus sudah disalibkan. Dan itu berarti pengorbanan Yesus menjadi sia-sia. Kita harus bertanggung jawab kepada Tuhan atas keteledoran kita tersebut. Jika kita giat memberitakan Injil, maka semua orang berdosa memiliki kesempatan
diselamatkan.
Kalau begitu bagaimana cara
mempersiapkan diri yang benar agar kita dapat layak mengikuti perjamuan kudus?
1.
JANGAN MENGANGGAP ROTI DAN ANGGUR ADALAH BENDA MAGIS (Ulangan 5:8-10)
Kuasa perjamuan kudus bukan terletak
pada roti dan anggurnya, tetapi terletak pada pengertian, iman dan sikap dari
pemegangnya. Jadi dalam kekristenan tidak ada benda yang dikeramatkan atau
jimat, baik berupa roti dan anggur perjamuan, juga tidak pada minyak urapan.
Jadi jika orang disembuh-kan, diberkati, dilepaskan, dlsb. Itu bukan karena
benda-benda suci yang magis. Waspada jangan terpengaruh ajaran sesat.
2.
PERIKSALAH PEMAHAMAN ANDA.
Keyakinan yang benar berangkat dari
pemahaman yang benar. Dan kebenaran yang hakiki ukuran-nya Firman Allah
(Alkitab). Apa yang Alkitab katakan tentang Tuhan? Dosa? Keselamatan? kekudusan
hidup? dll. Semua kebenaran itu harus merasuki pemikiran, penghayatan bahkan
imajinasi kita. Respond an ekspresi kita terhadap semua itu adalah merupakan
ibadah itu sendiri. Sakramen perjamuan kudus adalah ritual yang merupakan
respon dan ekspresi kebenaran-kebenaran yang telah kita pahami dan hayati
tersebut. Puncak ekspresi kita adalah dalam bentuk nilai-nilai yang
mempengaruhi perilaku keseharian kita. Jadi penting memeriksa pokok-pokok iman
yang kita yakini sebelum mengikuti sakramen perjamuan kudus.
3.
PERIKSALAH “RELATIONSHIP” ANDA.
Jangan sampai anda mengakui roti adalah
tubuh Kristus dan anggur adalah darah Kristus tetapi hati Anda penuh kemarahan,
kebencian, dendam dan niat jahat. Itu sama saja anda mengingkari kebenaran roti
dan anggur dalam perjamuan kudus.[EZ]