Tetap Setia di Tengah Pencobaan


 


Nats Utama: Yakobus 1:12

"Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."

Ayat Pendukung:

·         1 Korintus 10:13: "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."

·        Wahyu 2:10: "Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita; sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota keh1idupan."


Pendahuluan

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, hidup ini bukanlah jalan yang mulus. Seringkali, kita dihadapkan pada badai pencobaan yang datang silih berganti. Entah itu kesulitan finansial, sakit penyakit, masalah dalam keluarga, atau tekanan di tempat kerja, semua ini bisa menggoyahkan iman kita. Namun, firman Tuhan hari ini memberikan kita janji yang kuat dan penghiburan yang mendalam. Kitab Yakobus mengajak kita untuk melihat pencobaan dari perspektif yang berbeda: bukan sebagai hukuman, melainkan sebagai kesempatan untuk bertumbuh.

Inti dari khotbah kita hari ini adalah kesetiaan kepada Allah menjadi kunci untuk mengatasi pencobaan. Kita tidak bisa melawan badai dengan kekuatan sendiri. Sebaliknya, kita harus berpegang teguh pada Dia yang mengendalikan angin dan ombak.


1. Memahami Hakikat Pencobaan: Ujian untuk Menguji Kesetiaan (Yakobus 1:12)

Yakobus 1:12 memulai dengan kata "berbahagialah" (makarios), yang artinya "diberkati" atau "sangat beruntung." Mengapa seseorang yang mengalami pencobaan justru disebut berbahagia? Karena pencobaan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah proses. Pencobaan adalah ujian yang dirancang untuk menguji kemurnian iman kita.

·         Ilustrasi: Bayangkan seorang pandai besi yang menempa sebilah pedang. Ia memanaskan besi hingga membara, memukulnya berulang kali, dan mendinginkannya dengan air. Proses ini terlihat brutal, tetapi tanpa proses tersebut, pedang tidak akan menjadi kuat dan tajam. Demikian pula, pencobaan adalah api yang memurnikan iman kita. Ia menghilangkan kotoran-kotoran dan membuat iman kita semakin kokoh.

Dalam proses ini, Allah melihat apakah kita akan tetap setia kepada-Nya. Apakah kita tetap percaya pada janji-janji-Nya meskipun keadaan di sekitar kita berkata sebaliknya? Apakah kita tetap mengasihi Dia saat kita merasa terluka atau ditinggalkan? Kesetiaan kita di tengah pencobaan adalah bukti nyata dari kasih kita kepada-Nya.


2. Janji Allah: Kekuatan untuk Bertahan dan Jalan Keluar (1 Korintus 10:13)

Seringkali, saat menghadapi pencobaan yang berat, kita merasa sendirian dan berpikir bahwa kita tidak akan mampu menanggungnya. Namun, 1 Korintus 10:13 memberikan kita dua janji yang sangat penting:

1.      Allah tidak akan membiarkan kita dicobai melampaui kekuatan kita. Ini adalah janji tentang kapasitas. Kekuatan yang kita miliki mungkin terasa terbatas, tetapi kekuatan Allah tidak. Dia tahu persis seberapa banyak yang dapat kita tanggung, dan Dia tidak akan membiarkan pencobaan itu melebihi batas tersebut.

2.      Allah akan memberikan jalan ke luar. Ini adalah janji tentang solusi. Ketika kita merasa terjebak dalam masalah, Allah selalu menyediakan jalan keluar. Jalan keluar ini mungkin bukan selalu cara yang kita harapkan, tetapi itu adalah jalan yang akan menuntun kita kembali ke dalam damai sejahtera-Nya. Jalan keluar ini seringkali berupa kekuatan dari Roh Kudus, hikmat untuk mengambil keputusan yang benar, atau pertolongan dari saudara seiman.

·         Ilustrasi: Kisah Yusuf adalah contoh sempurna. Ia dicobai dengan berbagai cara: dijual oleh saudara-saudaranya, difitnah oleh istri Potifar, dan dilupakan di penjara. Namun, di setiap pencobaan, Allah menyertai Yusuf dan memberinya hikmat serta jalan keluar. Kesetiaannya kepada Allah tidak pernah goyah, dan pada akhirnya, Allah mengangkatnya menjadi penguasa Mesir. Yusuf tidak hanya bertahan, tetapi juga menjadi alat keselamatan bagi banyak orang, termasuk keluarganya sendiri.


3. Konsekuensi dari Kesetiaan: Mahkota Kehidupan (Wahyu 2:10)

Pencobaan adalah pertarungan spiritual, dan seperti pertarungan pada umumnya, ada hadiah bagi mereka yang menang. Wahyu 2:10 berbicara tentang mahkota kehidupan sebagai upah bagi mereka yang setia sampai mati.

·         Kutipan Kesaksian: Seorang misionaris bernama Jim Elliot yang tewas dibunuh saat mencoba menjangkau suku Auca di Ekuador, pernah menulis kalimat yang terkenal: "Ia bukanlah orang bodoh yang memberikan apa yang tidak dapat dipertahankannya untuk mendapatkan apa yang tidak dapat diambil darinya." Ia rela mengorbankan nyawanya (sesuatu yang fana) untuk Kristus, dan sebagai gantinya, ia menerima mahkota kehidupan (sesuatu yang kekal). Kesetiaan Elliot hingga akhir hayatnya tidak sia-sia, dan kesaksiannya menginspirasi ribuan orang untuk melayani Tuhan.

Mahkota kehidupan bukanlah mahkota dari emas atau permata, tetapi sebuah lambang kemenangan atas dosa, lambang dari hidup yang kekal bersama Kristus. Ini adalah janji bahwa penderitaan kita di dunia ini tidaklah sia-sia. Setiap tetesan air mata, setiap kesulitan, dan setiap pengorbanan yang kita lakukan karena setia kepada Kristus akan dihargai dan memiliki makna kekal.


4. Mengimplementasikan Kesetiaan: Praktik Hidup yang Bertahan (Yakobus 1:12)

Bagaimana kita dapat tetap setia di tengah pencobaan? Berikut adalah beberapa langkah praktis:

1.      Fokus pada Janji Allah: Alih-alih merenungkan masalah, renungkanlah janji-janji Allah dalam firman-Nya. Izinkan firman Tuhan menjadi jangkar bagi jiwa Anda di tengah badai.

2.      Bangun Komunitas yang Kuat: Carilah saudara seiman yang dapat mendoakan dan menguatkan Anda. Jangan menanggung beban pencobaan sendirian.

3.      Latihan Syukur: Bersyukur di tengah kesulitan adalah tindakan iman yang radikal. Ini mengalihkan fokus dari masalah kepada kebaikan Allah yang tak terbatas.

4.      Pandanglah Kristus: Yesus adalah teladan utama dalam menghadapi pencobaan. Dia mengalami penderitaan yang tak terbayangkan, tetapi Ia tetap setia kepada Bapa. Dengan memandang salib, kita diingatkan bahwa Dia sudah menanggung yang terberat, dan kita tidak pernah sendirian.


Penutup

Saudara-saudari, pencobaan akan selalu datang. Itu adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan iman. Namun, marilah kita tidak melihatnya sebagai kutukan, melainkan sebagai kesempatan untuk membuktikan kesetiaan kita kepada Allah. Ingatlah janji-Nya: Ia akan memberi kita kekuatan, menunjukkan jalan keluar, dan pada akhirnya, menganugerahkan mahkota kehidupan. Amin.

: Pengharapan yang Tidak Pernah Pudar

 



Nats Utama: Roma 5:5

Kajian Tambahan: Ibrani 10:23; 1 Petrus 1:3-4

 

 Pendahuluan

Saudara yang terkasih, hidup ini sering membawa kita pada situasi yang membuat hati goyah. Kita menghadapi sakit penyakit, tekanan ekonomi, kehilangan orang yang kita cintai, bahkan kekecewaan dari orang-orang terdekat. Banyak orang mencoba menggantungkan harapan pada harta, jabatan, atau relasi, tetapi semua itu bisa lenyap.

Namun firman Tuhan menegaskan: pengharapan dalam Kristus berbeda. Roma 5:5 berkata, “Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”

Ilustrasi: Seorang petani menabur benih dengan yakin bahwa suatu hari akan menuai, meski ia tidak bisa mengendalikan cuaca atau hama. Kalau petani bisa berharap pada sesuatu yang belum pasti, betapa lebih lagi kita yang memiliki pengharapan di dalam Kristus — pengharapan yang terjamin, tidak pernah pudar, dan tidak mengecewakan.

 

 Poin 1 – Pengharapan Berakar pada Kasih Allah

(Roma 5:5)

 Pengharapan Kristen bukan optimisme kosong, melainkan bertumpu pada kasih Allah yang sudah dibuktikan di salib Kristus.

