“Menguatkan Iman dalam Penantian”

 



Nats: 

Habakuk 2:3; 2 Petrus 3:9; Mazmur 27:14 

Sabar menanti penggenapan janji Allah dalam iman.

 

1. Pendahuluan: Realitas Penantian

 Habakuk 2:3: “Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya…” Nabi Habakuk dihadapkan pada situasi kelam: ketidakadilan, kekerasan, dan bangsa yang seolah tak peduli pada Allah. Namun Allah berfirman: penglihatan-Nya pasti digenapi pada waktu-Nya.

 Ilustrasi: Seorang petani menanam padi. Ia tidak memetik hasil pada hari yang sama ia menanam benih. Ia menunggu musimnya, merawat, dan percaya pada proses. Penantian itu bukan diam pasif, tetapi aktif mengelola dan memelihara benih.

 Aplikasi awal: Kita pun sering berada di situasi di mana doa-doa belum dijawab, janji belum digenapi. Di sinilah iman diuji.

 

2. Poin I – Janji Allah Pasti Digenapi pada Waktu-Nya

 Teks: “Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya… tidak berdusta.” (Habakuk 2:3).

 Eksposisi: Kata “menanti saatnya” menunjukkan appointed time (Ibrani: moed), yaitu waktu yang Allah sudah tetapkan.

 Ayat pendukung:

   2 Petrus 3:9: “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya…”

   Yesaya 55:11: Firman yang keluar dari mulut Allah tidak akan kembali dengan sia-sia.

 Kutipan: “Janji Allah sering kali kelihatannya lambat bagi kita, tetapi Ia tidak pernah terlambat; Ia selalu tepat waktu.” (Charles Spurgeon).

 Implementasi: Daripada gelisah, kita diajak mengingat rekam jejak Allah dalam hidup kita: janji-janji yang dulu telah digenapi. Catat kesaksian pribadi agar iman diperkuat.

 

3. Poin II – Iman yang Teguh Menghasilkan Kesabaran

 Teks: Mazmur 27:14: “Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan!”

 Eksposisi: Menanti Tuhan adalah tindakan iman. “Kuatkanlah” (Ibrani: chazaq) berarti “mengambil keberanian” – ini adalah perintah aktif.

 Ilustrasi: Seperti seorang atlet maraton yang tahu garis finish ada di depan. Ia tetap berlari meski lelah karena fokus pada tujuan.

 Ayat pendukung: Roma 8:25 “Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.”

 Kesaksian: Seorang jemaat pernah berdoa 10 tahun untuk suaminya yang belum percaya Kristus. Ia terus melayani dengan setia. Suaminya akhirnya bertobat pada tahun ke-11. Penantian itu membentuk karakter dan iman yang matang.

 Implementasi: Penantian bukan hanya “bertahan” tetapi “bertumbuh”. Gunakan waktu menanti untuk membangun disiplin rohani: doa, firman, pelayanan, memberi diri.

 

 4. Poin III – Penantian Menjadi Kesempatan Mengalami Pembaruan

 Teks: Habakuk 2:4b “Orang yang benar akan hidup oleh percayanya.”

 Eksposisi: Sementara menanti, iman kita sedang dibentuk. Kita belajar bergantung pada Allah, bukan pada pemahaman kita sendiri.

 Ayat pendukung: Yesaya 40:31 “Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru…”

 Ilustrasi: Seperti ulat yang berubah menjadi kupu-kupu di kepompongnya. Proses yang tersembunyi itu penting untuk metamorfosis.

 Implementasi: Jadikan waktu penantian sebagai ruang refleksi, evaluasi, dan pembaruan iman. Jangan hanya fokus pada “hasil”, tetapi pada “pribadi” yang kita sedang menjadi.

 

 5. Poin IV – Penantian yang Aktif: Sambil Mengabdi

 Teks: 2 Petrus 3:11-12 “Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup…”

 Eksposisi: Petrus mengaitkan janji kedatangan Kristus dengan kesalehan hidup. Penantian bukan sikap pasif, tetapi kesiapan aktif.

 Ilustrasi: Seperti mempersiapkan rumah untuk tamu penting. Kita membersihkan, menata, memastikan semuanya siap, bukan duduk saja.

 Ayat pendukung: Yakobus 5:7-8 “Bersabarlah saudara-saudara sampai kedatangan Tuhan…”

 Implementasi: Sambil menanti janji Allah, kita tetap setia melayani: mengasihi sesama, menjadi saksi Kristus, bekerja dengan integritas. Penantian menjadi ladang kesaksian iman kita.

 

6. Penutup: Arahkan Pandangan pada Kristus

 Rekap:

  1. Janji Allah pasti digenapi pada waktu-Nya.

  2. Iman teguh menghasilkan kesabaran.

  3. Penantian adalah kesempatan pembaruan.

  4. Penantian harus aktif, bukan pasif.

 Kutipan penutup: “Iman sejati bukan hanya percaya bahwa Allah sanggup, tetapi tetap percaya walau jawaban-Nya belum terlihat.”

 Ajak jemaat: Mari kita belajar menanti dengan iman yang semakin dikuatkan, sehingga pada waktu-Nya kita dapat melihat penggenapan janji-Nya.

 Doa Penutup: Mohon kekuatan Roh Kudus untuk menanti dengan sabar, tetap setia, dan mengalami pembaruan iman di tengah proses penantian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar