Nats Utama: Yakobus 1:12
"Berbahagialah orang yang bertahan
dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota
kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."
Ayat Pendukung:
·
1
Korintus 10:13:
"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang
tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan
membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan
memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."
· Wahyu
2:10: "Jangan takut terhadap apa yang
harus engkau derita; sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari
antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan
selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan
mengaruniakan kepadamu mahkota keh1idupan."
Pendahuluan
Saudara-saudari
yang terkasih dalam Kristus, hidup ini bukanlah jalan yang mulus. Seringkali,
kita dihadapkan pada badai pencobaan yang datang silih berganti. Entah itu
kesulitan finansial, sakit penyakit, masalah dalam keluarga, atau tekanan di
tempat kerja, semua ini bisa menggoyahkan iman kita. Namun, firman Tuhan hari
ini memberikan kita janji yang kuat dan penghiburan yang mendalam. Kitab
Yakobus mengajak kita untuk melihat pencobaan dari perspektif yang berbeda:
bukan sebagai hukuman, melainkan sebagai kesempatan untuk bertumbuh.
Inti dari khotbah kita hari ini adalah kesetiaan kepada Allah menjadi kunci untuk mengatasi pencobaan.
Kita tidak bisa melawan badai dengan kekuatan sendiri. Sebaliknya, kita harus
berpegang teguh pada Dia yang mengendalikan angin dan ombak.
1. Memahami Hakikat Pencobaan: Ujian untuk
Menguji Kesetiaan (Yakobus 1:12)
Yakobus 1:12 memulai dengan kata "berbahagialah" (makarios), yang artinya
"diberkati" atau "sangat beruntung." Mengapa seseorang yang
mengalami pencobaan justru disebut berbahagia? Karena pencobaan bukanlah akhir
dari segalanya, melainkan sebuah proses. Pencobaan adalah ujian yang dirancang
untuk menguji kemurnian iman kita.
·
Ilustrasi: Bayangkan seorang pandai besi yang
menempa sebilah pedang. Ia memanaskan besi hingga membara, memukulnya berulang
kali, dan mendinginkannya dengan air. Proses ini terlihat brutal, tetapi tanpa
proses tersebut, pedang tidak akan menjadi kuat dan tajam. Demikian pula,
pencobaan adalah api yang memurnikan iman kita. Ia menghilangkan
kotoran-kotoran dan membuat iman kita semakin kokoh.
Dalam proses ini, Allah melihat apakah
kita akan tetap setia kepada-Nya. Apakah kita tetap percaya pada
janji-janji-Nya meskipun keadaan di sekitar kita berkata sebaliknya? Apakah
kita tetap mengasihi Dia saat kita merasa terluka atau ditinggalkan? Kesetiaan
kita di tengah pencobaan adalah bukti nyata dari kasih kita kepada-Nya.
2. Janji Allah: Kekuatan untuk Bertahan dan
Jalan Keluar (1 Korintus 10:13)
Seringkali, saat menghadapi pencobaan
yang berat, kita merasa sendirian dan berpikir bahwa kita tidak akan mampu
menanggungnya. Namun, 1 Korintus 10:13 memberikan kita dua janji yang sangat
penting:
1. Allah tidak akan membiarkan kita dicobai
melampaui kekuatan kita.
Ini adalah janji tentang kapasitas. Kekuatan
yang kita miliki mungkin terasa terbatas, tetapi kekuatan Allah tidak. Dia tahu
persis seberapa banyak yang dapat kita tanggung, dan Dia tidak akan membiarkan
pencobaan itu melebihi batas tersebut.
2.
Allah
akan memberikan jalan ke luar. Ini adalah janji tentang solusi. Ketika kita
merasa terjebak dalam masalah, Allah selalu menyediakan jalan keluar. Jalan
keluar ini mungkin bukan selalu cara yang kita harapkan, tetapi itu adalah
jalan yang akan menuntun kita kembali ke dalam damai sejahtera-Nya. Jalan
keluar ini seringkali berupa kekuatan dari Roh Kudus, hikmat untuk mengambil
keputusan yang benar, atau pertolongan dari saudara seiman.
·
Ilustrasi: Kisah Yusuf adalah contoh sempurna. Ia
dicobai dengan berbagai cara: dijual oleh saudara-saudaranya, difitnah oleh
istri Potifar, dan dilupakan di penjara. Namun, di setiap pencobaan, Allah
menyertai Yusuf dan memberinya hikmat serta jalan keluar. Kesetiaannya kepada
Allah tidak pernah goyah, dan pada akhirnya, Allah mengangkatnya menjadi
penguasa Mesir. Yusuf tidak hanya bertahan, tetapi juga menjadi alat
keselamatan bagi banyak orang, termasuk keluarganya sendiri.
3. Konsekuensi dari Kesetiaan: Mahkota
Kehidupan (Wahyu 2:10)
Pencobaan adalah pertarungan spiritual,
dan seperti pertarungan pada umumnya, ada hadiah bagi mereka yang menang. Wahyu
2:10 berbicara tentang mahkota kehidupan sebagai upah bagi
mereka yang setia sampai mati.
·
Kutipan
Kesaksian: Seorang
misionaris bernama Jim Elliot yang tewas dibunuh saat
mencoba menjangkau suku Auca di Ekuador, pernah menulis kalimat yang terkenal:
"Ia bukanlah orang bodoh yang memberikan apa yang tidak dapat
dipertahankannya untuk mendapatkan apa yang tidak dapat diambil darinya."
Ia rela mengorbankan nyawanya (sesuatu yang fana) untuk Kristus, dan sebagai
gantinya, ia menerima mahkota kehidupan (sesuatu yang kekal). Kesetiaan Elliot
hingga akhir hayatnya tidak sia-sia, dan kesaksiannya menginspirasi ribuan
orang untuk melayani Tuhan.
Mahkota kehidupan bukanlah mahkota dari
emas atau permata, tetapi sebuah lambang kemenangan atas dosa, lambang dari
hidup yang kekal bersama Kristus. Ini adalah janji bahwa penderitaan kita di dunia
ini tidaklah sia-sia. Setiap tetesan air mata, setiap kesulitan, dan setiap
pengorbanan yang kita lakukan karena setia kepada Kristus akan dihargai dan
memiliki makna kekal.
4. Mengimplementasikan Kesetiaan: Praktik
Hidup yang Bertahan (Yakobus 1:12)
Bagaimana kita dapat tetap setia di
tengah pencobaan? Berikut adalah beberapa langkah praktis:
1. Fokus pada Janji Allah: Alih-alih merenungkan masalah,
renungkanlah janji-janji Allah dalam firman-Nya. Izinkan firman Tuhan menjadi
jangkar bagi jiwa Anda di tengah badai.
2.
Bangun
Komunitas yang Kuat:
Carilah saudara seiman yang dapat mendoakan dan menguatkan Anda. Jangan
menanggung beban pencobaan sendirian.
3.
Latihan
Syukur: Bersyukur di
tengah kesulitan adalah tindakan iman yang radikal. Ini mengalihkan fokus dari
masalah kepada kebaikan Allah yang tak terbatas.
4. Pandanglah Kristus: Yesus adalah teladan utama dalam
menghadapi pencobaan. Dia mengalami penderitaan yang tak terbayangkan, tetapi
Ia tetap setia kepada Bapa. Dengan memandang salib, kita diingatkan bahwa Dia
sudah menanggung yang terberat, dan kita tidak pernah sendirian.
Penutup
Saudara-saudari, pencobaan akan selalu
datang. Itu adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan iman. Namun, marilah
kita tidak melihatnya sebagai kutukan, melainkan sebagai kesempatan untuk
membuktikan kesetiaan kita kepada Allah. Ingatlah janji-Nya: Ia akan memberi
kita kekuatan, menunjukkan jalan keluar, dan pada akhirnya, menganugerahkan
mahkota kehidupan. Amin.