 Kasih Allah adalah fondasi yang tidak tergoyahkan. Dunia bisa berubah, tetapi kasih-Nya kekal.

Ayat pendukung: Yeremia 31:3 – “Dengan kasih yang kekal Aku telah mengasihi engkau…”

👉 Implementasi: Jangan taruh harapan pada hal yang fana, gantungkanlah pada kasih Allah yang kekal.

 

 Poin 2 – Pengharapan Teguh karena Janji Allah Setia

(Ibrani 10:23)

 “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia yang menjanjikannya, setia.”

 Janji manusia bisa gagal, tetapi janji Allah tidak pernah batal. Allah berjanji menyertai, memelihara, dan memberi keselamatan.

Ilustrasi: Seorang anak kecil berani melompat dari ketinggian karena tahu ayahnya akan menangkap. Keberaniannya bukan pada dirinya, tetapi pada kepercayaan kepada ayahnya. Begitu juga iman kita — bertumpu pada janji Allah yang setia.

Ayat pendukung: Bilangan 23:19 – “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta…”

👉 Implementasi: Pegang janji Tuhan dalam doa dan iman, jangan lepaskan pengakuan iman kita.

 

 Poin 3 – Pengharapan Hidup karena Kebangkitan Kristus

(1 Petrus 1:3-4)

 Kebangkitan Kristus memberi kita pengharapan yang hidup, bukan mati. Dunia bisa merampas kesehatan, harta, bahkan hidup, tetapi tidak bisa merampas janji kekekalan bersama Kristus. Inilah kepastian sorga bagi orang percaya.

Ayat pendukung: Yohanes 11:25 – “Akulah kebangkitan dan hidup…”

👉 Implementasi: Hidup dengan perspektif kekekalan, bukan hanya dunia sementara.

Poin 4 – Pengharapan Menguatkan Kita Sehari-hari

(Roma 12:12)

 Hidup penuh penderitaan, tetapi pengharapan memberi daya tahan rohani.  Wujudnya: kita kuat dalam doa, tabah dalam penderitaan, giat dalam pelayanan.  Orang Kristen yang penuh pengharapan menjadi sumber kekuatan bagi sesama.

Ilustrasi: Lilin yang menyala di tengah gelap memberi terang bagi banyak orang. Pengharapan kita demikianlah bagi dunia yang putus asa.

Kutipan: Billy Graham berkata, “Pengharapan adalah jangkar jiwa yang membuat kita tetap tenang meski badai menghantam.”

Ayat pendukung: Mazmur 42:6 – “Mengapakah engkau tertekan, hai jiwaku… Berharaplah kepada Allah!”

 

 Wujud Nyata Pengharapan dalam Kristus

Pengharapan itu bukan teori, tapi punya wujud nyata:

1. Kepastian hidup kekal (1 Ptr. 1:4).

2. Ketabahan dalam penderitaan (Rm. 12:12).

3. Sukacita di segala keadaan (Mzm. 71:14).

4. Kesungguhan melayani (1 Kor. 15:58).

5. Penghiburan bagi sesama (1 Tes. 4:18).

 

 Ilustrasi Nelayan Tua

Seorang nelayan tua bernama Pak Samuel dikenal penuh sukacita walau hidup sederhana.

 Ia tenang menanti sorga karena yakin pada janji Yesus.

 Ia tabah saat badai merusak perahunya, tetap percaya Tuhan cukupkan.

 Ia tetap memuji Tuhan meski hasil laut sedikit.

 Ia giat mengajar anak-anak tentang Alkitab.

 Ia menghibur tetangga yang berduka dengan kesaksian pengharapannya.

Hidupnya menjadi gambaran sederhana bagaimana pengharapan dalam Kristus nyata dalam kehidupan sehari-hari.

 

Penutup

Saudara, pengharapan dalam Kristus tidak pernah pudar karena:

1. Berakar pada kasih Allah.

2. Berdasar pada janji Allah yang setia.

3. Hidup karena kebangkitan Kristus.

4. Menguatkan kita dalam kehidupan sehari-hari.

 

Mari kita pegang teguh pengharapan itu. Dunia boleh berubah, tetapi kasih, janji, dan kuasa Kristus tetap sama untuk selamanya.

 

Aplikasi Pribadi

 Saat masalah datang, tanyakan: Apakah pengharapanku masih pada Kristus?  Bagikan kesaksian pengharapan itu kepada orang lain.  Jalani hari dengan penuh keyakinan, sebab kita punya Allah yang setia.

 

 Doa Penutup

“Ya Tuhan, terima kasih karena pengharapan kami di dalam Engkau tidak pernah mengecewakan. Teguhkan hati kami untuk terus berpegang pada kasih-Mu, janji-Mu, dan kuasa kebangkitan-Mu, sehingga hidup kami menjadi berkat dan penghiburan bagi orang lain. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.”

 

 

“Menguatkan Iman dalam Penantian”

 



Nats: 

Habakuk 2:3; 2 Petrus 3:9; Mazmur 27:14 

Sabar menanti penggenapan janji Allah dalam iman.

 

1. Pendahuluan: Realitas Penantian

 Habakuk 2:3: “Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya…” Nabi Habakuk dihadapkan pada situasi kelam: ketidakadilan, kekerasan, dan bangsa yang seolah tak peduli pada Allah. Namun Allah berfirman: penglihatan-Nya pasti digenapi pada waktu-Nya.

 Ilustrasi: Seorang petani menanam padi. Ia tidak memetik hasil pada hari yang sama ia menanam benih. Ia menunggu musimnya, merawat, dan percaya pada proses. Penantian itu bukan diam pasif, tetapi aktif mengelola dan memelihara benih.

 Aplikasi awal: Kita pun sering berada di situasi di mana doa-doa belum dijawab, janji belum digenapi. Di sinilah iman diuji.

 

2. Poin I – Janji Allah Pasti Digenapi pada Waktu-Nya

 Teks: “Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya… tidak berdusta.” (Habakuk 2:3).

 Eksposisi: Kata “menanti saatnya” menunjukkan appointed time (Ibrani: moed), yaitu waktu yang Allah sudah tetapkan.

 Ayat pendukung:

   2 Petrus 3:9: “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya…”

   Yesaya 55:11: Firman yang keluar dari mulut Allah tidak akan kembali dengan sia-sia.

 Kutipan: “Janji Allah sering kali kelihatannya lambat bagi kita, tetapi Ia tidak pernah terlambat; Ia selalu tepat waktu.” (Charles Spurgeon).

 Implementasi: Daripada gelisah, kita diajak mengingat rekam jejak Allah dalam hidup kita: janji-janji yang dulu telah digenapi. Catat kesaksian pribadi agar iman diperkuat.

 

3. Poin II – Iman yang Teguh Menghasilkan Kesabaran

 Teks: Mazmur 27:14: “Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan!”

 Eksposisi: Menanti Tuhan adalah tindakan iman. “Kuatkanlah” (Ibrani: chazaq) berarti “mengambil keberanian” – ini adalah perintah aktif.

 Ilustrasi: Seperti seorang atlet maraton yang tahu garis finish ada di depan. Ia tetap berlari meski lelah karena fokus pada tujuan.

 Ayat pendukung: Roma 8:25 “Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.”

 Kesaksian: Seorang jemaat pernah berdoa 10 tahun untuk suaminya yang belum percaya Kristus. Ia terus melayani dengan setia. Suaminya akhirnya bertobat pada tahun ke-11. Penantian itu membentuk karakter dan iman yang matang.

 Implementasi: Penantian bukan hanya “bertahan” tetapi “bertumbuh”. Gunakan waktu menanti untuk membangun disiplin rohani: doa, firman, pelayanan, memberi diri.

 

 4. Poin III – Penantian Menjadi Kesempatan Mengalami Pembaruan

 Teks: Habakuk 2:4b “Orang yang benar akan hidup oleh percayanya.”

 Eksposisi: Sementara menanti, iman kita sedang dibentuk. Kita belajar bergantung pada Allah, bukan pada pemahaman kita sendiri.

 Ayat pendukung: Yesaya 40:31 “Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru…”

 Ilustrasi: Seperti ulat yang berubah menjadi kupu-kupu di kepompongnya. Proses yang tersembunyi itu penting untuk metamorfosis.

 Implementasi: Jadikan waktu penantian sebagai ruang refleksi, evaluasi, dan pembaruan iman. Jangan hanya fokus pada “hasil”, tetapi pada “pribadi” yang kita sedang menjadi.

 

 5. Poin IV – Penantian yang Aktif: Sambil Mengabdi

 Teks: 2 Petrus 3:11-12 “Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup…”

 Eksposisi: Petrus mengaitkan janji kedatangan Kristus dengan kesalehan hidup. Penantian bukan sikap pasif, tetapi kesiapan aktif.

 Ilustrasi: Seperti mempersiapkan rumah untuk tamu penting. Kita membersihkan, menata, memastikan semuanya siap, bukan duduk saja.

 Ayat pendukung: Yakobus 5:7-8 “Bersabarlah saudara-saudara sampai kedatangan Tuhan…”

 Implementasi: Sambil menanti janji Allah, kita tetap setia melayani: mengasihi sesama, menjadi saksi Kristus, bekerja dengan integritas. Penantian menjadi ladang kesaksian iman kita.

 

6. Penutup: Arahkan Pandangan pada Kristus

 Rekap:

  1. Janji Allah pasti digenapi pada waktu-Nya.

  2. Iman teguh menghasilkan kesabaran.

  3. Penantian adalah kesempatan pembaruan.

  4. Penantian harus aktif, bukan pasif.

 Kutipan penutup: “Iman sejati bukan hanya percaya bahwa Allah sanggup, tetapi tetap percaya walau jawaban-Nya belum terlihat.”

 Ajak jemaat: Mari kita belajar menanti dengan iman yang semakin dikuatkan, sehingga pada waktu-Nya kita dapat melihat penggenapan janji-Nya.

 Doa Penutup: Mohon kekuatan Roh Kudus untuk menanti dengan sabar, tetap setia, dan mengalami pembaruan iman di tengah proses penantian.

MEMBAWA KELUARGA KEPADA YESUS

 



Teks Utama: Kisah Para Rasul 16:31

Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."

PENDAHULUAN

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, janji keselamatan dalam Kisah Para Rasul 16:31 adalah janji yang luar biasa. Janji ini tidak hanya untuk kita secara pribadi, tetapi juga untuk keluarga kita, "seisi rumahmu." Ini menunjukkan betapa Tuhan peduli dengan unit yang paling dasar dalam masyarakat, yaitu keluarga.

Tuhan Yesus memanggil dan mempercayakan kita sebuah tanggung jawab yang mulia: untuk membawa keluarga kita kepada-Nya. Ini bukanlah tugas yang mudah, tetapi itu adalah panggilan yang penuh pengharapan, karena diiringi dengan janji penyertaan dan keselamatan dari Tuhan sendiri.

Lalu, pertanyaannya, bagaimana cara praktis kita membawa keluarga kita kepada Yesus? Firman Tuhan memberikan kepada kita beberapa prinsip yang dapat kita terapkan.

1. BERDOA: Membangun Komunikasi dengan Sumber Kuasa

Ayat: Kejadian 6:9

"Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah."

Penjelasan:

- Nuh hidup dalam generasi yang rusak dan penuh dosa. Namun, Alkitab mencatat keistimewaannya: ia hidup bergaul dengan Allah. Artinya, doa dan hubungan pribadi dengan Tuhan adalah gaya hidupnya.

- Aplikasi: Sebelum kita bisa membawa keluarga kepada Tuhan, kita sendiri harus terlebih dahulu memiliki hubungan yang intim dengan-Nya. Doa adalah fondasinya.

- Ketika kita berdoa untuk keluarga, kita sedang:

    - Memohon pertolongan Tuhan yang sanggup mengubah hati yang paling keras sekalipun.

    - Melawan kuasa-kuasa gelap yang berusaha menghancurkan ikatan keluarga.

    - Menciptakan atmosfer rohani di dalam rumah kita.

- Seperti Nuh yang menyelamatkan keluarganya dari air bah, doa-doa kitalah yang menjadi "bahtera" yang membawa keluarga kita kepada keselamatan dalam Kristus.

 2. BERUBAH: Menjadi Teladan yang Nyata

Ayat: Hakim-hakim 11:29-37 (Hidup Yefta)

Penjelasan:

- Kisah Yefta kompleks, tetapi satu hal yang bisa kita lihat: pengaruh seorang ayah terhadap anaknya. Anak perempuannya menghormati dan tunduk pada nazar ayahnya, menunjukkan betapa dalamnya pengaruh Yefta.

- Aplikasi: Keselamatan yang sejati menghasilkan perubahan hidup. Keluarga kita lebih mudah melihat apa yang kita lakukan daripada mendengar apa yang kita katakan.

- Perubahan seperti apa?

    - Karakter: Menjadi lebih sabar, pengampun, lembut, dan penuh kasih.

    - Prioritas: Menempatkan Tuhan dan ibadah sebagai hal yang utama.

    - Perkataan dan Perbuatan: Hidup dalam integritas.

- Ketika kita berubah, kita menjadi "surat Kristus yang terbuka" yang dapat dibaca oleh keluarga kita. Perubahan hidup kitalah khotbah pertama dan terbaik bagi mereka.

3. BERCERITA: Membagikan Firman dengan Sengaja

Ayat: Ulangan 6:6-7

"Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun."

Penjelasan:

- Tuhan memerintahkan umat Israel untuk secara sengaja dan konsisten menceritakan tentang perintah dan perbuatan-Nya yang ajaib kepada anak-anak mereka.

- Aplikasi: Iman datang dari pendengaran akan Firman Kristus (Roma 10:17). Kita harus aktif membagikan Firman Tuhan dalam keluarga.

- Cara Bercerita:

    - Waktu Keluarga: Menciptakan momen khusus untuk belajar Alkitab bersama.

    - Dalam Aktivitas Sehari-hari: Membicarakan Tuhan dalam percakapan santai, saat makan, atau dalam perjalanan.

    - Bercerita tentang Testimoni: Menceritakan kebaikan dan pertolongan Tuhan dalam hidup kita sendiri.

 4. BERI PERHATIAN: Membangun Relasi yang Sehat

Ayat: Efesus 6:1-4

"Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan... Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan."

Penjelasan:

- Ayat ini berbicara tentang hubungan timbal balik yang penuh perhatian. Anak-anak diperintahkan untuk menghormati orang tua, dan orang tua (ayah) diperintahkan untuk tidak menyakiti hati anak-anaknya.

- Aplikasi: Kita tidak bisa membawa keluarga kepada Yesus jika hubungan di dalam keluarga itu sendiri berantakan. Keselamatan bekerja dalam konteks relasi.

- Memberi Perhatian berarti:

    - Bagi Orang Tua: Hadir secara penuh, mendengarkan, memahami, dan membesarkan hati anak-anak dalam tuntunan Tuhan, bukan dengan kekerasan atau amarah.

    - Bagi Pasangan: Saling menghormati dan mengasihi seperti Kristus mengasihi jemaat.

- Relasi yang penuh perhatian dan kasih adalah "bait" di mana Kristus dapat dinyatakan.

 5. BERSIKAP: Mengambil Keputusan yang Tegas

Ayat: Yosua 24:15

"Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah... Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"

Penjelasan:

- Yosua mengambil sikap yang sangat jelas dan tegas. Dia tidak ragu-ragu. Keputusannya adalah keputusan untuk seluruh keluarganya.

- Aplikasi: Terkadang, membawa keluarga kepada Yesus memerlukan sebuah deklarasi dan keputusan yang berani.

- Bersikap berarti:

    - Menjadi Pemimpin Rohani: Terutama bagi para suami dan ayah, untuk memimpin keluarga dalam ibadah dan komitmen kepada Tuhan.

    - Berkata "Tidak" pada pengaruh dan tawaran dunia yang bertentangan dengan iman.

    - Berkata "Ya" untuk menjadikan Kristus sebagai Tuhan atas rumah tangga kita.

- Seperti Yosua, kita harus berani mendeklarasikan, "Aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!"

KESIMPULAN

Saudara-saudara, janji Tuhan untuk menyelamatkan seisi rumah kita adalah janji yang pasti. Tetapi janji itu seringkali digenapi melalui ketaatan dan tindakan iman kita.

Mari kita evaluasi hidup kita:

- Apakah kita sudah BERDOA dengan sungguh untuk keluarga kita?

- Apakah hidup kita sudah BERUBAH sehingga layak diteladani?

- Apakah kita aktif BERCERITA tentang Firman Tuhan?

- Apakah kita MEMBERI PERHATIAN untuk membangun relasi yang baik?

- Dan yang terpenting, apakah kita sudah BERSIKAP dan memutuskan untuk membawa seluruh keluarga kita beribadah kepada Tuhan?

Mari kita ambil komitmen hari ini. Mulailah dari diri sendiri, dan percayalah bahwa kuasa dan janji Tuhan akan bekerja dalam keluarga kita. Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus, dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu!

Bersaksi Kepada Majikan

 

Ayat Dasar: 2 Raja-Raja 5:1-5; Filemon 1:10-16; Kolose 3:22-24


Kisah Naaman, panglima raja Aram, dan seorang gadis kecil Israel dalam 2 Raja-Raja pasal 5 adalah salah satu kisah yang paling kuat tentang kesaksian di tempat kerja, bahkan dalam kondisi perbudakan. Gadis kecil ini tidak punya jabatan, tidak punya kekuasaan, bahkan ia adalah tawanan. Namun, ia memiliki sesuatu yang sangat berharga: Iman kepada Allah yang hidup dan keberanian untuk membagikannya. Naaman, tuannya, adalah orang yang hebat, terpandang, pahlawan, tetapi ia memiliki "tetapi" yang menyakitkan: ia sakit kusta. Kebutuhan Naaman yang besar menjadi pintu bagi kesaksian kecil yang menghasilkan mukjizat besar.

Mari kita selami empat poin penting tentang bersaksi kepada majikan dan di tempat kerja kita.

1. 🗺️ TUHAN PUNYA RENCANA BUAT DUNIA KERJA KITA

(Berdasarkan 2 Raja-Raja 5:1-5)

Studi Kata: Gadis Tawanan

Dalam ayat 2 dan 3, kita bertemu dengan seorang gadis Israel yang dibawa tawanan.

·         Status Sosial: Ia adalah seorang budak, tawanan perang. Posisinya adalah yang paling rendah dan tidak memiliki suara.

·         Tindakan: Ia berkata kepada nyonyanya, istri Naaman: “Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.”

·         Implikasi: Gadis ini tidak menyimpan kepahitan atau dendam meskipun tuannya adalah musuh yang telah merenggut kebebasannya. Ia melihat kesulitan Naaman, dan di tengah kesulitan itu, ia melihat kesempatan untuk menyatakan kasih dan kuasa Allah.

Tuhan tidak kebetulan menempatkan Anda di perusahaan, kantor, pabrik, atau lingkungan kerja Anda saat ini. Dia memiliki rencana ilahi untuk setiap penempatan:

·         Bukan sekadar gaji, tetapi misi. Pekerjaan kita adalah ladang misi yang diberikan Tuhan secara spesifik.

·         Tuhan memakai orang yang tidak penting. Gadis tawanan itu membuktikan bahwa dampak terbesar seringkali datang dari orang yang paling tidak terduga. Jangan pernah anggap remeh posisi atau peran Anda, sekecil apa pun itu.

Ilustrasi:

Seorang petugas kebersihan di sebuah perusahaan besar Kristen seringkali dipandang sebelah mata. Ia tidak pernah berbicara tentang agama, tetapi ia selalu menjadi orang pertama yang datang, bekerja dengan sangat teliti, dan selalu bersikap ramah serta tenang, bahkan ketika diperlakukan tidak adil oleh atasannya. Suatu hari, manajernya yang dikenal sangat stres dan pemarah, memanggilnya. Manajer itu bertanya, "Saya melihat Anda selalu tenang, padahal kerja Anda berat, dan gaji Anda kecil. Saya yang gajinya besar dan jabatannya tinggi ini selalu cemas. Apa rahasia Anda?" Petugas kebersihan itu tersenyum dan dengan singkat berkata, "Pak, saya bekerja untuk mencari nafkah, tapi hati saya tidak mencari ketenangan di sini. Hati saya sudah tenang di dalam Yesus." Pertanyaan manajer itu, yang didorong oleh perubahan hidup si petugas kebersihan, membuka pintu kesaksian yang selama ini ia bangun melalui ketaatan kerjanya.

2. 🌟 MAJIKAN MEMPERHATIKAN PERUBAHAN HIDUP KITA

(Berdasarkan Filemon 1:10-16)

Rasul Paulus bersaksi tentang Onesimus, seorang budak yang melarikan diri dari majikannya, Filemon. Onesimus bertobat dan menjadi percaya di dalam Kristus. Ketika Paulus mengirimnya kembali, ia berkata:

"...sekarang ia sangat berguna baik bagiku maupun bagimu... ia bukan lagi hamba, melainkan lebih dari hamba, yaitu saudara yang kekasih, bagiku apalagi bagimu, baik secara jasmani maupun di dalam Tuhan." (Filemon 1:11, 16)

Majikan kita mungkin tidak peduli dengan seberapa sering kita ke gereja atau melayani, tetapi mereka akan sangat memperhatikan perubahan karakter kita setelah kita mengaku percaya.

·         Dahulu (Onesimus yang lama): Tidak berguna (karena mencuri atau melarikan diri), malas, tidak bisa diandalkan.

·         Sekarang (Onesimus yang baru): Berguna, jujur, rajin, penuh kasih.

Kesaksian kita bukanlah di bibir, tetapi di meja kerja. Apakah Anda sebagai karyawan:

·         Lebih jujur (tidak memalsukan absensi atau pengeluaran)?

·         Lebih rajin (tidak bekerja hanya ketika diawasi)?

·         Lebih bisa diandalkan (menepati janji dan deadline)?

·         Lebih menghormati (memperlakukan semua orang dengan kasih)?

Perubahan hidup yang nyata, dari yang "tidak berguna" menjadi "sangat berguna," adalah Injil yang dapat dilihat oleh majikan kita.

3. 🙏 KARYAWAN YANG MENJADI BERKAT MENGHENTAR MAJIKAN KEPADA YESUS

(Refleksi dari Kisah Naaman)

Gadis kecil Israel tidak membawa Naaman ke gereja, ia hanya mengarahkan Naaman kepada nabi Allah. Nubuatan kecilnya itu menuntun Naaman untuk:

1.      Melakukan perjalanan jauh (ayat 5)

2.      Melihat kuasa Allah yang ajaib (ayat 14)

3.      Mengaku keesaan Allah (ayat 15): "Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel."

Perhatikan alurnya: Ketaatan dalam pekerjaan $\rightarrow$ Kesaksian dalam perkataan $\rightarrow$ Pertobatan dalam hidup majikan.

Kutipan:

J. Oswald Sanders pernah berkata, "The greatest asset the Christian has is a Christ-like life." (Aset terbesar yang dimiliki orang Kristen adalah kehidupan yang seperti Kristus.)

Kehidupan kita yang penuh karakter Kristus akan melunakkan hati majikan untuk mendengarkan. Ketika tiba saatnya Anda berbicara, seperti gadis kecil itu, majikan Anda akan mendengar, karena mereka telah melihat bukti dari siapa yang Anda layani melalui cara Anda bekerja.

4. 💼 KARYA KITA ADALAH PENYEMBAHAN KITA

(Berdasarkan Kolose 3:22-24)

“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan majikanmu. (Ko1lose 3:23-24)

Inilah kunci utama dalam etika kerja Kristen: Kita bekerja seolah-olah Majikan kita adalah Kristus sendiri.

·         Motivasi Sejati: Jika kita bekerja untuk manusia, kita akan kecewa, kita akan malas ketika tidak ada pengawasan, dan kita akan mengeluh ketika gaji tidak sesuai. Tetapi jika kita bekerja untuk Tuhan, semangat dan kualitas kerja kita tidak akan tergantung pada majikan di dunia ini.

·         Kualitas Prima: Ketika kita mempersembahkan pekerjaan kita sebagai ibadah yang sejati (Roma 12:1), kita akan berusaha memberikan yang terbaik, bukan hanya yang "cukup".

·         Upah Sejati: Ayat 24 mengingatkan kita, “dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah.” Upah sejati kita, mahkota kekal dan perkenanan Allah, jauh lebih berharga daripada promosi atau bonus dari majikan duniawi.

Ketika kita melakukan pekerjaan kita dengan kesungguhan, integritas, dan kasih, maka kita telah mengubah meja kerja kita menjadi altar penyembahan. Dan altar penyembahan itu akan menjadi tempat di mana kuasa Allah bekerja untuk menjangkau majikan dan rekan kerja kita.

Penutup dan Tantangan

Saudara-saudari, Tuhan menempatkan kita di dunia kerja bukan hanya untuk mencari uang, tetapi untuk menjadi duta-duta Kerajaan-Nya (2 Korintus 5:20). Mari kita renungkan hari ini:

·         Apakah pekerjaan saya adalah sebuah peluang misi bagi Tuhan?

·         Apakah majikan saya melihat perubahan karakter Kristus dalam hidup saya?

·         Apakah kualitas kerja saya memuliakan Tuhan?

Seperti gadis kecil Israel, mari kita tunjukkan kepada dunia bahwa Allah kita adalah Allah yang Mahakuasa, yang sanggup menyembuhkan "kusta" (masalah, krisis, kekosongan) dalam hidup majikan kita.

Mari kita berdoa: Tuhan, berikan kami keberanian untuk bersaksi, kerendahan hati untuk melayani, dan integritas untuk bekerja seolah-olah kami sedang bekerja hanya untuk Engkau. Amin.